Tuesday 27 July 2010

Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan bawal merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Pertumbuhan ikan bawal relatif lebih cepat dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lainnya. Ikan bawal yang hidup di perairan alami dapat tumbuh mencapai ukuran berat 30 kg/ekor dan panjangnya sekitar 90 cm.
Budidaya ikan bawal tidak sulit. Ikan ini dapat dibudidayakan dikolam tertutup atau tergenang dan kolam mengalir ataupun kolam air deras dan dipelihara dalam jala (jaring) apung. Ikan bawal dapat berpijah secara alami diperairan umum.
Pemijahan ikan bawal di kolam hanya dapat dilakukan dengan cara hypofisasi atau rangsangan hormon (induce spawning) yang menggunakan ektraks kelenjar hypofisa dan ovaprim. Selanjutnya, induk yang telah dirangsang dipijahkan secara alami ataupun dilakukan stripping (ovulasi buatan).

1.2. Tujuan
Tujuan pembenihan ikan adalah menghasilkan benih sebanyak-banyaknya dan terus menerus (kontinue) serta menghasilkan benih yang memiliki ketahanan fisik (tubuh) yang baik (sehat).

II. DASAR PERENCANAAN

2.1. Penentuan Lokasi
2.1.1. Kriteria Penentuan Lokasi
2.1.1.1. Ketinggian tempat
Dari hasil pengamatan, bawal dapat hidup dengan baik pada ketinggian antara 100 – 800 m diatas permukaan laut dengan suhu air 25 – 30oC.

2.1.1.2. Jenis Tanah
Tanah liat merupakan jenis tanah yang paling cocok dibuat kolam budidaya bawal karena mudah dibuat kolam dengan pematang yang kokoh dan kondisinya subur.

2.1.1.3. Air
Sumber Air
Air Sungai
Air sungai cocok untuk perkolaman yang sangat luas, minimal 100 kolam karena debit airnya sangat besar.

Air Irigasi
Air yang berasal dari irigasi ini akan cocok untuk perkolaman yang luasnya sedang, minimal 20 kolam.

Air dari Saluran Kecil
Air yang berasal dari saluran kecil cocok untuk kolam yang sempit atau kecil karena disesuaikan dengan debit yang diperlukan juga kecil.

- Berada dekat dengan sumber air atau memiliki sumber air sendiri.
- Letak sumber airnya lebih tinggi dari lokasi hatchery agar air mudah dialirkan kedalam hatchery (kecuali bila menggunakan pompa air).
- Kuantitas airnya cukup agar kegiatannya dapat berjalan secara continue (berkesinambungan).
- Kualitas airnya baik, misalnya jernih, kandungan oksigennya tinggi atau sekitar 4 ppm dan tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan ikan.
- Lokasinya dekat dengan areal perkolaman.
- Keamanannya terjamin.
- Dekat dengan jalan dan transportasinya lancar.

2.1.2. Rekayasa Penentuan Lokasi
Table 1. Kisaran parameter kualitas air untuk ikan bawal
Parameter Kisaran
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen
Karbondioksida
pH
Amoniak
Alkalinitas 25 – 30oC
Hijau kecoklatan
20 -40 cm oleh plankton
Minimal 4 mg/l
Maksimal 25 mg/l
7 – 8
Maksimal 0,1 mg/l
50 – 300 mg/l

2.2. Pemilihan Sarana dan Prasarana
2.2.1. Prasarana
2.2.1.1. Hatchery
Agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hatchery harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
Fasilitas yang harus dibuat untuk hatchery ikan bawal yaitu :

Bak Penampungan Air Bersih
Letak bak ini harus lebih rendah dari sumber air agar air mudah dialirkan. Bak penampungan harus kuat dan kokoh sehingga dapat menampung air dalam volume yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya bak ini dibuat dari beton atau tembok.

Bak Pemberokan
Bak pemberokan sebaiknya tidak terlalu luas sebab akan menyulitkan pada waktu menangkap induk yang akan dipijahkan. Bak pemberokan harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk memudahkan dalam mengisi maupun mengeringkan bak. Ukuran paralon pengeluaran lebih besar tujuannya agar bak dapat dikeringkan dengan cepat. Hal lain yang paling penting pada bak pemberokan ini adalah kondisi airnya. Air yang masuk kedalam bak pemberokan harus continue (berkesinambungan) dan tidak mengandung makanan.

Bak Pemijahan
Bak pemijahan harus dipasang kawat dan paku di bagian atasnya untuk tempat mengikat tali hapa pamijahan. Air yang masuk ke bak pemijahan tetap kontinue karena pada waktu pemijahan airnya harus tetap mengalir. Keadaan airnya juga harus bersih agar telur-telur tidak kotor dan tidak terbungkus lumpur yang dapat menurunkan daya tetas telur.

Tempat Penetasan Telur
Ada tiga macam tempat penetasan yang dapat digunakan, yaitu corong dari kain terilin, akuarium dan konikel. Ukuran dan daya tampung ketiga macam tampat penetasan telur tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Corong Penetasan
Telur-telur ikan bawal sifatnya tenggelam dan tidak menempel. Beberapa menit setelah terjadi pembuahan, telur-telur akan mengembang sampai 3-4 kali lipat diameter telurnya. Untuk menetaskannya, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar telur yang sudah mengembang tidak pecah.
Corong penetasan telur ikan bawal dibuat dari kain terilin atau kain lainnya yang halus dan tipis. Corong penetasan berbentuk kerucut dengan garis tengah bagian atas 40 - 60 cm dan tinggi 50 cm. Agar berbentuk bulat, bagian atas diberi kawat ukuran 0,5 cm. Bagian atas atau kawat tersebut diberi tali untuk mengikat corong tersebut agar kedudukannya tidak berubah. Pada bagian dasar corong atau bagian moncongnya diberi selang kecil ukuran ¼ inchi sebagai tempat mengalirkannya air. Jumlah corong yang harus dibuat tergantung jumlah induk yang akan dipijahkan. Untuk satu ekor induk ukuran 4 kg, dibutuhkan 15 – 20 buah corong.
Perlu dibangun pula baknya untuk memasang atau menempatkan corong tersebut. Bak ini dibuat dari tembok atau beton. Ukuran bak panjang 6 m, lebar 1,5 m dan tinggi 1 m. Untuk mengalirkan air ke masing-masing corong penetasan, bak ini dihubungkan langsung dengan menggunakan paralon 1,5 inchi. Pada bagian tepi bak, dipasang keran-keran sebagai pengatur debit air yang dialirkan ke setiap corong penetasan. Jumlah keran yang dipasang tergantung jumlah corong. Bak ini juga dilengkapi dengan batang-batang besi yang sudah dipasang memanjang sebagai tempat mengikatkan corong-corong tersebut agar kedudukannya tidak goyang.
Untuk memudahkan pengeringan setelah digunakan, bak penetasan dilengkapi pula dengan pintu yang dipasang di bagian ujung dan tengah bak. Pintu pengeluaran air dibuat dari pipa paralon 3 inchi. Untuk mengatur ketinggian airnya, paralon tersebut dipasang secara tegak lurus. Paralon ini juga digunakan untuk pembuangan air sehari-hari.
b. Akuarium
Akuarium yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan larva sebaiknya berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 40 cm panjang 60 dan tinggi 40 cm. Jumlah akuarium yang digunakan tergantung dari jumlah induk yang akan dipijahkan. Untuk seekor induk yang beratnya 4 kg membutuhkan akuarium sebanyak 30 buah ukuran 60 × 40× 40 (cm) atau 20 buah ukuran 80 × 60 × 60 (cm).
c. Konikel
Konikel terbuat dari fiber glass berwarna putih. Garis tengahnya 150 cm dan tingginya 120 cm. Bagian atasnya tinggi 100 cm mempunyai tepi tegak lurus, sedangkan 20 cm ke bawahnya membentuk kerucut. Dengan bentuk seperti ini, sirkulasi air akan berjalan baik dan penyebaran telur yang ditetaskan bisa merata.
Konikel dilengkapi pula dengan lubang pengeluaran air yang dibuat di tengahnya atau moncongnya. Lubang pengeluaran air ini disambung dengan paralon ukuran 1 inchi dan panjang 90 cm. Fungsi lubang ini untuk mengeluarkan air atau mengeringkan konikel bila sudah digunakan serta pembuangan air sehari-hari.
Untuk mensuplai air ke dalam konikel ini dihubungkan ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 1 inchi dan keran untuk mengatur debit airnya. Paralon tersebut kedudukannya sejajar dengan pipa pengeluaran air.
1. Bak penampung benih.
Bak ini terbuat dari tembok agar kuat dan tidak bocor. Ukuran masing-masing bak dengan panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 50 cm. untuk mensuplai air bak ini dihubungkan langsung ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 1,5 inchi. Pada setiap baknya dipasang pula keran-keran sebagai alat mengatur debit airnya. Selain itu juga dilengkapi dengan lubang pengeluaran air.
2. Tempat blower (aerator)
3. Gudang.
4. Kantor.
5. Listrik.
Listrik selain akan digunakan untuk penerangan, juga untuk menghidupkan arator (blower) dan pemanas air (heater). Sumber listrik bisa berasal dari PLN, genset atau keduanya untuk menjaga kemungkinan aliran listrik dari PLN padam.

2.2.1.2. Kolam
Kolam Pemeliharaan Induk
Luas kolam yang ideal antara 100 – 200 m2. Sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang sebab sirkulasi airnya lebih merata. Kedalaman kolam pemeliharaan induk sebaiknya 80 – 100 cm, sehingga kolam harus mempunyai ketinggian minimal 125 cm sehingga jarak antara permukaan air kolam dan bagian atas pematang 25 cm.
Kolam pemeliharaan induk juga harus memiliki sistem pengairan yang baik yaitu sistem pengairan secara paralel. Dengan system ini, setiap kolam akan mendapat air baru dan bila dikeringkan tidak mengganggu kolam yang lainnya. Kolam ini juga harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air agar memudahkan pada waktu pengeringan dan pengisian air kembali. Letak pintu-pintu berada di tengah-tengah pada lebar kolam dalam posisi sejajar. Pintu pemasukan bisa dibuat dari paralon 4 inchi sedangkan pintu pengeluaran sebaiknya dibuat secara permanen (tembok) atau dikenal dengan istilah monik.

Kolam Pendederan
Pendederan ikan bawal dilakukan dalam beberapa tahap, yakni pendederan pertama dan pendederan kedua. Bentuk kolam ini empat persegi panjang. Pintu pemasukan airnya dibuat dari pipa paralon ukuran 5 inchi. Adapun pintu pengeluaran airnya dibuat dalam bentuk monik. Pintu pengeluaran seperti ini akan mempercepat proses pengeringan kolam. Luas ideal kolam pendederan adalah antara 500 – 1.000 m2.

Kolam Pembesaran
Bentuk kolam pembesaran persegi panjang dengan ukuran antara 200 – 500 cm. Jumlah kolam pembesaran harus lebih banyak dari kolam pendederan. Kegiatan pembesaran akan memerlukan waktu minimal 4 – 5 bulan.
2.2.2. Sarana Produksi
Induk Jantan dan Induk Betina
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk yaitu :
- Bentuk tubuh harus normal.
- Induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
- Induk tersebut harus sudah mencapai umur dewasa, yaitu 4 tahun untuk induk betina dan 3 tahun untuk induk jantan.
- Induk yang akan dipijahkan tersebut harus matang gonad.

Pakan Tambahan
Pakan buatan untuk ikan bawal sebaiknya mengandung protein minimal 25% dan mengandug gizi yang komplit misalnya bahan nabati seperti sayuran atau daun-daunan, dedak halus, tepung daun, tepung jagung dan tepung kedelai. Bahan hewani misalnya tepung tulang, tepung ikan, minyak ikan dan minyak hati.

Pupuk
Ada dua jenis pupuk yang dapat digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik mengandung bahan nutrient yang lebih komplit dibanding pupuk anorganik. Beberapa pupuk anorganik yang berasal dari hewan bisa digunakan yaitu kotoran ayam, kotoran puyuh, kotoran sapi, kotoran kambing dan kotoran kerbau. Beberapa macam pupuk organik dari tumbuhan meliputi daun kipahit, petai cina, dadap solo, dadap lut, orok-orok, waru, jarung, kadoya, pingku dan daun harendong.
Contoh pupuk anorganik yang bisa digunakan yaitu urea, TSP dan NPK. Kolam yang luasnya 1.000 m2 membutuhkan 500 kg pupuk kandang 25 kg urea, 15 kg TSP dan 15 kg NPK.

Kapur
Kapur digunakan pada saat persiapan kolam. Pengapuran memiliki beberapa tujuan diantaranya untuk menaikkan pH, meningkatkan alkalinitas, serta memberantas hama dan penyakit. Jenis kapur yang digunakan yaitu kapur tohor (CaCO3). Jumlah yang harus disediakan pada kolam yang luasnya 1.000 m2 sekitar 5 kg kapur.
1. Hormon perangsang.
Ada beberapa hormon yang sering digunakan untuk merangsang pematangan gonad diantaranya LHRH (Luteinizing Hormone Releasing Hormone), PG (Pituitary Gland) atau lebih dikenal dengan hipofisa, HCG (Human Choionic Gonadotropin) dan ovaprim (merk dagang).

2.3. Teknik pengadaan induk
2.3.1. Seleksi Induk
Beberapa pertimbangan yang dipakai untuk melakukan seleksi induk adalah bentuk fisik, ukuran berat, umur, tingkat kesehatan, dan kematangan gonad. Sekalipun ikan bawal diperairan tropis cendrung cepat matang gonad, namun umur ideal yang layak dan produktif untuk dipijah adalah 4 tahun dan beratnya telah mencapai 4 – 6 kg/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit parasit.

2.3.2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina
Betina :
- Tubuh gemuk
- Warna lebih menyala
- Setelah matang gonad perut lebih gendut, gerakan lambat.

Jantan :
- Tubuh lebih langsing
- Warna kurang menyala
- setelah matang gonad, akan keluar cairan putih susu bila perut dipijat ke arah alat kelamin, gerakan agresif.
2.3.3. Asal Induk
Ikan yang digunakan untuk Induk adalah berasal dari hasil budidaya.

2.3.4. Pemijahan
2.3.4.1. Pemijahan Buatan
Pembenihan ikan bawal dilakukan dengan cara memijahkan induk, menetaskan telur, merawat larva, dan mendederkan benih. Produk akhir usaha pembenihan adalah benih ikan yang secara biologi atau morfologi menyerupai induknya.
Usaha pembenihan ikan yang baik akan menghasilkan benih-benih ikan yang telah aktif dan mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan serta resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Keberhasilan usaha pembenihan ikan sangat ditentukan oleh metoda atau sistem yang digunakan.
Menurut pola pengelolaannya, usaha pembenihan ikan bawal dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pembenihan ikan sistem konvesional (tradisional) dan modern (terapan). Pembenihan secara tradisional dilakukan dikolam yang agak luas. Induk dibiarkan pijah secara alami. Sedangkan pembenihan secara modern (terapan) induk betina dipaksa mengeluarkan cairan sperma atau dipaksa kawin diluar kemauannya sendiri. Proses pematangan kelamin (gonad) dipacu dengan suntikan (rangsangan hormon).
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur hasil pengurutan (stripping) bagian perut induk betina dan sperma hasil pemijahan atau penyedotan melalui lubang urogenital (kelamin) induk jantan dalam cawan atau piring khusus. Pembuahan (fertilisasi) sel telur terjadi akibat pencampuran langsung antara telur dan cairan sperma, sedangkan mediator pembuahannya dalah pengaduk berupa bulu ayam.
Langkah-langkah pembenihan ikan bawal secara modern meliputi seleksi induk (induk matang gonad), seleksi ikan donor, persiapan dan pelaksanaan induce spawning (perawatan induk yang diinduce/disuntik), pemijahan atau stripping dan pembuahan telur, penetasan telur, perawatan larva, benih.
2.3.4.2. Penyediaan Ikan Donor
Ikan donor adalah sejumlah ikan yang sengaja dikorbankan sebagai sumber hormon gonadotropin. Hormon dihasilkan sekaligus disimpan dalam kelenjar hypofisa yang terletak pada tengkorak kepala dibawah otak.
Berdasarkan perkembangan kelenjar hypofisa dan fluktuasi hormon gonadotropin tersebut, maka syarat ikan donor yang dipersiapkan adalah ikan dewasa dan sebaiknya ikan bawal jantan. Ikan bawal jantan relatif cepat dewasa dan periodesasi pemijahannya cukup pendek sehingga kualitas hormon yang dimilikinya cukup stabil setiap saat.
Sumber hormon buatan yang dapat digunakan adalah ovaprim dan LHRH-a. Hormon ini berupa cairan (ovaprim) dan tepung (LHRH-a) yang dikemas dalam botol atau kapsul tertutup rapat dan aman.

2.4. Pematangan induk (Repening of Spawners)
Tidak semua induk hasil penangkapan di perairan umum atau kolam penampungan memiliki tingkat kematangan gonad yang sama atau seragam. Oleh karena itu, induk-induk tersebut sebelum dipijahkan perlu dirawat secara khusus. Pelaksanaan pemijahan akan efektif jika tingkat kematangan gonad telah memasuki fase istrahat (dormand phase).
Pematangan gonad dilakukan selama 10 – 14 hari tanpa mengurangi tingkat kepadatan populasi, tetapi suplai oksigen ditambah dengan cara memperbesar aliran (debit) air dan mengatur pola makan.

2.4.1. Pemeliharaan Induk
Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan yang paling penting dari pembenihan. Hal ini disebabkan daya tetas telur bawal yang dipijahkan akan dipengaruhi oleh kualitas telurnya, sedangkan kualitas telur yang dihasilkan akan tergantung dari pemeliharaan induk. Dalam pemeliharaan induk ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti musim, lingkungan atau kondisi kolam dan pakan.
Air yang masuk ke kolam harus mengalir secara kontinue dengan debit 1 liter/detik. Adapun kepadatan induk yaitu 2 – kg/m2 atau dengan berat 4 kg dalam kolam berukuran 400 m2.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan secara monokultur karena bila dilakukan polikultur dikhawatirkan ikan bawal dapat mengganggu ikan lainnya. Dalam pemeliharaan ini induk jantan dan induk betina dipelihara dalam kolam terpisah agar memudahkan pada waktu seleksi induk.
Dalam pemeliharaan induk diberi pakan tambahan berupa pellet dengan kadar protein 35% dan dosis 3% per hari. selain itu induk bawal dapat diberi pakan berupa daging keong mas dengan dosis yang sama, menjelang musim hujan tiba dosisnya ditambah menjadi 4%. Pada saat musim hujan gonadnya sudah mulai berkembang sehingga induk perlu makanan yang cukup agar diperoleh kualitas telur yang baik.

2.4.2. Seleksi Induk
Satu bulan sesudah musim hujan sekitar bulan oktober, dilakukan seleksi induk tahap awal.
Cara menyeleksi induk bawal :
- Air kolam disurutkan secara perlahan-lahan sampai mencapai ketinggian 40 cm.
- Induk-induk digiring ke salah satu sudut dengan menggunakan jarring. Bila sudah terkumpul, induk ditangkap dengan menggunakan tangan dan kemudian diperiksa satu persatu.
- Induk betina yang matang telur dicirikan dengan perut yang buncit dan lubang kelamin yang berwarna kemerah-merahan. Berat induk betina kisaran 4 kg.
- Ciri induk jantan yang matang gonad yaitu bila perut dipijat kea rah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih susu atau sperma. Perut induk jantan tetap seperti biasa. Berat induk jantan berkisar 3 – 4 kg.

2.4.3. Pemberokan
Kegiatan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di streefing. Disamping itu pemberokan bertujuan juga untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena telur atau karena makanan.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberokan yaitu :
1. Air harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinue agar ikan tidak mengalami stress dan O2 dapat disuplai secara terus menerus.
2. Induk tidak boleh diberi pakan tambahan agar kandungan lemaknya tidak berubah.
Pemberokan dapat dilakukan selama 2 – 3 hari.
Untuk meyakinkan lebih lanjut telur dalam gonad diperiksa dengan cara dikateter yaitu selang ukuran 1 mm dimasukkan ke dalam lubang kelamin induk betina, kemudian telur disedot sedikit demi sedikit. Telur yang diperoleh diletakkan dalam lempengan gelas. Telur yang matang dicirikan dari ukurannya yang seragam, antara 1,0 – 1,2 mm, berwarna kekuningan. Bila dimasukkan dalam larutan sera intinya berada dipinggiran dan telur-telur sudah berpisah satu dengan yang lainnya.

2.4.4. Persiapan Induce Spawning
Persiapan induce spawning (persiapan pemberian hormon perangsang) meliputi pencucian (desinfektisasi) peralatan, pengambilan kelenjar hypofisa disenfektisasi dan pembuatan kelenjar hypofisa atau pengadaan hormon gonadrotopin awetan atau hormon perangsang syntetis (buatan). Peralatan utama induce spawning terdiri atas pisau potong, pinset, gelas kimia, penggerus porselin, pipet hisap, sentrifuge, jarum injek (jarum suntik), sebelum digunakan peralatan dimaksud harus disucihamakan.
Setelah pencucian peralatan dilanjutkan dengan dengan pemotongan atau operasi ikan donor. Bagian kepala ikan donor dipenggal hingga putus dan terpisah dari badannya. Kemudian, tulang tengkorak dibelah persis diatas rongga otak.
Untuk memudahkan pengambilan kelenjar hypofisa, bagian otak yang dipungut dengan pinset. Selanjutnya, lapisan kelenjar hypofisa dihisap dengan pipet. Pengambilan kelenjar hypofisa diulang dengan cara yang sama pada ikan donor yang lain.

2.4.5. Pelaksanaan Induce Spawning
Langkah pertama pelaksanaan induce spawning adalah menentukan dosis hypofisa atau hormon buatan. Dosis hypofisa ditentukan berdasarkan berat induk (kg) yang akan menerima suntikan ekstrak hypofisa dan berat butiran induk (mg) yang berasal dari ikan donor sebelum dibuat ekstraks atau berat induk yang akan disuntik dan volume cairan atau berat tepung hormon perangsang buatan.
Langkah kedua adalah menyuntik ekstrak hypofisa atau hormon lain (ovaprim) pada ikan penerima. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu suntikan tunggal dan suntikan bertahap. Penyuntikan tunggal dilakukan dengan penginjeksian, total dosis ekstrak hypofisa dalam tubuh induk ikan penerima. Sedangkan suntikan bertahap dapat dilakukan dengan cara membagi volume ekstrak hypofisa yang telah dipersiapkan sesuai dengan perhitungan dosis. Suntikan bertahap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sekali suntikan awal dan 1-2 kali suntikan penentu.
Alat yang digunakan meliputi pisau, talenan, pinset, penggerus, dan alat suntik. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu hipofisa dari ikan donor (ikan mas atau sejenisnya seberat 500 – 600 gram), ovaprim atau HCG dan aquabidestilata.
Dosis penyuntikan yang digunakan tergantung dari jenis hormon. Induk betina disuntik sebanyak 3 dosis bila menggunakan kelenjar hipofisa, 0,75 ml/kg induk bila menggunakan ovaprim, dan 3 µg/kg bila menggunakan LHRH analogue. Khusus untuk LHRH analogue sebelum digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dalam 1 ml larutan NaCl. Adapun pemberian hormon untuk induk jantan dengan hipofisa 1 dosis, ovaprim 0,5 ml/kg atau LHRH sebanyak 2 µg/kg.
Penyuntikan hormon pada induk betina dilakukan dua kali. Penyutikan pertama sebanyak 1/3 bagian dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 bagian. Selang waktu penyuntikan pertama dengan penyuntikan kedua adalah 12 jam. Induk jantan hanya disuntik satu kali yaitu bersamaan waktunya dengan penyuntikan induk betina yang kedua.
Apabila hormon yang akan digunakan adalah hipofisa maka perlu dilakukan langkah pembuatan larutan hipofisa. Caranya mula-mula ikan donor dipotong secara vertical tepat di belakang tutup insang, kemudian kepala ikan donor tersebut dipotong lagi secara horizontal tepat di atas hidung, kea rah bagian bawah mata sehingga akan terlihat otaknya.

2.5. Pemijahan
Stripping dan pembuahan
Puncak kematangan gonada adalah ovulasi. Ovulasi telur tidak dapat dihentikan atau dihambat. Telur yang telah masak dan mengalami ovulasi harus dipijahkan (dikeluarkan melalui proses pemijahan) secara alami atau pun paksaan berpijah dengan pijitan atau stripping.
Proses pematangan telur berlangsung secara serentak. Perbedaan waktu antara telur yang pertama kali mengalami ovulasi dan yang terakhir hanya sekitar 15 – 20 menit. Dengan demikian induk-induk yang disuntik dalam waktu yang hampir bersamaan akan mengalami ovulasi yang hampir bersamaan pula.
Pembuahan telur dalam pemijahan ikan secara paksa (stripping) dilakukan dalam cawan (mangkok). Sediakan bulu ayam yang kering, bersih dan steril. Dalam waktu yang bersamaan dengan stripping induk betina, dilakukan juga stripping atau penyedotan sperma induk jantan.

2.6. Teknik Penyediaan Pakan
Penyediaan pakan dilakukan dengan alami.

2.7. Teknik Penetasan Telur
2.7.1. Perawatan Telur
Telur fertile dan sehat akan membengkak terus. Telur yang membengkak terdiri atas inti, rongga previtilline, dan dinding (cangkang) telur. Inti mengandung kuning telur, lemak dan sel – sel yang berserakan. Kuning telur mengalami beberapa kromosom normal sebagai sel samotik. Sedangkan disekeliling inti adalah rongga yang berisi cairan yang mengandung protein terlarut. Telur ikan tertutup oleh cangkang yang terdiri atas 3 lapis. Cangkang telur ikan sangat tipis, lembut, halus dan mudah pecah.
Telur fertile dan sehat akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya menetas menjadi larva.

2.7.2. Penetasan
Penetasan telur bawal dapat dilakukan dalam corong penetasan, konikel, atau akuarium. Kegiatan penetasan dibagi dalam beberapa tahap yakni persiapan, pemasukan air, penebaran telur, pembuangan telur yang tidak menetas dan pergantian air.
Tempat penetasan sebelumnya dibersihkan dan dijemur terlebih dahulu selama 1 - 2 hari. Kemudian tempat penetasan diisi air setinggi 30 cm untuk akuarium, 80 cm untuk konikel dan sesuai ketinggian bak untuk corong penetasan. Untuk daerah yang suhu airnya dibawah 25oC, tempat penetasan tersebut perlu dilengkapi dengan pemenas air (heater) yang distel pada suhu 28oC. Bila memakai akuarium, perlu dilengkapi dengan aerator. Dua jam sebelum pemasukan telur, heater dan aerator sudah dihidupkan.
Telur yang sudah bersih dari kegiatan streefing atau telur yang diambil dari bak pemijahan, dimasukkan sedikit demi sedikit dengan memakai gayung plastic atau gelas agar tidak rusak. Kepadatan telur yang dianjurkan 150 – 250 butir/liter. Jadi salam suatu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm dapat diisi 10.000 – 20.000 butir telur, satu konikel dapat diisi 150.000 – 200.000 butir dan satu corong diisi 5.000 – 10.000 butir.
Apabila sudah dimasukkan semua, telur dibiarkan sampai menetas. Pengontrolan aliran air, aerasi dan suhu air harus dilakukan setiap hari. Jika kondisi lingkungan baik, telur akan menetas dalam waktu 18 – 24 jam dengan persentase minimal 80%. Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas air dan factor-faktor lainnya seperti penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator.

2.8. Perawatan Larva
Anatomi tubuh larva yang baru menetas belum sempurna, tetapi larva tersebut telah memiliki makanan cangkang berupa kuning telur. Biasanya kelangsungan hidup tergantung pada kualitas kuning telur makanan cadangan.

2.8.1. Pemberian Pakan
Larva ikan bawal yang baru menetas hingga umur tiga hari masih tersedia pakan cadangan dalam tubuhnya, namun setelah itu larva perlu diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia atau artemia yang baru menetas hingga larva berumur 8-10 hari. Sesudah itu diberikan cacing rambut hingga umur 14 hari atau hingga larva dipelihara di kolam.
Dari uraian tersebut lerlihat bahwa pakan berupa pakan alami. Pakan alami ini sangat penting bagi larva karena organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Pakan alami harus memenuhi persyaratan , diantaranya :
a) Ukuran kecil dari bukaan mulut larva
b) Gizinya tinggi
c) Dapat bergerak, terapung, atau tersuspensi
d) Mudah dibudidayakan dalam jumlah besar
e) Dapat dibudikayaan dengan biaya murah
f) Dapat bermanfaat sumberdaya alam sekitar.
2.8.2. Pengelolaan Kuaitas Air
Mengingat larva ikan bawal sangat rentan, penangannya harus dilakukan secara hati-hati dan teliti. Di samping konsentrasi oksigen dalam media perawatan tetap terjamin, suhu media perawatan juga harus optimal.
Pekerjaan pokok perawatan larva ikan bawal adalah membersihakan cangkang dan telur busuk (rusak) serta mempertahankan konsentrasi oksigen pada suhu optimal.
Suplai air selama perawatan larva harus dikontrol secara cermat. Supalai air yang terlalu kecil akan menyebabkan terkumpulnya larva sehingga terjadi persaingan ( perebutan) oksigen. Sebaliknya suplai air yang terlalu besar akan menghanyutkan larva.

2.8.3. Pengendalian Hama dan Penyakit
2.8.3.1. Pencegahan dan Pengobatan Secara Umum
a. Kolam dikeringkan sampai tanah dasarnya retak-retak.
b. Dilakukan pengapuran saat persiapan kolam.
c. Pada pintu pemasukan air dipasang saringan.
Adapun cara mencegah serangan penyakit dapat dengan beberapa cara, diantaranya yaitu :
a. Mengeringkan kolam untuk memotong siklus hidup penyakit.
b. Melakukan pengapuran saat persiapan kolam agar penyebab penyakit bisa mati.
c. Menjaga kondisi ikan agar tetap sehat dan tidak stress.
d. Menjaga kondisi lingkungan hidup agar sesuai dengan kebutuhan ikan.
e. Mengurangi kepadatan ikan untuk mencegah kontak langsung antar ikan, menghindari terjadinya penurunan kadar oksigen dalam air, serta meingkatnya kadar NH3.
f. Memberi pakan tambahan yang cukup, tetapi tidak berlebihan.
g. Mencegah terjadinya luka pada tubuh ikan dengan penanganan yanng baik.
h. Mencegah masuknya binatang pembawa penyakit, seperti burung, siput dan lain-lain.
Ada beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya pengobatan melalui air kolam, perendaman, makanan dan langsung pada ikan.
1. Melalui air kolam
Cara ini dilakukan dengan mencampurkan obat pada air kolam yang berisi ikan yang sakit. Namun, sebelum ditebarkan, volume air kolam harus diketahui dahulu agar dosis obat yang diberikan sesuai dengan anjuran.

2. Melalui perendaman
Dalam perendaman, ikan yang sakit harus dipanen dahulu, kemudian direndam dalam larutan obat dengan dosis sesuai anjuran.
3. Melalui makanan
Pengobatan melalui makanan atau system oral dilakukan dengan member pakan yang sudah diberi obat tertentu pada ikan yang sakit.
4. Melalui ikan langsung
Pengobatan langsung pada ikan yang sakit dilakukan dengan cara mengolesi obat pada tubuh ikan, terutama tubuh bagian luar, seperti sisik, kepala atau mata.

2.8.3.2. Pencegahan dan Pengobatan Secara Khusus
Hama
Kehadiran hama dapat berasal dari luar maupun dari dalam, artinya hama tersebut sudah ada di dalam kolam.
a. Notonecta
Notonecta memiliki lima pasanga kaki. Tiga pasang kaki di bagian belakang digunakan untuk berenang, sedangkan dua pasang di bagian depan digunakan sebagai alat penyengat. Hama ini biasanya menyerang benih, terutama yang berukuran kecil. Serangannya dapat mematikan karena mangsanya dijepit.
Notonecta sangat menyenangi perairan yang banyak mengandung bahan organic dan terdapat tanaman air yang membusuk. Binatang ini biasa bergerak turun naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Apabila perairan yang ditempati kurang cocok, binatang ini akan berpindah ke kolam lain dengan cara terbang.
Oleh Karen bisa terbang maka sampai saat ini pencegahan notonecta masih sulit dilakukan. Cara terbaik yang dilakukan yaitu dengan mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan membuang tanaman air yang ada. Jika populasi hama ini sangat banyak maka dilakukan pemberantasan hama dengan cara menyiram minyak tanah sebanyak 5 liter/1000 m2 air kolam.

b. Ucrit
Ucrit memiliki badan seperti ulat, badannya kaku, tetapi dapat bergerak dengan cepat. Tubuhnya berwarna agak kehijauan. Ciri khas binatang ini adalah di bagian kepala memiliki taring sebagai alat penjepit mangsa dan di bagian ekornya memiliki alat penyengat. Serangan binatang ini lebih berbahaya disbanding notonecta karena dalam sehari dapat menyerang beberapa ikan. Cara penyerangannya dengan menjepit perut benih sampai robek, kemudian benih dimangsanya.
Lingkungan hidup yang disenangi ucrit hampir sama dengan notonecta, yaitu perairan yang banyak mengandung bahan organik, seperti adanya jerami dan rerumputan. Larva cybister yang sudah dewasa akan bermetamorfosis menjadi kumbang berwarna hitam. Kumbang ini akan terbang dari kolam satu ke kolam lainnya.
Keberadaan ucrit dapat dicegah dengan beberap cara, seperti mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan melakukan persiapa kolam yang baik. Adapun pemberantasannya dapat dilakukan dengan menggunakan obat yang disebut Decis dengan dosis 2 mg/.

c. Belut
Belut merupakan jenis ikan yang banyak ditemukan di sawah-sawah. Selain sawah, belut juga ditemukan di pematang-pematang kolam sehingga seringkali menyebabkan kebocoran pematang. Belut biasanya aktif pada malam hari, terutama dalam mencari makan, sedangkan pada siang hari lebih juga di lubang-lubang. Binatang ini termasuk karnivoran (pamakan daging). Makanan yang paling disukai adalah cacing. Selain itu juga dapat memangsa ikan. Satu ekor belut memang tidak banyak mekan ikan, tetapi bila jumlahnya banyak ikan yang dimangsanya juga bisa banyak. Oleh karenanya, binatang ini juga harus diberantas atau dicegah. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengeringkan, kemudian lubang-lubangnya dibongkar, kemudian ditutup kembali. Bila ada belutnya segera dibunuh. Cara lainnya adalah melapisi pematang dengan anyaman bamboo sehingga belut yang ada dalam pematang tidak bisa keluar.

d. Ular sawah
Ular sawah merupakan sejenis ular yang biasa hidup di sawah-sawah. Kepalanya kecil dan bagian perutnya lebih besar. Bagin atas tubuh berwarna cokelat seperti tanah sawah dan bagian bawahnya berwarna putih. Selain di sawah binatang ini sering juga ditemukan di saluran-saluran air. Ular sawah aktif pada malam hari, termasuk mencari makan, sedangkan pada siang hari bersembunyi di lubang-lubang. Makanan kesukaannya adalah binatang yang ukurannya lebih kecil dari mulutnya, seperti anak katak, ikan dan binatang lainnya. Satu ekor ular dapat memakan ikan ukuran 2 – 3 cm sampai 10 ekor. Pencegahan ular sawah dapat dilakukan dengan memagar pematang dengan pagar bamboo yang rapat. Sedangkan pemberantasan ular dilakukan dengan membunuh ular yang masuk ke kolam.

Penyakit
Penyakit adalah organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuhnya terganggu. Dengan terganggunya salah satu bagian tubuh maka terganggu pula anggota tubuh lainnya. Demikian juga aktifitas hidupnya terganggu sepeti gerakan, pernafasan ataupun nafsu makan. Serangan penyakit yang parah menimbulkan kematian total sehingga kerugian tak dapat dihindari.
Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu lingkungan, kondisi ikan dan adanya bakteri pathogen. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, misalnya lingkungan memburuk maka kehidupan ikan akan terganggu dan penyakit lebih mudah menyerang. Ada beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan bawal yaitu jamur, bintik putih dan trichodinas.

a. Jamur
Penyakit jamur pada ikan bawal disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Dan Achlya sp. Selain menyerang bawal, Saprolegnia juga menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, termasuk telurnya. Saprolegnia memiliki bentuk tubuh seperti benang halus, berwarna putih atau kadang berwarna cokelat. Pada serangan yang parah, benang tersebut tampak lebih panjang, banyak dan padat. Penyakit ini bisa menyerang tubuh bagian luar seperti kepala, tutup insang, sirip dan bagian luar lainnya.
Bentuk tubuh Achlya mirip dengan saprolegnia, tetapi jumlah sporanya lebih banyak dan bercabang-cabang bila serangannya parah, benang tersebut tampak lebih banyak dan padat dibandingkan saprolegnia.
Timbulnya penyaklit jamur dapat disebabkan oleh penanganan ikan yang kurang baik. Disamping itu kurangnya pakan, suhu air dan kandungan oksigen yang rendah, kualitas telur yang kurang baik, serta kepadatan telur yang terlalu tinggi juga dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit ini.
Penyakit jamur dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya dengan menjaga kualitas air agar tetap baik, menangani ikan atau telur dengan baik, member pakan tambahan yang cukup dan tidak menebarkan telur yang terlalu padat. Apabila telah terjadi serangan, pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan atau telur dalam malachitegreen 1 mg/l selama 1 jam atau larutan NaCl 5 g/l selama 15 menit.

b. Penyakit Bintik Putih
Penyakit bintik putih (white spot) pada ikan bawal dan ikan air tawar lainnya biasanya disebabkan oleh parasit Ichthyopthirius multifilis. Parasit ini termasuk protozoa yang memiliki bulu getar. Penyakit ini bisa menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, terutama benihnya.
Ikan yang terserang penyakit ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh sehingga bagian tersebut akan berwarna pucat. Tanda lainnya yaitu ikan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar dan dinding kolam, serta sering terlihat megap-megap dan selalu berkumpul di sekitar air masuk.
Faktor pendukung timbulnya penyakit bintik putih yaitu kualitas air yang buruk, suhu air yang rendah (dibawah 24o C), ketersediaan pakan yang kurang dan terkontaminasi ikan liar. Penularan dapat terjadi akibat kontak langsung ikan dan aliran air.
Usaha pencegahan terhadap penyakit bintik putih yaitu dengan cara menjaga kualitas air tetap baik, mempertahankan suhu air 28o C dan menggunakan alat yang bersih. Adapun pengobatan yang dilakukan bila ikan telah terserang yaitu dengan merendam ikan dalam larutan formalin 25 ml/m3 yang dicampur dengan malachitgreen oxalate 0,15 g/m3 air selama 24 jam. Cara lain yang lebih praktis dan murah adalah dengan menyurutkan air kolam sampai 10 cm agar suhu air naik diatas 28°C. Keadaan ini dibiarkan selama 2 – 4 hari.

c. Trichodiniasis
Penyakit trichodiniasis disebabkan oleh parasit yang disebut Trichodina sp. Trichodina termasuk parasit yang tergolong dalam Filum Coliophora karena mempunyai silia (rambut-rambut getar). Bentuk tubuhnya seperti piring atau topi yang diselimuti silia di ujung tubuhnya. Panjang tubuhnya sekitar 50 µ (milimikron).
Parasit Trichodina dapat menyerang hampir semua jenis ikan air tawar dan beberapa jenis ikan air laut. Biasanya, bagian yang diserang adalah organ tubuh bagian luar, seperti kulit, sirip dan insang. Cara menyerangnya dengan menempelkan tubuhnya pada organ tubuh yang menjadi sasarannya.
Ikan yang terserang ditandai dengan adanya luka atau kerusakan pada organ yang diserang dan disertai dengan infeksi sekunder. Tanda klinisnya tidak tampak karena ukuran tubuhnya sangat kecil sehingga cara mendiagnosisnya hanya dengan mikroskop.
Usaha pencegahan terhadap penyakit ini dengan member pakan tambahan yang cukup dan bergizi tinggi, filterisasi dan menaikkan suhu air (dengan menyurutkan air kolam sampai 10 – 15 cm). Adapun pemberantasan yang dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan NaCl 500 – 1000 mg/l selama 24 jam atau dalam larutan formalin 25 mg/l selama 24 jam.

2.8.3.3. Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan Larva di Akuarium
Akuarium yang sudah bersih dijemur selama 2 hari, kemudian diisi air bersih setinggi 30 cm. Pasang pula heater yang sudah distel suhunya 29oC, demikian juga aeratornya dijalankan. Heater dan aerator tersebut dibiarkan hidup selama masa pemeliharaan larva.
Setelah akuarium dan perlengkapannya siap, larva dimasukkan dengan hati-hati. Larva ini dapat berasal dari konikel, corong atau akuarium.

Larva dari Konikel atau Corong
Larva dari Akuarium
Kepadatan larva antara 50 – 75 ekor. Sebaiknya 2/3 bagian airnya harus dibuang karena biasanya mengandung telur-telur yang tidak menetas. Di samping itu airnya sudah berbau amis dan apabila tidak dibuang maka dapat menyebabkan kematian pada larva.
Empat hari kemudian, pakan cadangan dalam tubuh larva akan habis. Pada saat itu, larva mulai diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia (artemia yang baru menetas). Pada awalnya artemia yang diberikan kira-kira 1 sendok makan setiap pemberian untuk satu akuarium. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 09.00, 14.00 dan 17.00.
Artemia diberikan sampai larva berumur 8 – 10 hari. Sesudah itu larva sudah bisa diberikan cacing rambut. Pemberian cacing rambut dilakukan sampai umur 14 hari atau hingga larva siap dipelihara di kolam pendederan.
Larva bawal juga bisa diberikan Brachionus (atau hewan yang termasuk golongan rotifera). Pemberiannya dapat dilakukan menjelang larva habis kuning telur, selama 2 - 3 hari. Untuk 2 hari berikutnya, larva diberikan moina yang baru menetas. Dua hari berikutnya, bisa diberi moina muda. Setelah itu hingga 14 hari larva dapat diberi moina dewasa. Bila kondisi air dan kualitas larva baik, kelangsungan hidup larva dapat mencapai 60 -70%. Larva sudah disebut benih bila telah berukuran 0,25 – 0,5 inchi.
Pagi hari sebelum pakan diberikan, air akuarium harus diganti dengan cara disipon. Air yang diganti cukup ½ bagian saja. Kemudian akuarium diisi air yang bersih dan baru hingga mencapai ketinggian semula. Saat penyiponan larva yang mati harus dibuang agar tidak membusuk dan menimbulkan bau.
Untuk mencegah adanya serangan penyakit, terutama air akuarium ditambah obat yang disebut GOLD 100 bakteri. Obat tersebut sebelumnya dilarutkan dalam 1 liter air. Ambil 50 ml (5 sendok makan) larutan GOLD 100 untuk satu akuarium. Satu bungkus GOLD 100 cukup untuk 20 buah akuarium. Tanda air yang bisa dilihat adalah jika airnya sudah berwarna kuning (muda). Pencegahannya cukup dilakukan 3 hari sekali.

2.8.3.4. Pemeliharaan Benih
Benih yang dipelihara berukuran ¼ - ½ inchi sampai benih siap dipelihara di kolam pendederan. Padat tebar benih berkisar 60 -70 ekor/m2. Pemeliharaan benih cukup dilakukan selama 21 hari dan biasanya benih yang dihasilkan berukuran 1 – 1,5 inchi dengan SR (Survival Rate) dapat mencapai 90%.

Penanganan Benih
Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ukuran ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih dengan ukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan dan bila dijual, akan mendapat harga yang layak karena ukurannya seragam.
Seleksi benih dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Seleksi Manual
Artinya menyelaksi benih tanpa menggunakan alat (menggunakan tangan). Cara seleksi manual yaitu benh ditangkap dengan memakai sekup net halus kemudian diletakkan di atas bak lain yang sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekup net dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukkan dalam bak tadi, sedangkan benih berukuran lebih kecil dimasukkan ke bak lain.

Seleksi Dengan Alat
Alat yang digunakan berupa ayakan yang dapat terbuat dari bambu atau alumunium dengan ukuran mess (lubang ayakan) tergantung dari ukuran benih. Untuk benih hasil dari pemeliharaan larva digunakan mess berukuran 1 cm.
Cara seleksi menggunakan alat adalah benih ditangkap dengan sekup net. Jumlah yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak. Ayakan diletakkan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukkan benih kedalam ayakan dan biarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Adapun benih yang besar akan tertampung dalam ayakan, kemudian dimasukkan dalam bak lain.

Penghitungan Benih
Menghitung benih bawal hasil dari kolam pemeliharaan larva dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Penghitungan langsung
Penghitungan volumetrik

2.9. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air secara perlahan-lahan sampai 10 - 20 cm. Benih ditangkap sedikit demi sedikit dengan menggunakan waring. Benihnya dimasukkan ke dalam ember dan ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
Tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar dapat mencapai 90 %. Kepadatan benih dari hasil pendederan satu bila akan diangkut dalam satu kantong diisi 300 – 400 ekor.

2.9.1. Lama Pemeliharaan.
Masa pemeliharaan bawal di kolam pendederan sebaiknya tidak terlalu lama maksimal 1 bulan.

2.9.2. Ukuran
Bila kondisinya baik dan tidak ada kendala benih yang dihasilkan dari pendederan satu dapat mencapai panjang 2 – 3 inchi (5 g).

2.10. Pengangkutan
2.10.1. Terbuka
Sistem ini hanya bisa dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh yang singkat. Alat angkutnya berupa keramba atau ember besar. Untuk mengangkut benih bawal ukuran ½ - ¾ inchi dalam jarak 500 m dan waktu angkut 10 menit, satu ember besar atau keramba dapat diisi sebanyak 500 – 1.000 ekor. Air dalam ember atau keramba berupa air bersih dan tingginya hanya ½ bagian.

2.10.2. Tertutup
Sistem ini dapat digunakan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat dengan waktu yang singkat maupun jarak jauh dengan waktu yang lama. Wadah angkutnya berupa kantong plastik dengan lebar 40 – 50 cm, panjang 60 – 80 cm dan tebal 0,2 – 0,4 mm. Kepadatan benih dalam satu kantong tergantung dari jarak angkut dan waktu yang ditempuh. Untuk jarak 60 km dan waktu tempuh 3 jam, satu kantong dapat diisi benih bawal ukuran 0,5 – 0,75 inchi sebanyak 1.000 ekor. Untuk 100 km dan waktu tempuh 6 jam, satu kantong hanya dapat diisi 500 ekor.

2.11. Perencanaan Produksi/Analisa Usaha
Analisis Usaha Pembenihan
Beberapa hal yang perlu diketahui :
Biaya tetap
- Sewa kolam 1.000 m2 selama 1,5 bulan = Rp. 900.000,-
- Sewa hatchery 1 bulan = Rp. 300.000,-
- Biaya tenaga kerja 2 jam × 60 hari × Rp. 12.750 = Rp. 1.530.000,-
- Biaya peralatan = Rp. 60.000,-
Jumlah = Rp. 2.790.000,-

Biaya variable
- Pembelian induk () =
- Artemia 4 kaleng @ Rp. 300.000 = Rp. 1.200.000,-
- Ovaprim = Rp. 200.000,-
- Pakan tambahan 45 hari × 3 kg × Rp. 15.000,- = Rp. 2.025.000,-
- Pupuk 20 karung @ Rp. 10.000 = Rp. 200.000,-
- Kapur 50 kg @ Rp. 1.800,- = Rp. 90.000,-
- Obat = Rp. 60.000,-
Jumlah = Rp. 3.775.000,-

Total modal = Rp. 6.565.000,-
Bunga modal
2 bulan 2% × 6.565.000,- = Rp. 218.000,-
Total biaya Rp. 2.790.000 +Rp. 3.775.000+ Rp. 218.000 = Rp. 6.783.000,-
Pendapatan 200.000 ekor × Rp. 349,- = Rp. 69.864.900,-
Keuntungan
Rp. 69.864.000 – Rp. 6.783.000 = Rp. 63.081.900,-
B C rasio Rp.69.846.000,-/ Rp. 6.783.000,- = 10,3
BEP volume produksi Rp. 6.783.000,-/349 = 19435 ekor
BEP harga produksi Rp. 6.783.000,-/200.000 = Rp. 33,915
Analisis pengembalian modal
Rp. 6.783.000,-/ Rp. 63.081.900,- × periode = 0,10 kali
Analisis efisiensi modal
Rp. 63.081.900,-/ Rp. 6.783.000,- × 100% = 930%


ShoutMix chat widget

No comments: