Wednesday 4 November 2009

IPB Kembangkan Robot Jelajah Bawah Air 45

Robot jelajah bawah air yang dikembangkan oleh Prof. Dr.Ir. Indrajaya, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB diberi nama Robot Jelajah 45 (RH 45). Robot sejenis ROV (remote operating vehicle) ini mampu menjelajahi bawah laut sampai kedalaman 45 m. Prof. Indrajaya sendiri telah menghasilkan 11 inovasi yang enam diantaranya pernah mendapatkan penghargaan. Dan untuk RJ 45 mendapat penghargaan dalam ajang peringatan 100 tahun hari Kebangkitan Nasional 2008 lalu. Sebenarnya di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Inggris dan Rusia sudah memiliki robot seperti ini yang dimanfaatkan untuk mengobservasi Air Laut Dalam (ALD). Namun untuk Indonesia sendiri, Prof. Indra mengatakan belum ada yang mengembangkannya selain IPB. “Kita harus mulai dari sekarang jika tidak kapan mulainya,”ujar Prof. Indrajaya dalam press conference yang di gelar di IPB Baranang Siang (29/10). Prof. Indra menjelaskan saat RJ 45 melakukan observasi di bawah laut, robot tersebut terhubung dengan notebook peneliti yang memonitor langsung di atas kapal. “Peneliti melalui notebook dapat langsung melihat kondisi bawah laut dan menggerakkan RJ 45 melalui joys stick di atas kapal. Jadi peneliti tidak lagi harus menyelam untuk mengetahui kondisi bawah laut, karena kemampuan manusia dalam menyelam ada batasnya. Dengan menggunakan RJ 45 ini, peneliti dapat melakukan observasi sesuai keinginannya,” jelasnya. RJ-45 dirancang untuk memantau kondisi bawah air perairan, khususnya dalam penempatan obyek bawah air misalnya rumah ikan (fish shelter) atau rumpon bawah air. Selain itu RJ-45 dirancang untuk dapat mengamati penempatan pipa bawah air yang diletakkan pada dasar laut dangkal, karena dilengkapi dengan video-kamera bawah air. Kemampuan RJ-45 yang dikembangkan lebih ke arah observasi bawah air, bukan pada ekstraksi (pemanfaatan) sumberdaya yang ada. Pengembangan RJ-45 ini hasil kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Seribu. “Ke depan diarahkan untuk menjadi Autonomous Underwater Vehicle (AUV) dan diarahkan juga ke laut dalam,” ujarnya. Dengan model robot AUV, maka peneliti tidak perlu berada ditengah laut untuk melakukan observasi karena dengan sistem AUV ini robot tidak lagi memerlukan kabel listrik yang terhubung langsung dengan generator seperti halnya dengan ROV. Selain itu, Prof. Indra juga berharap di Indonesia ada semacam Venture Capital (perusahaan swasta di Amerika yang mendampingi peneliti sampai end product). “Hasil penelitian yang masih baru atau inovasi baru itu masih mengandung ketidakpastian untuk masuk dalam dunia insutri. Hal ini akan menarik investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia karena orang Indonesia itu banyak yang pintar-pintar,” tambahnya. Sementara itu, ALD sendiri adalah air laut pada kedalaman lebih dari 200 m dari permukaan air, tidak ada penetrasi cahaya, tidak ada kontak langsung dengan udara dan telah matang berabad-abad lamanya. Ciri ALD adalah bersuhu rendah (sekitar 3 ~ 9 0C) dan stabil (suhu relatif tetap sepanjang tahun), kaya akan bahan inorganik (seperti, nitrate, fosfat, silikat, dll) dan mineral, serta bersih atau sangat sedikit mengandung bakteri karena tidak terpengaruh langsung oleh lingkungan. Selain itu, keseimbangan sodium, magnesium dll yang ada dalam ALD menyerupai keseimbangan yang ada pada tubuh manusia dan adanya logam-logam langka, pengelompokan partikel-partikel air yang kecil dibawah tekanan tinggi. Manfaat ALD antara lain dalam pemasukan mineral, pengembangan fermentasi, dan makanan lebih kaya rasa dan lebih sehat, pengembangan pemupukan dan budidaya perikanan, serta kesehatan dan mengurangi kolesterol dalam darah