“Dengan potensi Gorontalo yang besar dan letak yang strategis untuk pemasaran ke manca negara, serta adanya keseriusan pemerintah daerah dan masyarakat setempat dalam mengembangkan kelautan dan perikanan, maka pada tahun 2011 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tetap mendukung penuh pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi Gorontalo” demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad dalam acara Pencanangan Kabupaten Pahuwato sebagai kawasan Minapolitan budidaya fokus rumput laut, Pahuwato (22/9).
Dana APBN KKP untuk tahun 2011 meningkat tajam mencapai 134% dari sekitar 21,39 miliar menjadi Rp.50,22 miliar. Pada tahun 2011 dana dekonsentrasi sekitar Rp.9,8 miliar yang terbagi terutama untuk pengelolaan sumber daya perikanan budidaya, sumber daya perikanan tangkap, peningkatan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Sedangkan dana tugas pembantuan yang dialokasikan di provinsi dan kabupaten/kota untuk tahun 2011 adalah sekitar Rp. 26,17 miliar terbagi untuk provinsi sekitar Rp. 16,28 miliar dan Rp. 9,89 miliar untuk DKP kab/kota sedangkan dana APBN UPT KKP di Gorontalo tahun 2011 yang digunakan untuk pembangunan lanjutan PPP Kwandang dan Stasiun Karantina Ikan (SKI) kelas I Djalaludin Gorontalo adalah sekitar Rp. 14,22 miliar.
Pada tahun 2010 dana APBN KKP digunakan untuk pemberdayaan pembudidaya, nelayan, pengolah, wirausaha kecil lainnya, pembangunan Balai Benih di kawasan budidaya lainnya, pengembangan UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Kwandang dan akan lebih ditingkatkan lagi pada tahun 2011 dengan pembangunan lanjutan PPP Kwandang, pengembangan sumber daya perikanan budidaya, sumber daya perikanan tangkap, peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Dana Tugas pembantuan (TP) pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) provinsi diantaranya sebesar 1,17 miliar digunakan untuk pengembangan/rehabilitasi prasarana fisik BBIS (Balai Benih Ikan Sentral).
Untuk penguatan pembangunan infrastruktur di daerah, KKP telah mengalokasikan dana perimbangan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Kabupaten Pohuwato tahun 2010 sebesar Rp. 2,09 miliar dari total DAK sebesar 12,96 miliar. Dana sisanya tersebut digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana bidang kelautan dan perikanan seperti pengembangan Pelabuhan Perikanan kelas PPI, seperti PPI Gentuma si Kab. Gorontalo, PPI Tongo di kab Bone Bolango, PPI Tilamuta di Kab. Boalemo.
Dukungan APBD (Anggaran Pendapatan Daerah) tahun 2010 Provinsi Gorontalo yang dialokasikan pada DKP Provinsi Gorontalo adalah sekitar Rp. 6,9 miliar yang digunakan untuk pengembangan budidaya perikanan, perikanantangkap, optimalisasi pengelolaan dan emasaran produksi perikanan, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, pelayanan administrasi perkantoran, peningkatan sarana dan prasarana aparatur dan peningkatan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan.
Pembangunan kelautan dan perikanan di provinsi Gorontalo ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah, pemasar, dan pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya, serta mendorong pengembangan ekonomi di daerah.
Jakarta, 22 September 2010
Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi
Dr. Soen’an H. Poernomo, M.E
Wednesday, 22 September 2010
Tuesday, 27 July 2010
Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan bawal merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Pertumbuhan ikan bawal relatif lebih cepat dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lainnya. Ikan bawal yang hidup di perairan alami dapat tumbuh mencapai ukuran berat 30 kg/ekor dan panjangnya sekitar 90 cm.
Budidaya ikan bawal tidak sulit. Ikan ini dapat dibudidayakan dikolam tertutup atau tergenang dan kolam mengalir ataupun kolam air deras dan dipelihara dalam jala (jaring) apung. Ikan bawal dapat berpijah secara alami diperairan umum.
Pemijahan ikan bawal di kolam hanya dapat dilakukan dengan cara hypofisasi atau rangsangan hormon (induce spawning) yang menggunakan ektraks kelenjar hypofisa dan ovaprim. Selanjutnya, induk yang telah dirangsang dipijahkan secara alami ataupun dilakukan stripping (ovulasi buatan).
1.2. Tujuan
Tujuan pembenihan ikan adalah menghasilkan benih sebanyak-banyaknya dan terus menerus (kontinue) serta menghasilkan benih yang memiliki ketahanan fisik (tubuh) yang baik (sehat).
II. DASAR PERENCANAAN
2.1. Penentuan Lokasi
2.1.1. Kriteria Penentuan Lokasi
2.1.1.1. Ketinggian tempat
Dari hasil pengamatan, bawal dapat hidup dengan baik pada ketinggian antara 100 – 800 m diatas permukaan laut dengan suhu air 25 – 30oC.
2.1.1.2. Jenis Tanah
Tanah liat merupakan jenis tanah yang paling cocok dibuat kolam budidaya bawal karena mudah dibuat kolam dengan pematang yang kokoh dan kondisinya subur.
2.1.1.3. Air
Sumber Air
Air Sungai
Air sungai cocok untuk perkolaman yang sangat luas, minimal 100 kolam karena debit airnya sangat besar.
Air Irigasi
Air yang berasal dari irigasi ini akan cocok untuk perkolaman yang luasnya sedang, minimal 20 kolam.
Air dari Saluran Kecil
Air yang berasal dari saluran kecil cocok untuk kolam yang sempit atau kecil karena disesuaikan dengan debit yang diperlukan juga kecil.
- Berada dekat dengan sumber air atau memiliki sumber air sendiri.
- Letak sumber airnya lebih tinggi dari lokasi hatchery agar air mudah dialirkan kedalam hatchery (kecuali bila menggunakan pompa air).
- Kuantitas airnya cukup agar kegiatannya dapat berjalan secara continue (berkesinambungan).
- Kualitas airnya baik, misalnya jernih, kandungan oksigennya tinggi atau sekitar 4 ppm dan tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan ikan.
- Lokasinya dekat dengan areal perkolaman.
- Keamanannya terjamin.
- Dekat dengan jalan dan transportasinya lancar.
2.1.2. Rekayasa Penentuan Lokasi
Table 1. Kisaran parameter kualitas air untuk ikan bawal
Parameter Kisaran
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen
Karbondioksida
pH
Amoniak
Alkalinitas 25 – 30oC
Hijau kecoklatan
20 -40 cm oleh plankton
Minimal 4 mg/l
Maksimal 25 mg/l
7 – 8
Maksimal 0,1 mg/l
50 – 300 mg/l
2.2. Pemilihan Sarana dan Prasarana
2.2.1. Prasarana
2.2.1.1. Hatchery
Agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hatchery harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
Fasilitas yang harus dibuat untuk hatchery ikan bawal yaitu :
Bak Penampungan Air Bersih
Letak bak ini harus lebih rendah dari sumber air agar air mudah dialirkan. Bak penampungan harus kuat dan kokoh sehingga dapat menampung air dalam volume yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya bak ini dibuat dari beton atau tembok.
Bak Pemberokan
Bak pemberokan sebaiknya tidak terlalu luas sebab akan menyulitkan pada waktu menangkap induk yang akan dipijahkan. Bak pemberokan harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk memudahkan dalam mengisi maupun mengeringkan bak. Ukuran paralon pengeluaran lebih besar tujuannya agar bak dapat dikeringkan dengan cepat. Hal lain yang paling penting pada bak pemberokan ini adalah kondisi airnya. Air yang masuk kedalam bak pemberokan harus continue (berkesinambungan) dan tidak mengandung makanan.
Bak Pemijahan
Bak pemijahan harus dipasang kawat dan paku di bagian atasnya untuk tempat mengikat tali hapa pamijahan. Air yang masuk ke bak pemijahan tetap kontinue karena pada waktu pemijahan airnya harus tetap mengalir. Keadaan airnya juga harus bersih agar telur-telur tidak kotor dan tidak terbungkus lumpur yang dapat menurunkan daya tetas telur.
Tempat Penetasan Telur
Ada tiga macam tempat penetasan yang dapat digunakan, yaitu corong dari kain terilin, akuarium dan konikel. Ukuran dan daya tampung ketiga macam tampat penetasan telur tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Corong Penetasan
Telur-telur ikan bawal sifatnya tenggelam dan tidak menempel. Beberapa menit setelah terjadi pembuahan, telur-telur akan mengembang sampai 3-4 kali lipat diameter telurnya. Untuk menetaskannya, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar telur yang sudah mengembang tidak pecah.
Corong penetasan telur ikan bawal dibuat dari kain terilin atau kain lainnya yang halus dan tipis. Corong penetasan berbentuk kerucut dengan garis tengah bagian atas 40 - 60 cm dan tinggi 50 cm. Agar berbentuk bulat, bagian atas diberi kawat ukuran 0,5 cm. Bagian atas atau kawat tersebut diberi tali untuk mengikat corong tersebut agar kedudukannya tidak berubah. Pada bagian dasar corong atau bagian moncongnya diberi selang kecil ukuran ¼ inchi sebagai tempat mengalirkannya air. Jumlah corong yang harus dibuat tergantung jumlah induk yang akan dipijahkan. Untuk satu ekor induk ukuran 4 kg, dibutuhkan 15 – 20 buah corong.
Perlu dibangun pula baknya untuk memasang atau menempatkan corong tersebut. Bak ini dibuat dari tembok atau beton. Ukuran bak panjang 6 m, lebar 1,5 m dan tinggi 1 m. Untuk mengalirkan air ke masing-masing corong penetasan, bak ini dihubungkan langsung dengan menggunakan paralon 1,5 inchi. Pada bagian tepi bak, dipasang keran-keran sebagai pengatur debit air yang dialirkan ke setiap corong penetasan. Jumlah keran yang dipasang tergantung jumlah corong. Bak ini juga dilengkapi dengan batang-batang besi yang sudah dipasang memanjang sebagai tempat mengikatkan corong-corong tersebut agar kedudukannya tidak goyang.
Untuk memudahkan pengeringan setelah digunakan, bak penetasan dilengkapi pula dengan pintu yang dipasang di bagian ujung dan tengah bak. Pintu pengeluaran air dibuat dari pipa paralon 3 inchi. Untuk mengatur ketinggian airnya, paralon tersebut dipasang secara tegak lurus. Paralon ini juga digunakan untuk pembuangan air sehari-hari.
b. Akuarium
Akuarium yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan larva sebaiknya berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 40 cm panjang 60 dan tinggi 40 cm. Jumlah akuarium yang digunakan tergantung dari jumlah induk yang akan dipijahkan. Untuk seekor induk yang beratnya 4 kg membutuhkan akuarium sebanyak 30 buah ukuran 60 × 40× 40 (cm) atau 20 buah ukuran 80 × 60 × 60 (cm).
c. Konikel
Konikel terbuat dari fiber glass berwarna putih. Garis tengahnya 150 cm dan tingginya 120 cm. Bagian atasnya tinggi 100 cm mempunyai tepi tegak lurus, sedangkan 20 cm ke bawahnya membentuk kerucut. Dengan bentuk seperti ini, sirkulasi air akan berjalan baik dan penyebaran telur yang ditetaskan bisa merata.
Konikel dilengkapi pula dengan lubang pengeluaran air yang dibuat di tengahnya atau moncongnya. Lubang pengeluaran air ini disambung dengan paralon ukuran 1 inchi dan panjang 90 cm. Fungsi lubang ini untuk mengeluarkan air atau mengeringkan konikel bila sudah digunakan serta pembuangan air sehari-hari.
Untuk mensuplai air ke dalam konikel ini dihubungkan ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 1 inchi dan keran untuk mengatur debit airnya. Paralon tersebut kedudukannya sejajar dengan pipa pengeluaran air.
1. Bak penampung benih.
Bak ini terbuat dari tembok agar kuat dan tidak bocor. Ukuran masing-masing bak dengan panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 50 cm. untuk mensuplai air bak ini dihubungkan langsung ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 1,5 inchi. Pada setiap baknya dipasang pula keran-keran sebagai alat mengatur debit airnya. Selain itu juga dilengkapi dengan lubang pengeluaran air.
2. Tempat blower (aerator)
3. Gudang.
4. Kantor.
5. Listrik.
Listrik selain akan digunakan untuk penerangan, juga untuk menghidupkan arator (blower) dan pemanas air (heater). Sumber listrik bisa berasal dari PLN, genset atau keduanya untuk menjaga kemungkinan aliran listrik dari PLN padam.
2.2.1.2. Kolam
Kolam Pemeliharaan Induk
Luas kolam yang ideal antara 100 – 200 m2. Sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang sebab sirkulasi airnya lebih merata. Kedalaman kolam pemeliharaan induk sebaiknya 80 – 100 cm, sehingga kolam harus mempunyai ketinggian minimal 125 cm sehingga jarak antara permukaan air kolam dan bagian atas pematang 25 cm.
Kolam pemeliharaan induk juga harus memiliki sistem pengairan yang baik yaitu sistem pengairan secara paralel. Dengan system ini, setiap kolam akan mendapat air baru dan bila dikeringkan tidak mengganggu kolam yang lainnya. Kolam ini juga harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air agar memudahkan pada waktu pengeringan dan pengisian air kembali. Letak pintu-pintu berada di tengah-tengah pada lebar kolam dalam posisi sejajar. Pintu pemasukan bisa dibuat dari paralon 4 inchi sedangkan pintu pengeluaran sebaiknya dibuat secara permanen (tembok) atau dikenal dengan istilah monik.
Kolam Pendederan
Pendederan ikan bawal dilakukan dalam beberapa tahap, yakni pendederan pertama dan pendederan kedua. Bentuk kolam ini empat persegi panjang. Pintu pemasukan airnya dibuat dari pipa paralon ukuran 5 inchi. Adapun pintu pengeluaran airnya dibuat dalam bentuk monik. Pintu pengeluaran seperti ini akan mempercepat proses pengeringan kolam. Luas ideal kolam pendederan adalah antara 500 – 1.000 m2.
Kolam Pembesaran
Bentuk kolam pembesaran persegi panjang dengan ukuran antara 200 – 500 cm. Jumlah kolam pembesaran harus lebih banyak dari kolam pendederan. Kegiatan pembesaran akan memerlukan waktu minimal 4 – 5 bulan.
2.2.2. Sarana Produksi
Induk Jantan dan Induk Betina
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk yaitu :
- Bentuk tubuh harus normal.
- Induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
- Induk tersebut harus sudah mencapai umur dewasa, yaitu 4 tahun untuk induk betina dan 3 tahun untuk induk jantan.
- Induk yang akan dipijahkan tersebut harus matang gonad.
Pakan Tambahan
Pakan buatan untuk ikan bawal sebaiknya mengandung protein minimal 25% dan mengandug gizi yang komplit misalnya bahan nabati seperti sayuran atau daun-daunan, dedak halus, tepung daun, tepung jagung dan tepung kedelai. Bahan hewani misalnya tepung tulang, tepung ikan, minyak ikan dan minyak hati.
Pupuk
Ada dua jenis pupuk yang dapat digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik mengandung bahan nutrient yang lebih komplit dibanding pupuk anorganik. Beberapa pupuk anorganik yang berasal dari hewan bisa digunakan yaitu kotoran ayam, kotoran puyuh, kotoran sapi, kotoran kambing dan kotoran kerbau. Beberapa macam pupuk organik dari tumbuhan meliputi daun kipahit, petai cina, dadap solo, dadap lut, orok-orok, waru, jarung, kadoya, pingku dan daun harendong.
Contoh pupuk anorganik yang bisa digunakan yaitu urea, TSP dan NPK. Kolam yang luasnya 1.000 m2 membutuhkan 500 kg pupuk kandang 25 kg urea, 15 kg TSP dan 15 kg NPK.
Kapur
Kapur digunakan pada saat persiapan kolam. Pengapuran memiliki beberapa tujuan diantaranya untuk menaikkan pH, meningkatkan alkalinitas, serta memberantas hama dan penyakit. Jenis kapur yang digunakan yaitu kapur tohor (CaCO3). Jumlah yang harus disediakan pada kolam yang luasnya 1.000 m2 sekitar 5 kg kapur.
1. Hormon perangsang.
Ada beberapa hormon yang sering digunakan untuk merangsang pematangan gonad diantaranya LHRH (Luteinizing Hormone Releasing Hormone), PG (Pituitary Gland) atau lebih dikenal dengan hipofisa, HCG (Human Choionic Gonadotropin) dan ovaprim (merk dagang).
2.3. Teknik pengadaan induk
2.3.1. Seleksi Induk
Beberapa pertimbangan yang dipakai untuk melakukan seleksi induk adalah bentuk fisik, ukuran berat, umur, tingkat kesehatan, dan kematangan gonad. Sekalipun ikan bawal diperairan tropis cendrung cepat matang gonad, namun umur ideal yang layak dan produktif untuk dipijah adalah 4 tahun dan beratnya telah mencapai 4 – 6 kg/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit parasit.
2.3.2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina
Betina :
- Tubuh gemuk
- Warna lebih menyala
- Setelah matang gonad perut lebih gendut, gerakan lambat.
Jantan :
- Tubuh lebih langsing
- Warna kurang menyala
- setelah matang gonad, akan keluar cairan putih susu bila perut dipijat ke arah alat kelamin, gerakan agresif.
2.3.3. Asal Induk
Ikan yang digunakan untuk Induk adalah berasal dari hasil budidaya.
2.3.4. Pemijahan
2.3.4.1. Pemijahan Buatan
Pembenihan ikan bawal dilakukan dengan cara memijahkan induk, menetaskan telur, merawat larva, dan mendederkan benih. Produk akhir usaha pembenihan adalah benih ikan yang secara biologi atau morfologi menyerupai induknya.
Usaha pembenihan ikan yang baik akan menghasilkan benih-benih ikan yang telah aktif dan mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan serta resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Keberhasilan usaha pembenihan ikan sangat ditentukan oleh metoda atau sistem yang digunakan.
Menurut pola pengelolaannya, usaha pembenihan ikan bawal dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pembenihan ikan sistem konvesional (tradisional) dan modern (terapan). Pembenihan secara tradisional dilakukan dikolam yang agak luas. Induk dibiarkan pijah secara alami. Sedangkan pembenihan secara modern (terapan) induk betina dipaksa mengeluarkan cairan sperma atau dipaksa kawin diluar kemauannya sendiri. Proses pematangan kelamin (gonad) dipacu dengan suntikan (rangsangan hormon).
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur hasil pengurutan (stripping) bagian perut induk betina dan sperma hasil pemijahan atau penyedotan melalui lubang urogenital (kelamin) induk jantan dalam cawan atau piring khusus. Pembuahan (fertilisasi) sel telur terjadi akibat pencampuran langsung antara telur dan cairan sperma, sedangkan mediator pembuahannya dalah pengaduk berupa bulu ayam.
Langkah-langkah pembenihan ikan bawal secara modern meliputi seleksi induk (induk matang gonad), seleksi ikan donor, persiapan dan pelaksanaan induce spawning (perawatan induk yang diinduce/disuntik), pemijahan atau stripping dan pembuahan telur, penetasan telur, perawatan larva, benih.
2.3.4.2. Penyediaan Ikan Donor
Ikan donor adalah sejumlah ikan yang sengaja dikorbankan sebagai sumber hormon gonadotropin. Hormon dihasilkan sekaligus disimpan dalam kelenjar hypofisa yang terletak pada tengkorak kepala dibawah otak.
Berdasarkan perkembangan kelenjar hypofisa dan fluktuasi hormon gonadotropin tersebut, maka syarat ikan donor yang dipersiapkan adalah ikan dewasa dan sebaiknya ikan bawal jantan. Ikan bawal jantan relatif cepat dewasa dan periodesasi pemijahannya cukup pendek sehingga kualitas hormon yang dimilikinya cukup stabil setiap saat.
Sumber hormon buatan yang dapat digunakan adalah ovaprim dan LHRH-a. Hormon ini berupa cairan (ovaprim) dan tepung (LHRH-a) yang dikemas dalam botol atau kapsul tertutup rapat dan aman.
2.4. Pematangan induk (Repening of Spawners)
Tidak semua induk hasil penangkapan di perairan umum atau kolam penampungan memiliki tingkat kematangan gonad yang sama atau seragam. Oleh karena itu, induk-induk tersebut sebelum dipijahkan perlu dirawat secara khusus. Pelaksanaan pemijahan akan efektif jika tingkat kematangan gonad telah memasuki fase istrahat (dormand phase).
Pematangan gonad dilakukan selama 10 – 14 hari tanpa mengurangi tingkat kepadatan populasi, tetapi suplai oksigen ditambah dengan cara memperbesar aliran (debit) air dan mengatur pola makan.
2.4.1. Pemeliharaan Induk
Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan yang paling penting dari pembenihan. Hal ini disebabkan daya tetas telur bawal yang dipijahkan akan dipengaruhi oleh kualitas telurnya, sedangkan kualitas telur yang dihasilkan akan tergantung dari pemeliharaan induk. Dalam pemeliharaan induk ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti musim, lingkungan atau kondisi kolam dan pakan.
Air yang masuk ke kolam harus mengalir secara kontinue dengan debit 1 liter/detik. Adapun kepadatan induk yaitu 2 – kg/m2 atau dengan berat 4 kg dalam kolam berukuran 400 m2.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan secara monokultur karena bila dilakukan polikultur dikhawatirkan ikan bawal dapat mengganggu ikan lainnya. Dalam pemeliharaan ini induk jantan dan induk betina dipelihara dalam kolam terpisah agar memudahkan pada waktu seleksi induk.
Dalam pemeliharaan induk diberi pakan tambahan berupa pellet dengan kadar protein 35% dan dosis 3% per hari. selain itu induk bawal dapat diberi pakan berupa daging keong mas dengan dosis yang sama, menjelang musim hujan tiba dosisnya ditambah menjadi 4%. Pada saat musim hujan gonadnya sudah mulai berkembang sehingga induk perlu makanan yang cukup agar diperoleh kualitas telur yang baik.
2.4.2. Seleksi Induk
Satu bulan sesudah musim hujan sekitar bulan oktober, dilakukan seleksi induk tahap awal.
Cara menyeleksi induk bawal :
- Air kolam disurutkan secara perlahan-lahan sampai mencapai ketinggian 40 cm.
- Induk-induk digiring ke salah satu sudut dengan menggunakan jarring. Bila sudah terkumpul, induk ditangkap dengan menggunakan tangan dan kemudian diperiksa satu persatu.
- Induk betina yang matang telur dicirikan dengan perut yang buncit dan lubang kelamin yang berwarna kemerah-merahan. Berat induk betina kisaran 4 kg.
- Ciri induk jantan yang matang gonad yaitu bila perut dipijat kea rah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih susu atau sperma. Perut induk jantan tetap seperti biasa. Berat induk jantan berkisar 3 – 4 kg.
2.4.3. Pemberokan
Kegiatan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di streefing. Disamping itu pemberokan bertujuan juga untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena telur atau karena makanan.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberokan yaitu :
1. Air harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinue agar ikan tidak mengalami stress dan O2 dapat disuplai secara terus menerus.
2. Induk tidak boleh diberi pakan tambahan agar kandungan lemaknya tidak berubah.
Pemberokan dapat dilakukan selama 2 – 3 hari.
Untuk meyakinkan lebih lanjut telur dalam gonad diperiksa dengan cara dikateter yaitu selang ukuran 1 mm dimasukkan ke dalam lubang kelamin induk betina, kemudian telur disedot sedikit demi sedikit. Telur yang diperoleh diletakkan dalam lempengan gelas. Telur yang matang dicirikan dari ukurannya yang seragam, antara 1,0 – 1,2 mm, berwarna kekuningan. Bila dimasukkan dalam larutan sera intinya berada dipinggiran dan telur-telur sudah berpisah satu dengan yang lainnya.
2.4.4. Persiapan Induce Spawning
Persiapan induce spawning (persiapan pemberian hormon perangsang) meliputi pencucian (desinfektisasi) peralatan, pengambilan kelenjar hypofisa disenfektisasi dan pembuatan kelenjar hypofisa atau pengadaan hormon gonadrotopin awetan atau hormon perangsang syntetis (buatan). Peralatan utama induce spawning terdiri atas pisau potong, pinset, gelas kimia, penggerus porselin, pipet hisap, sentrifuge, jarum injek (jarum suntik), sebelum digunakan peralatan dimaksud harus disucihamakan.
Setelah pencucian peralatan dilanjutkan dengan dengan pemotongan atau operasi ikan donor. Bagian kepala ikan donor dipenggal hingga putus dan terpisah dari badannya. Kemudian, tulang tengkorak dibelah persis diatas rongga otak.
Untuk memudahkan pengambilan kelenjar hypofisa, bagian otak yang dipungut dengan pinset. Selanjutnya, lapisan kelenjar hypofisa dihisap dengan pipet. Pengambilan kelenjar hypofisa diulang dengan cara yang sama pada ikan donor yang lain.
2.4.5. Pelaksanaan Induce Spawning
Langkah pertama pelaksanaan induce spawning adalah menentukan dosis hypofisa atau hormon buatan. Dosis hypofisa ditentukan berdasarkan berat induk (kg) yang akan menerima suntikan ekstrak hypofisa dan berat butiran induk (mg) yang berasal dari ikan donor sebelum dibuat ekstraks atau berat induk yang akan disuntik dan volume cairan atau berat tepung hormon perangsang buatan.
Langkah kedua adalah menyuntik ekstrak hypofisa atau hormon lain (ovaprim) pada ikan penerima. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu suntikan tunggal dan suntikan bertahap. Penyuntikan tunggal dilakukan dengan penginjeksian, total dosis ekstrak hypofisa dalam tubuh induk ikan penerima. Sedangkan suntikan bertahap dapat dilakukan dengan cara membagi volume ekstrak hypofisa yang telah dipersiapkan sesuai dengan perhitungan dosis. Suntikan bertahap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sekali suntikan awal dan 1-2 kali suntikan penentu.
Alat yang digunakan meliputi pisau, talenan, pinset, penggerus, dan alat suntik. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu hipofisa dari ikan donor (ikan mas atau sejenisnya seberat 500 – 600 gram), ovaprim atau HCG dan aquabidestilata.
Dosis penyuntikan yang digunakan tergantung dari jenis hormon. Induk betina disuntik sebanyak 3 dosis bila menggunakan kelenjar hipofisa, 0,75 ml/kg induk bila menggunakan ovaprim, dan 3 µg/kg bila menggunakan LHRH analogue. Khusus untuk LHRH analogue sebelum digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dalam 1 ml larutan NaCl. Adapun pemberian hormon untuk induk jantan dengan hipofisa 1 dosis, ovaprim 0,5 ml/kg atau LHRH sebanyak 2 µg/kg.
Penyuntikan hormon pada induk betina dilakukan dua kali. Penyutikan pertama sebanyak 1/3 bagian dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 bagian. Selang waktu penyuntikan pertama dengan penyuntikan kedua adalah 12 jam. Induk jantan hanya disuntik satu kali yaitu bersamaan waktunya dengan penyuntikan induk betina yang kedua.
Apabila hormon yang akan digunakan adalah hipofisa maka perlu dilakukan langkah pembuatan larutan hipofisa. Caranya mula-mula ikan donor dipotong secara vertical tepat di belakang tutup insang, kemudian kepala ikan donor tersebut dipotong lagi secara horizontal tepat di atas hidung, kea rah bagian bawah mata sehingga akan terlihat otaknya.
2.5. Pemijahan
Stripping dan pembuahan
Puncak kematangan gonada adalah ovulasi. Ovulasi telur tidak dapat dihentikan atau dihambat. Telur yang telah masak dan mengalami ovulasi harus dipijahkan (dikeluarkan melalui proses pemijahan) secara alami atau pun paksaan berpijah dengan pijitan atau stripping.
Proses pematangan telur berlangsung secara serentak. Perbedaan waktu antara telur yang pertama kali mengalami ovulasi dan yang terakhir hanya sekitar 15 – 20 menit. Dengan demikian induk-induk yang disuntik dalam waktu yang hampir bersamaan akan mengalami ovulasi yang hampir bersamaan pula.
Pembuahan telur dalam pemijahan ikan secara paksa (stripping) dilakukan dalam cawan (mangkok). Sediakan bulu ayam yang kering, bersih dan steril. Dalam waktu yang bersamaan dengan stripping induk betina, dilakukan juga stripping atau penyedotan sperma induk jantan.
2.6. Teknik Penyediaan Pakan
Penyediaan pakan dilakukan dengan alami.
2.7. Teknik Penetasan Telur
2.7.1. Perawatan Telur
Telur fertile dan sehat akan membengkak terus. Telur yang membengkak terdiri atas inti, rongga previtilline, dan dinding (cangkang) telur. Inti mengandung kuning telur, lemak dan sel – sel yang berserakan. Kuning telur mengalami beberapa kromosom normal sebagai sel samotik. Sedangkan disekeliling inti adalah rongga yang berisi cairan yang mengandung protein terlarut. Telur ikan tertutup oleh cangkang yang terdiri atas 3 lapis. Cangkang telur ikan sangat tipis, lembut, halus dan mudah pecah.
Telur fertile dan sehat akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya menetas menjadi larva.
2.7.2. Penetasan
Penetasan telur bawal dapat dilakukan dalam corong penetasan, konikel, atau akuarium. Kegiatan penetasan dibagi dalam beberapa tahap yakni persiapan, pemasukan air, penebaran telur, pembuangan telur yang tidak menetas dan pergantian air.
Tempat penetasan sebelumnya dibersihkan dan dijemur terlebih dahulu selama 1 - 2 hari. Kemudian tempat penetasan diisi air setinggi 30 cm untuk akuarium, 80 cm untuk konikel dan sesuai ketinggian bak untuk corong penetasan. Untuk daerah yang suhu airnya dibawah 25oC, tempat penetasan tersebut perlu dilengkapi dengan pemenas air (heater) yang distel pada suhu 28oC. Bila memakai akuarium, perlu dilengkapi dengan aerator. Dua jam sebelum pemasukan telur, heater dan aerator sudah dihidupkan.
Telur yang sudah bersih dari kegiatan streefing atau telur yang diambil dari bak pemijahan, dimasukkan sedikit demi sedikit dengan memakai gayung plastic atau gelas agar tidak rusak. Kepadatan telur yang dianjurkan 150 – 250 butir/liter. Jadi salam suatu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm dapat diisi 10.000 – 20.000 butir telur, satu konikel dapat diisi 150.000 – 200.000 butir dan satu corong diisi 5.000 – 10.000 butir.
Apabila sudah dimasukkan semua, telur dibiarkan sampai menetas. Pengontrolan aliran air, aerasi dan suhu air harus dilakukan setiap hari. Jika kondisi lingkungan baik, telur akan menetas dalam waktu 18 – 24 jam dengan persentase minimal 80%. Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas air dan factor-faktor lainnya seperti penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator.
2.8. Perawatan Larva
Anatomi tubuh larva yang baru menetas belum sempurna, tetapi larva tersebut telah memiliki makanan cangkang berupa kuning telur. Biasanya kelangsungan hidup tergantung pada kualitas kuning telur makanan cadangan.
2.8.1. Pemberian Pakan
Larva ikan bawal yang baru menetas hingga umur tiga hari masih tersedia pakan cadangan dalam tubuhnya, namun setelah itu larva perlu diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia atau artemia yang baru menetas hingga larva berumur 8-10 hari. Sesudah itu diberikan cacing rambut hingga umur 14 hari atau hingga larva dipelihara di kolam.
Dari uraian tersebut lerlihat bahwa pakan berupa pakan alami. Pakan alami ini sangat penting bagi larva karena organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Pakan alami harus memenuhi persyaratan , diantaranya :
a) Ukuran kecil dari bukaan mulut larva
b) Gizinya tinggi
c) Dapat bergerak, terapung, atau tersuspensi
d) Mudah dibudidayakan dalam jumlah besar
e) Dapat dibudikayaan dengan biaya murah
f) Dapat bermanfaat sumberdaya alam sekitar.
2.8.2. Pengelolaan Kuaitas Air
Mengingat larva ikan bawal sangat rentan, penangannya harus dilakukan secara hati-hati dan teliti. Di samping konsentrasi oksigen dalam media perawatan tetap terjamin, suhu media perawatan juga harus optimal.
Pekerjaan pokok perawatan larva ikan bawal adalah membersihakan cangkang dan telur busuk (rusak) serta mempertahankan konsentrasi oksigen pada suhu optimal.
Suplai air selama perawatan larva harus dikontrol secara cermat. Supalai air yang terlalu kecil akan menyebabkan terkumpulnya larva sehingga terjadi persaingan ( perebutan) oksigen. Sebaliknya suplai air yang terlalu besar akan menghanyutkan larva.
2.8.3. Pengendalian Hama dan Penyakit
2.8.3.1. Pencegahan dan Pengobatan Secara Umum
a. Kolam dikeringkan sampai tanah dasarnya retak-retak.
b. Dilakukan pengapuran saat persiapan kolam.
c. Pada pintu pemasukan air dipasang saringan.
Adapun cara mencegah serangan penyakit dapat dengan beberapa cara, diantaranya yaitu :
a. Mengeringkan kolam untuk memotong siklus hidup penyakit.
b. Melakukan pengapuran saat persiapan kolam agar penyebab penyakit bisa mati.
c. Menjaga kondisi ikan agar tetap sehat dan tidak stress.
d. Menjaga kondisi lingkungan hidup agar sesuai dengan kebutuhan ikan.
e. Mengurangi kepadatan ikan untuk mencegah kontak langsung antar ikan, menghindari terjadinya penurunan kadar oksigen dalam air, serta meingkatnya kadar NH3.
f. Memberi pakan tambahan yang cukup, tetapi tidak berlebihan.
g. Mencegah terjadinya luka pada tubuh ikan dengan penanganan yanng baik.
h. Mencegah masuknya binatang pembawa penyakit, seperti burung, siput dan lain-lain.
Ada beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya pengobatan melalui air kolam, perendaman, makanan dan langsung pada ikan.
1. Melalui air kolam
Cara ini dilakukan dengan mencampurkan obat pada air kolam yang berisi ikan yang sakit. Namun, sebelum ditebarkan, volume air kolam harus diketahui dahulu agar dosis obat yang diberikan sesuai dengan anjuran.
2. Melalui perendaman
Dalam perendaman, ikan yang sakit harus dipanen dahulu, kemudian direndam dalam larutan obat dengan dosis sesuai anjuran.
3. Melalui makanan
Pengobatan melalui makanan atau system oral dilakukan dengan member pakan yang sudah diberi obat tertentu pada ikan yang sakit.
4. Melalui ikan langsung
Pengobatan langsung pada ikan yang sakit dilakukan dengan cara mengolesi obat pada tubuh ikan, terutama tubuh bagian luar, seperti sisik, kepala atau mata.
2.8.3.2. Pencegahan dan Pengobatan Secara Khusus
Hama
Kehadiran hama dapat berasal dari luar maupun dari dalam, artinya hama tersebut sudah ada di dalam kolam.
a. Notonecta
Notonecta memiliki lima pasanga kaki. Tiga pasang kaki di bagian belakang digunakan untuk berenang, sedangkan dua pasang di bagian depan digunakan sebagai alat penyengat. Hama ini biasanya menyerang benih, terutama yang berukuran kecil. Serangannya dapat mematikan karena mangsanya dijepit.
Notonecta sangat menyenangi perairan yang banyak mengandung bahan organic dan terdapat tanaman air yang membusuk. Binatang ini biasa bergerak turun naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Apabila perairan yang ditempati kurang cocok, binatang ini akan berpindah ke kolam lain dengan cara terbang.
Oleh Karen bisa terbang maka sampai saat ini pencegahan notonecta masih sulit dilakukan. Cara terbaik yang dilakukan yaitu dengan mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan membuang tanaman air yang ada. Jika populasi hama ini sangat banyak maka dilakukan pemberantasan hama dengan cara menyiram minyak tanah sebanyak 5 liter/1000 m2 air kolam.
b. Ucrit
Ucrit memiliki badan seperti ulat, badannya kaku, tetapi dapat bergerak dengan cepat. Tubuhnya berwarna agak kehijauan. Ciri khas binatang ini adalah di bagian kepala memiliki taring sebagai alat penjepit mangsa dan di bagian ekornya memiliki alat penyengat. Serangan binatang ini lebih berbahaya disbanding notonecta karena dalam sehari dapat menyerang beberapa ikan. Cara penyerangannya dengan menjepit perut benih sampai robek, kemudian benih dimangsanya.
Lingkungan hidup yang disenangi ucrit hampir sama dengan notonecta, yaitu perairan yang banyak mengandung bahan organik, seperti adanya jerami dan rerumputan. Larva cybister yang sudah dewasa akan bermetamorfosis menjadi kumbang berwarna hitam. Kumbang ini akan terbang dari kolam satu ke kolam lainnya.
Keberadaan ucrit dapat dicegah dengan beberap cara, seperti mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan melakukan persiapa kolam yang baik. Adapun pemberantasannya dapat dilakukan dengan menggunakan obat yang disebut Decis dengan dosis 2 mg/.
c. Belut
Belut merupakan jenis ikan yang banyak ditemukan di sawah-sawah. Selain sawah, belut juga ditemukan di pematang-pematang kolam sehingga seringkali menyebabkan kebocoran pematang. Belut biasanya aktif pada malam hari, terutama dalam mencari makan, sedangkan pada siang hari lebih juga di lubang-lubang. Binatang ini termasuk karnivoran (pamakan daging). Makanan yang paling disukai adalah cacing. Selain itu juga dapat memangsa ikan. Satu ekor belut memang tidak banyak mekan ikan, tetapi bila jumlahnya banyak ikan yang dimangsanya juga bisa banyak. Oleh karenanya, binatang ini juga harus diberantas atau dicegah. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengeringkan, kemudian lubang-lubangnya dibongkar, kemudian ditutup kembali. Bila ada belutnya segera dibunuh. Cara lainnya adalah melapisi pematang dengan anyaman bamboo sehingga belut yang ada dalam pematang tidak bisa keluar.
d. Ular sawah
Ular sawah merupakan sejenis ular yang biasa hidup di sawah-sawah. Kepalanya kecil dan bagian perutnya lebih besar. Bagin atas tubuh berwarna cokelat seperti tanah sawah dan bagian bawahnya berwarna putih. Selain di sawah binatang ini sering juga ditemukan di saluran-saluran air. Ular sawah aktif pada malam hari, termasuk mencari makan, sedangkan pada siang hari bersembunyi di lubang-lubang. Makanan kesukaannya adalah binatang yang ukurannya lebih kecil dari mulutnya, seperti anak katak, ikan dan binatang lainnya. Satu ekor ular dapat memakan ikan ukuran 2 – 3 cm sampai 10 ekor. Pencegahan ular sawah dapat dilakukan dengan memagar pematang dengan pagar bamboo yang rapat. Sedangkan pemberantasan ular dilakukan dengan membunuh ular yang masuk ke kolam.
Penyakit
Penyakit adalah organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuhnya terganggu. Dengan terganggunya salah satu bagian tubuh maka terganggu pula anggota tubuh lainnya. Demikian juga aktifitas hidupnya terganggu sepeti gerakan, pernafasan ataupun nafsu makan. Serangan penyakit yang parah menimbulkan kematian total sehingga kerugian tak dapat dihindari.
Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu lingkungan, kondisi ikan dan adanya bakteri pathogen. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, misalnya lingkungan memburuk maka kehidupan ikan akan terganggu dan penyakit lebih mudah menyerang. Ada beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan bawal yaitu jamur, bintik putih dan trichodinas.
a. Jamur
Penyakit jamur pada ikan bawal disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Dan Achlya sp. Selain menyerang bawal, Saprolegnia juga menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, termasuk telurnya. Saprolegnia memiliki bentuk tubuh seperti benang halus, berwarna putih atau kadang berwarna cokelat. Pada serangan yang parah, benang tersebut tampak lebih panjang, banyak dan padat. Penyakit ini bisa menyerang tubuh bagian luar seperti kepala, tutup insang, sirip dan bagian luar lainnya.
Bentuk tubuh Achlya mirip dengan saprolegnia, tetapi jumlah sporanya lebih banyak dan bercabang-cabang bila serangannya parah, benang tersebut tampak lebih banyak dan padat dibandingkan saprolegnia.
Timbulnya penyaklit jamur dapat disebabkan oleh penanganan ikan yang kurang baik. Disamping itu kurangnya pakan, suhu air dan kandungan oksigen yang rendah, kualitas telur yang kurang baik, serta kepadatan telur yang terlalu tinggi juga dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit ini.
Penyakit jamur dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya dengan menjaga kualitas air agar tetap baik, menangani ikan atau telur dengan baik, member pakan tambahan yang cukup dan tidak menebarkan telur yang terlalu padat. Apabila telah terjadi serangan, pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan atau telur dalam malachitegreen 1 mg/l selama 1 jam atau larutan NaCl 5 g/l selama 15 menit.
b. Penyakit Bintik Putih
Penyakit bintik putih (white spot) pada ikan bawal dan ikan air tawar lainnya biasanya disebabkan oleh parasit Ichthyopthirius multifilis. Parasit ini termasuk protozoa yang memiliki bulu getar. Penyakit ini bisa menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, terutama benihnya.
Ikan yang terserang penyakit ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh sehingga bagian tersebut akan berwarna pucat. Tanda lainnya yaitu ikan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar dan dinding kolam, serta sering terlihat megap-megap dan selalu berkumpul di sekitar air masuk.
Faktor pendukung timbulnya penyakit bintik putih yaitu kualitas air yang buruk, suhu air yang rendah (dibawah 24o C), ketersediaan pakan yang kurang dan terkontaminasi ikan liar. Penularan dapat terjadi akibat kontak langsung ikan dan aliran air.
Usaha pencegahan terhadap penyakit bintik putih yaitu dengan cara menjaga kualitas air tetap baik, mempertahankan suhu air 28o C dan menggunakan alat yang bersih. Adapun pengobatan yang dilakukan bila ikan telah terserang yaitu dengan merendam ikan dalam larutan formalin 25 ml/m3 yang dicampur dengan malachitgreen oxalate 0,15 g/m3 air selama 24 jam. Cara lain yang lebih praktis dan murah adalah dengan menyurutkan air kolam sampai 10 cm agar suhu air naik diatas 28°C. Keadaan ini dibiarkan selama 2 – 4 hari.
c. Trichodiniasis
Penyakit trichodiniasis disebabkan oleh parasit yang disebut Trichodina sp. Trichodina termasuk parasit yang tergolong dalam Filum Coliophora karena mempunyai silia (rambut-rambut getar). Bentuk tubuhnya seperti piring atau topi yang diselimuti silia di ujung tubuhnya. Panjang tubuhnya sekitar 50 µ (milimikron).
Parasit Trichodina dapat menyerang hampir semua jenis ikan air tawar dan beberapa jenis ikan air laut. Biasanya, bagian yang diserang adalah organ tubuh bagian luar, seperti kulit, sirip dan insang. Cara menyerangnya dengan menempelkan tubuhnya pada organ tubuh yang menjadi sasarannya.
Ikan yang terserang ditandai dengan adanya luka atau kerusakan pada organ yang diserang dan disertai dengan infeksi sekunder. Tanda klinisnya tidak tampak karena ukuran tubuhnya sangat kecil sehingga cara mendiagnosisnya hanya dengan mikroskop.
Usaha pencegahan terhadap penyakit ini dengan member pakan tambahan yang cukup dan bergizi tinggi, filterisasi dan menaikkan suhu air (dengan menyurutkan air kolam sampai 10 – 15 cm). Adapun pemberantasan yang dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan NaCl 500 – 1000 mg/l selama 24 jam atau dalam larutan formalin 25 mg/l selama 24 jam.
2.8.3.3. Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan Larva di Akuarium
Akuarium yang sudah bersih dijemur selama 2 hari, kemudian diisi air bersih setinggi 30 cm. Pasang pula heater yang sudah distel suhunya 29oC, demikian juga aeratornya dijalankan. Heater dan aerator tersebut dibiarkan hidup selama masa pemeliharaan larva.
Setelah akuarium dan perlengkapannya siap, larva dimasukkan dengan hati-hati. Larva ini dapat berasal dari konikel, corong atau akuarium.
Larva dari Konikel atau Corong
Larva dari Akuarium
Kepadatan larva antara 50 – 75 ekor. Sebaiknya 2/3 bagian airnya harus dibuang karena biasanya mengandung telur-telur yang tidak menetas. Di samping itu airnya sudah berbau amis dan apabila tidak dibuang maka dapat menyebabkan kematian pada larva.
Empat hari kemudian, pakan cadangan dalam tubuh larva akan habis. Pada saat itu, larva mulai diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia (artemia yang baru menetas). Pada awalnya artemia yang diberikan kira-kira 1 sendok makan setiap pemberian untuk satu akuarium. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 09.00, 14.00 dan 17.00.
Artemia diberikan sampai larva berumur 8 – 10 hari. Sesudah itu larva sudah bisa diberikan cacing rambut. Pemberian cacing rambut dilakukan sampai umur 14 hari atau hingga larva siap dipelihara di kolam pendederan.
Larva bawal juga bisa diberikan Brachionus (atau hewan yang termasuk golongan rotifera). Pemberiannya dapat dilakukan menjelang larva habis kuning telur, selama 2 - 3 hari. Untuk 2 hari berikutnya, larva diberikan moina yang baru menetas. Dua hari berikutnya, bisa diberi moina muda. Setelah itu hingga 14 hari larva dapat diberi moina dewasa. Bila kondisi air dan kualitas larva baik, kelangsungan hidup larva dapat mencapai 60 -70%. Larva sudah disebut benih bila telah berukuran 0,25 – 0,5 inchi.
Pagi hari sebelum pakan diberikan, air akuarium harus diganti dengan cara disipon. Air yang diganti cukup ½ bagian saja. Kemudian akuarium diisi air yang bersih dan baru hingga mencapai ketinggian semula. Saat penyiponan larva yang mati harus dibuang agar tidak membusuk dan menimbulkan bau.
Untuk mencegah adanya serangan penyakit, terutama air akuarium ditambah obat yang disebut GOLD 100 bakteri. Obat tersebut sebelumnya dilarutkan dalam 1 liter air. Ambil 50 ml (5 sendok makan) larutan GOLD 100 untuk satu akuarium. Satu bungkus GOLD 100 cukup untuk 20 buah akuarium. Tanda air yang bisa dilihat adalah jika airnya sudah berwarna kuning (muda). Pencegahannya cukup dilakukan 3 hari sekali.
2.8.3.4. Pemeliharaan Benih
Benih yang dipelihara berukuran ¼ - ½ inchi sampai benih siap dipelihara di kolam pendederan. Padat tebar benih berkisar 60 -70 ekor/m2. Pemeliharaan benih cukup dilakukan selama 21 hari dan biasanya benih yang dihasilkan berukuran 1 – 1,5 inchi dengan SR (Survival Rate) dapat mencapai 90%.
Penanganan Benih
Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ukuran ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih dengan ukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan dan bila dijual, akan mendapat harga yang layak karena ukurannya seragam.
Seleksi benih dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Seleksi Manual
Artinya menyelaksi benih tanpa menggunakan alat (menggunakan tangan). Cara seleksi manual yaitu benh ditangkap dengan memakai sekup net halus kemudian diletakkan di atas bak lain yang sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekup net dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukkan dalam bak tadi, sedangkan benih berukuran lebih kecil dimasukkan ke bak lain.
Seleksi Dengan Alat
Alat yang digunakan berupa ayakan yang dapat terbuat dari bambu atau alumunium dengan ukuran mess (lubang ayakan) tergantung dari ukuran benih. Untuk benih hasil dari pemeliharaan larva digunakan mess berukuran 1 cm.
Cara seleksi menggunakan alat adalah benih ditangkap dengan sekup net. Jumlah yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak. Ayakan diletakkan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukkan benih kedalam ayakan dan biarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Adapun benih yang besar akan tertampung dalam ayakan, kemudian dimasukkan dalam bak lain.
Penghitungan Benih
Menghitung benih bawal hasil dari kolam pemeliharaan larva dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Penghitungan langsung
Penghitungan volumetrik
2.9. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air secara perlahan-lahan sampai 10 - 20 cm. Benih ditangkap sedikit demi sedikit dengan menggunakan waring. Benihnya dimasukkan ke dalam ember dan ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
Tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar dapat mencapai 90 %. Kepadatan benih dari hasil pendederan satu bila akan diangkut dalam satu kantong diisi 300 – 400 ekor.
2.9.1. Lama Pemeliharaan.
Masa pemeliharaan bawal di kolam pendederan sebaiknya tidak terlalu lama maksimal 1 bulan.
2.9.2. Ukuran
Bila kondisinya baik dan tidak ada kendala benih yang dihasilkan dari pendederan satu dapat mencapai panjang 2 – 3 inchi (5 g).
2.10. Pengangkutan
2.10.1. Terbuka
Sistem ini hanya bisa dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh yang singkat. Alat angkutnya berupa keramba atau ember besar. Untuk mengangkut benih bawal ukuran ½ - ¾ inchi dalam jarak 500 m dan waktu angkut 10 menit, satu ember besar atau keramba dapat diisi sebanyak 500 – 1.000 ekor. Air dalam ember atau keramba berupa air bersih dan tingginya hanya ½ bagian.
2.10.2. Tertutup
Sistem ini dapat digunakan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat dengan waktu yang singkat maupun jarak jauh dengan waktu yang lama. Wadah angkutnya berupa kantong plastik dengan lebar 40 – 50 cm, panjang 60 – 80 cm dan tebal 0,2 – 0,4 mm. Kepadatan benih dalam satu kantong tergantung dari jarak angkut dan waktu yang ditempuh. Untuk jarak 60 km dan waktu tempuh 3 jam, satu kantong dapat diisi benih bawal ukuran 0,5 – 0,75 inchi sebanyak 1.000 ekor. Untuk 100 km dan waktu tempuh 6 jam, satu kantong hanya dapat diisi 500 ekor.
2.11. Perencanaan Produksi/Analisa Usaha
Analisis Usaha Pembenihan
Beberapa hal yang perlu diketahui :
Biaya tetap
- Sewa kolam 1.000 m2 selama 1,5 bulan = Rp. 900.000,-
- Sewa hatchery 1 bulan = Rp. 300.000,-
- Biaya tenaga kerja 2 jam × 60 hari × Rp. 12.750 = Rp. 1.530.000,-
- Biaya peralatan = Rp. 60.000,-
Jumlah = Rp. 2.790.000,-
Biaya variable
- Pembelian induk () =
- Artemia 4 kaleng @ Rp. 300.000 = Rp. 1.200.000,-
- Ovaprim = Rp. 200.000,-
- Pakan tambahan 45 hari × 3 kg × Rp. 15.000,- = Rp. 2.025.000,-
- Pupuk 20 karung @ Rp. 10.000 = Rp. 200.000,-
- Kapur 50 kg @ Rp. 1.800,- = Rp. 90.000,-
- Obat = Rp. 60.000,-
Jumlah = Rp. 3.775.000,-
Total modal = Rp. 6.565.000,-
Bunga modal
2 bulan 2% × 6.565.000,- = Rp. 218.000,-
Total biaya Rp. 2.790.000 +Rp. 3.775.000+ Rp. 218.000 = Rp. 6.783.000,-
Pendapatan 200.000 ekor × Rp. 349,- = Rp. 69.864.900,-
Keuntungan
Rp. 69.864.000 – Rp. 6.783.000 = Rp. 63.081.900,-
B C rasio Rp.69.846.000,-/ Rp. 6.783.000,- = 10,3
BEP volume produksi Rp. 6.783.000,-/349 = 19435 ekor
BEP harga produksi Rp. 6.783.000,-/200.000 = Rp. 33,915
Analisis pengembalian modal
Rp. 6.783.000,-/ Rp. 63.081.900,- × periode = 0,10 kali
Analisis efisiensi modal
Rp. 63.081.900,-/ Rp. 6.783.000,- × 100% = 930%
ShoutMix chat widget
1.1. Latar Belakang
Ikan bawal merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Pertumbuhan ikan bawal relatif lebih cepat dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lainnya. Ikan bawal yang hidup di perairan alami dapat tumbuh mencapai ukuran berat 30 kg/ekor dan panjangnya sekitar 90 cm.
Budidaya ikan bawal tidak sulit. Ikan ini dapat dibudidayakan dikolam tertutup atau tergenang dan kolam mengalir ataupun kolam air deras dan dipelihara dalam jala (jaring) apung. Ikan bawal dapat berpijah secara alami diperairan umum.
Pemijahan ikan bawal di kolam hanya dapat dilakukan dengan cara hypofisasi atau rangsangan hormon (induce spawning) yang menggunakan ektraks kelenjar hypofisa dan ovaprim. Selanjutnya, induk yang telah dirangsang dipijahkan secara alami ataupun dilakukan stripping (ovulasi buatan).
1.2. Tujuan
Tujuan pembenihan ikan adalah menghasilkan benih sebanyak-banyaknya dan terus menerus (kontinue) serta menghasilkan benih yang memiliki ketahanan fisik (tubuh) yang baik (sehat).
II. DASAR PERENCANAAN
2.1. Penentuan Lokasi
2.1.1. Kriteria Penentuan Lokasi
2.1.1.1. Ketinggian tempat
Dari hasil pengamatan, bawal dapat hidup dengan baik pada ketinggian antara 100 – 800 m diatas permukaan laut dengan suhu air 25 – 30oC.
2.1.1.2. Jenis Tanah
Tanah liat merupakan jenis tanah yang paling cocok dibuat kolam budidaya bawal karena mudah dibuat kolam dengan pematang yang kokoh dan kondisinya subur.
2.1.1.3. Air
Sumber Air
Air Sungai
Air sungai cocok untuk perkolaman yang sangat luas, minimal 100 kolam karena debit airnya sangat besar.
Air Irigasi
Air yang berasal dari irigasi ini akan cocok untuk perkolaman yang luasnya sedang, minimal 20 kolam.
Air dari Saluran Kecil
Air yang berasal dari saluran kecil cocok untuk kolam yang sempit atau kecil karena disesuaikan dengan debit yang diperlukan juga kecil.
- Berada dekat dengan sumber air atau memiliki sumber air sendiri.
- Letak sumber airnya lebih tinggi dari lokasi hatchery agar air mudah dialirkan kedalam hatchery (kecuali bila menggunakan pompa air).
- Kuantitas airnya cukup agar kegiatannya dapat berjalan secara continue (berkesinambungan).
- Kualitas airnya baik, misalnya jernih, kandungan oksigennya tinggi atau sekitar 4 ppm dan tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan ikan.
- Lokasinya dekat dengan areal perkolaman.
- Keamanannya terjamin.
- Dekat dengan jalan dan transportasinya lancar.
2.1.2. Rekayasa Penentuan Lokasi
Table 1. Kisaran parameter kualitas air untuk ikan bawal
Parameter Kisaran
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen
Karbondioksida
pH
Amoniak
Alkalinitas 25 – 30oC
Hijau kecoklatan
20 -40 cm oleh plankton
Minimal 4 mg/l
Maksimal 25 mg/l
7 – 8
Maksimal 0,1 mg/l
50 – 300 mg/l
2.2. Pemilihan Sarana dan Prasarana
2.2.1. Prasarana
2.2.1.1. Hatchery
Agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hatchery harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
Fasilitas yang harus dibuat untuk hatchery ikan bawal yaitu :
Bak Penampungan Air Bersih
Letak bak ini harus lebih rendah dari sumber air agar air mudah dialirkan. Bak penampungan harus kuat dan kokoh sehingga dapat menampung air dalam volume yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya bak ini dibuat dari beton atau tembok.
Bak Pemberokan
Bak pemberokan sebaiknya tidak terlalu luas sebab akan menyulitkan pada waktu menangkap induk yang akan dipijahkan. Bak pemberokan harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk memudahkan dalam mengisi maupun mengeringkan bak. Ukuran paralon pengeluaran lebih besar tujuannya agar bak dapat dikeringkan dengan cepat. Hal lain yang paling penting pada bak pemberokan ini adalah kondisi airnya. Air yang masuk kedalam bak pemberokan harus continue (berkesinambungan) dan tidak mengandung makanan.
Bak Pemijahan
Bak pemijahan harus dipasang kawat dan paku di bagian atasnya untuk tempat mengikat tali hapa pamijahan. Air yang masuk ke bak pemijahan tetap kontinue karena pada waktu pemijahan airnya harus tetap mengalir. Keadaan airnya juga harus bersih agar telur-telur tidak kotor dan tidak terbungkus lumpur yang dapat menurunkan daya tetas telur.
Tempat Penetasan Telur
Ada tiga macam tempat penetasan yang dapat digunakan, yaitu corong dari kain terilin, akuarium dan konikel. Ukuran dan daya tampung ketiga macam tampat penetasan telur tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Corong Penetasan
Telur-telur ikan bawal sifatnya tenggelam dan tidak menempel. Beberapa menit setelah terjadi pembuahan, telur-telur akan mengembang sampai 3-4 kali lipat diameter telurnya. Untuk menetaskannya, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar telur yang sudah mengembang tidak pecah.
Corong penetasan telur ikan bawal dibuat dari kain terilin atau kain lainnya yang halus dan tipis. Corong penetasan berbentuk kerucut dengan garis tengah bagian atas 40 - 60 cm dan tinggi 50 cm. Agar berbentuk bulat, bagian atas diberi kawat ukuran 0,5 cm. Bagian atas atau kawat tersebut diberi tali untuk mengikat corong tersebut agar kedudukannya tidak berubah. Pada bagian dasar corong atau bagian moncongnya diberi selang kecil ukuran ¼ inchi sebagai tempat mengalirkannya air. Jumlah corong yang harus dibuat tergantung jumlah induk yang akan dipijahkan. Untuk satu ekor induk ukuran 4 kg, dibutuhkan 15 – 20 buah corong.
Perlu dibangun pula baknya untuk memasang atau menempatkan corong tersebut. Bak ini dibuat dari tembok atau beton. Ukuran bak panjang 6 m, lebar 1,5 m dan tinggi 1 m. Untuk mengalirkan air ke masing-masing corong penetasan, bak ini dihubungkan langsung dengan menggunakan paralon 1,5 inchi. Pada bagian tepi bak, dipasang keran-keran sebagai pengatur debit air yang dialirkan ke setiap corong penetasan. Jumlah keran yang dipasang tergantung jumlah corong. Bak ini juga dilengkapi dengan batang-batang besi yang sudah dipasang memanjang sebagai tempat mengikatkan corong-corong tersebut agar kedudukannya tidak goyang.
Untuk memudahkan pengeringan setelah digunakan, bak penetasan dilengkapi pula dengan pintu yang dipasang di bagian ujung dan tengah bak. Pintu pengeluaran air dibuat dari pipa paralon 3 inchi. Untuk mengatur ketinggian airnya, paralon tersebut dipasang secara tegak lurus. Paralon ini juga digunakan untuk pembuangan air sehari-hari.
b. Akuarium
Akuarium yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan larva sebaiknya berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 40 cm panjang 60 dan tinggi 40 cm. Jumlah akuarium yang digunakan tergantung dari jumlah induk yang akan dipijahkan. Untuk seekor induk yang beratnya 4 kg membutuhkan akuarium sebanyak 30 buah ukuran 60 × 40× 40 (cm) atau 20 buah ukuran 80 × 60 × 60 (cm).
c. Konikel
Konikel terbuat dari fiber glass berwarna putih. Garis tengahnya 150 cm dan tingginya 120 cm. Bagian atasnya tinggi 100 cm mempunyai tepi tegak lurus, sedangkan 20 cm ke bawahnya membentuk kerucut. Dengan bentuk seperti ini, sirkulasi air akan berjalan baik dan penyebaran telur yang ditetaskan bisa merata.
Konikel dilengkapi pula dengan lubang pengeluaran air yang dibuat di tengahnya atau moncongnya. Lubang pengeluaran air ini disambung dengan paralon ukuran 1 inchi dan panjang 90 cm. Fungsi lubang ini untuk mengeluarkan air atau mengeringkan konikel bila sudah digunakan serta pembuangan air sehari-hari.
Untuk mensuplai air ke dalam konikel ini dihubungkan ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 1 inchi dan keran untuk mengatur debit airnya. Paralon tersebut kedudukannya sejajar dengan pipa pengeluaran air.
1. Bak penampung benih.
Bak ini terbuat dari tembok agar kuat dan tidak bocor. Ukuran masing-masing bak dengan panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 50 cm. untuk mensuplai air bak ini dihubungkan langsung ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 1,5 inchi. Pada setiap baknya dipasang pula keran-keran sebagai alat mengatur debit airnya. Selain itu juga dilengkapi dengan lubang pengeluaran air.
2. Tempat blower (aerator)
3. Gudang.
4. Kantor.
5. Listrik.
Listrik selain akan digunakan untuk penerangan, juga untuk menghidupkan arator (blower) dan pemanas air (heater). Sumber listrik bisa berasal dari PLN, genset atau keduanya untuk menjaga kemungkinan aliran listrik dari PLN padam.
2.2.1.2. Kolam
Kolam Pemeliharaan Induk
Luas kolam yang ideal antara 100 – 200 m2. Sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang sebab sirkulasi airnya lebih merata. Kedalaman kolam pemeliharaan induk sebaiknya 80 – 100 cm, sehingga kolam harus mempunyai ketinggian minimal 125 cm sehingga jarak antara permukaan air kolam dan bagian atas pematang 25 cm.
Kolam pemeliharaan induk juga harus memiliki sistem pengairan yang baik yaitu sistem pengairan secara paralel. Dengan system ini, setiap kolam akan mendapat air baru dan bila dikeringkan tidak mengganggu kolam yang lainnya. Kolam ini juga harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air agar memudahkan pada waktu pengeringan dan pengisian air kembali. Letak pintu-pintu berada di tengah-tengah pada lebar kolam dalam posisi sejajar. Pintu pemasukan bisa dibuat dari paralon 4 inchi sedangkan pintu pengeluaran sebaiknya dibuat secara permanen (tembok) atau dikenal dengan istilah monik.
Kolam Pendederan
Pendederan ikan bawal dilakukan dalam beberapa tahap, yakni pendederan pertama dan pendederan kedua. Bentuk kolam ini empat persegi panjang. Pintu pemasukan airnya dibuat dari pipa paralon ukuran 5 inchi. Adapun pintu pengeluaran airnya dibuat dalam bentuk monik. Pintu pengeluaran seperti ini akan mempercepat proses pengeringan kolam. Luas ideal kolam pendederan adalah antara 500 – 1.000 m2.
Kolam Pembesaran
Bentuk kolam pembesaran persegi panjang dengan ukuran antara 200 – 500 cm. Jumlah kolam pembesaran harus lebih banyak dari kolam pendederan. Kegiatan pembesaran akan memerlukan waktu minimal 4 – 5 bulan.
2.2.2. Sarana Produksi
Induk Jantan dan Induk Betina
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk yaitu :
- Bentuk tubuh harus normal.
- Induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan.
- Induk tersebut harus sudah mencapai umur dewasa, yaitu 4 tahun untuk induk betina dan 3 tahun untuk induk jantan.
- Induk yang akan dipijahkan tersebut harus matang gonad.
Pakan Tambahan
Pakan buatan untuk ikan bawal sebaiknya mengandung protein minimal 25% dan mengandug gizi yang komplit misalnya bahan nabati seperti sayuran atau daun-daunan, dedak halus, tepung daun, tepung jagung dan tepung kedelai. Bahan hewani misalnya tepung tulang, tepung ikan, minyak ikan dan minyak hati.
Pupuk
Ada dua jenis pupuk yang dapat digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik mengandung bahan nutrient yang lebih komplit dibanding pupuk anorganik. Beberapa pupuk anorganik yang berasal dari hewan bisa digunakan yaitu kotoran ayam, kotoran puyuh, kotoran sapi, kotoran kambing dan kotoran kerbau. Beberapa macam pupuk organik dari tumbuhan meliputi daun kipahit, petai cina, dadap solo, dadap lut, orok-orok, waru, jarung, kadoya, pingku dan daun harendong.
Contoh pupuk anorganik yang bisa digunakan yaitu urea, TSP dan NPK. Kolam yang luasnya 1.000 m2 membutuhkan 500 kg pupuk kandang 25 kg urea, 15 kg TSP dan 15 kg NPK.
Kapur
Kapur digunakan pada saat persiapan kolam. Pengapuran memiliki beberapa tujuan diantaranya untuk menaikkan pH, meningkatkan alkalinitas, serta memberantas hama dan penyakit. Jenis kapur yang digunakan yaitu kapur tohor (CaCO3). Jumlah yang harus disediakan pada kolam yang luasnya 1.000 m2 sekitar 5 kg kapur.
1. Hormon perangsang.
Ada beberapa hormon yang sering digunakan untuk merangsang pematangan gonad diantaranya LHRH (Luteinizing Hormone Releasing Hormone), PG (Pituitary Gland) atau lebih dikenal dengan hipofisa, HCG (Human Choionic Gonadotropin) dan ovaprim (merk dagang).
2.3. Teknik pengadaan induk
2.3.1. Seleksi Induk
Beberapa pertimbangan yang dipakai untuk melakukan seleksi induk adalah bentuk fisik, ukuran berat, umur, tingkat kesehatan, dan kematangan gonad. Sekalipun ikan bawal diperairan tropis cendrung cepat matang gonad, namun umur ideal yang layak dan produktif untuk dipijah adalah 4 tahun dan beratnya telah mencapai 4 – 6 kg/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit parasit.
2.3.2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina
Betina :
- Tubuh gemuk
- Warna lebih menyala
- Setelah matang gonad perut lebih gendut, gerakan lambat.
Jantan :
- Tubuh lebih langsing
- Warna kurang menyala
- setelah matang gonad, akan keluar cairan putih susu bila perut dipijat ke arah alat kelamin, gerakan agresif.
2.3.3. Asal Induk
Ikan yang digunakan untuk Induk adalah berasal dari hasil budidaya.
2.3.4. Pemijahan
2.3.4.1. Pemijahan Buatan
Pembenihan ikan bawal dilakukan dengan cara memijahkan induk, menetaskan telur, merawat larva, dan mendederkan benih. Produk akhir usaha pembenihan adalah benih ikan yang secara biologi atau morfologi menyerupai induknya.
Usaha pembenihan ikan yang baik akan menghasilkan benih-benih ikan yang telah aktif dan mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan serta resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Keberhasilan usaha pembenihan ikan sangat ditentukan oleh metoda atau sistem yang digunakan.
Menurut pola pengelolaannya, usaha pembenihan ikan bawal dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pembenihan ikan sistem konvesional (tradisional) dan modern (terapan). Pembenihan secara tradisional dilakukan dikolam yang agak luas. Induk dibiarkan pijah secara alami. Sedangkan pembenihan secara modern (terapan) induk betina dipaksa mengeluarkan cairan sperma atau dipaksa kawin diluar kemauannya sendiri. Proses pematangan kelamin (gonad) dipacu dengan suntikan (rangsangan hormon).
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur hasil pengurutan (stripping) bagian perut induk betina dan sperma hasil pemijahan atau penyedotan melalui lubang urogenital (kelamin) induk jantan dalam cawan atau piring khusus. Pembuahan (fertilisasi) sel telur terjadi akibat pencampuran langsung antara telur dan cairan sperma, sedangkan mediator pembuahannya dalah pengaduk berupa bulu ayam.
Langkah-langkah pembenihan ikan bawal secara modern meliputi seleksi induk (induk matang gonad), seleksi ikan donor, persiapan dan pelaksanaan induce spawning (perawatan induk yang diinduce/disuntik), pemijahan atau stripping dan pembuahan telur, penetasan telur, perawatan larva, benih.
2.3.4.2. Penyediaan Ikan Donor
Ikan donor adalah sejumlah ikan yang sengaja dikorbankan sebagai sumber hormon gonadotropin. Hormon dihasilkan sekaligus disimpan dalam kelenjar hypofisa yang terletak pada tengkorak kepala dibawah otak.
Berdasarkan perkembangan kelenjar hypofisa dan fluktuasi hormon gonadotropin tersebut, maka syarat ikan donor yang dipersiapkan adalah ikan dewasa dan sebaiknya ikan bawal jantan. Ikan bawal jantan relatif cepat dewasa dan periodesasi pemijahannya cukup pendek sehingga kualitas hormon yang dimilikinya cukup stabil setiap saat.
Sumber hormon buatan yang dapat digunakan adalah ovaprim dan LHRH-a. Hormon ini berupa cairan (ovaprim) dan tepung (LHRH-a) yang dikemas dalam botol atau kapsul tertutup rapat dan aman.
2.4. Pematangan induk (Repening of Spawners)
Tidak semua induk hasil penangkapan di perairan umum atau kolam penampungan memiliki tingkat kematangan gonad yang sama atau seragam. Oleh karena itu, induk-induk tersebut sebelum dipijahkan perlu dirawat secara khusus. Pelaksanaan pemijahan akan efektif jika tingkat kematangan gonad telah memasuki fase istrahat (dormand phase).
Pematangan gonad dilakukan selama 10 – 14 hari tanpa mengurangi tingkat kepadatan populasi, tetapi suplai oksigen ditambah dengan cara memperbesar aliran (debit) air dan mengatur pola makan.
2.4.1. Pemeliharaan Induk
Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan yang paling penting dari pembenihan. Hal ini disebabkan daya tetas telur bawal yang dipijahkan akan dipengaruhi oleh kualitas telurnya, sedangkan kualitas telur yang dihasilkan akan tergantung dari pemeliharaan induk. Dalam pemeliharaan induk ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti musim, lingkungan atau kondisi kolam dan pakan.
Air yang masuk ke kolam harus mengalir secara kontinue dengan debit 1 liter/detik. Adapun kepadatan induk yaitu 2 – kg/m2 atau dengan berat 4 kg dalam kolam berukuran 400 m2.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan secara monokultur karena bila dilakukan polikultur dikhawatirkan ikan bawal dapat mengganggu ikan lainnya. Dalam pemeliharaan ini induk jantan dan induk betina dipelihara dalam kolam terpisah agar memudahkan pada waktu seleksi induk.
Dalam pemeliharaan induk diberi pakan tambahan berupa pellet dengan kadar protein 35% dan dosis 3% per hari. selain itu induk bawal dapat diberi pakan berupa daging keong mas dengan dosis yang sama, menjelang musim hujan tiba dosisnya ditambah menjadi 4%. Pada saat musim hujan gonadnya sudah mulai berkembang sehingga induk perlu makanan yang cukup agar diperoleh kualitas telur yang baik.
2.4.2. Seleksi Induk
Satu bulan sesudah musim hujan sekitar bulan oktober, dilakukan seleksi induk tahap awal.
Cara menyeleksi induk bawal :
- Air kolam disurutkan secara perlahan-lahan sampai mencapai ketinggian 40 cm.
- Induk-induk digiring ke salah satu sudut dengan menggunakan jarring. Bila sudah terkumpul, induk ditangkap dengan menggunakan tangan dan kemudian diperiksa satu persatu.
- Induk betina yang matang telur dicirikan dengan perut yang buncit dan lubang kelamin yang berwarna kemerah-merahan. Berat induk betina kisaran 4 kg.
- Ciri induk jantan yang matang gonad yaitu bila perut dipijat kea rah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih susu atau sperma. Perut induk jantan tetap seperti biasa. Berat induk jantan berkisar 3 – 4 kg.
2.4.3. Pemberokan
Kegiatan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di streefing. Disamping itu pemberokan bertujuan juga untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena telur atau karena makanan.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberokan yaitu :
1. Air harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinue agar ikan tidak mengalami stress dan O2 dapat disuplai secara terus menerus.
2. Induk tidak boleh diberi pakan tambahan agar kandungan lemaknya tidak berubah.
Pemberokan dapat dilakukan selama 2 – 3 hari.
Untuk meyakinkan lebih lanjut telur dalam gonad diperiksa dengan cara dikateter yaitu selang ukuran 1 mm dimasukkan ke dalam lubang kelamin induk betina, kemudian telur disedot sedikit demi sedikit. Telur yang diperoleh diletakkan dalam lempengan gelas. Telur yang matang dicirikan dari ukurannya yang seragam, antara 1,0 – 1,2 mm, berwarna kekuningan. Bila dimasukkan dalam larutan sera intinya berada dipinggiran dan telur-telur sudah berpisah satu dengan yang lainnya.
2.4.4. Persiapan Induce Spawning
Persiapan induce spawning (persiapan pemberian hormon perangsang) meliputi pencucian (desinfektisasi) peralatan, pengambilan kelenjar hypofisa disenfektisasi dan pembuatan kelenjar hypofisa atau pengadaan hormon gonadrotopin awetan atau hormon perangsang syntetis (buatan). Peralatan utama induce spawning terdiri atas pisau potong, pinset, gelas kimia, penggerus porselin, pipet hisap, sentrifuge, jarum injek (jarum suntik), sebelum digunakan peralatan dimaksud harus disucihamakan.
Setelah pencucian peralatan dilanjutkan dengan dengan pemotongan atau operasi ikan donor. Bagian kepala ikan donor dipenggal hingga putus dan terpisah dari badannya. Kemudian, tulang tengkorak dibelah persis diatas rongga otak.
Untuk memudahkan pengambilan kelenjar hypofisa, bagian otak yang dipungut dengan pinset. Selanjutnya, lapisan kelenjar hypofisa dihisap dengan pipet. Pengambilan kelenjar hypofisa diulang dengan cara yang sama pada ikan donor yang lain.
2.4.5. Pelaksanaan Induce Spawning
Langkah pertama pelaksanaan induce spawning adalah menentukan dosis hypofisa atau hormon buatan. Dosis hypofisa ditentukan berdasarkan berat induk (kg) yang akan menerima suntikan ekstrak hypofisa dan berat butiran induk (mg) yang berasal dari ikan donor sebelum dibuat ekstraks atau berat induk yang akan disuntik dan volume cairan atau berat tepung hormon perangsang buatan.
Langkah kedua adalah menyuntik ekstrak hypofisa atau hormon lain (ovaprim) pada ikan penerima. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu suntikan tunggal dan suntikan bertahap. Penyuntikan tunggal dilakukan dengan penginjeksian, total dosis ekstrak hypofisa dalam tubuh induk ikan penerima. Sedangkan suntikan bertahap dapat dilakukan dengan cara membagi volume ekstrak hypofisa yang telah dipersiapkan sesuai dengan perhitungan dosis. Suntikan bertahap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sekali suntikan awal dan 1-2 kali suntikan penentu.
Alat yang digunakan meliputi pisau, talenan, pinset, penggerus, dan alat suntik. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu hipofisa dari ikan donor (ikan mas atau sejenisnya seberat 500 – 600 gram), ovaprim atau HCG dan aquabidestilata.
Dosis penyuntikan yang digunakan tergantung dari jenis hormon. Induk betina disuntik sebanyak 3 dosis bila menggunakan kelenjar hipofisa, 0,75 ml/kg induk bila menggunakan ovaprim, dan 3 µg/kg bila menggunakan LHRH analogue. Khusus untuk LHRH analogue sebelum digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dalam 1 ml larutan NaCl. Adapun pemberian hormon untuk induk jantan dengan hipofisa 1 dosis, ovaprim 0,5 ml/kg atau LHRH sebanyak 2 µg/kg.
Penyuntikan hormon pada induk betina dilakukan dua kali. Penyutikan pertama sebanyak 1/3 bagian dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 bagian. Selang waktu penyuntikan pertama dengan penyuntikan kedua adalah 12 jam. Induk jantan hanya disuntik satu kali yaitu bersamaan waktunya dengan penyuntikan induk betina yang kedua.
Apabila hormon yang akan digunakan adalah hipofisa maka perlu dilakukan langkah pembuatan larutan hipofisa. Caranya mula-mula ikan donor dipotong secara vertical tepat di belakang tutup insang, kemudian kepala ikan donor tersebut dipotong lagi secara horizontal tepat di atas hidung, kea rah bagian bawah mata sehingga akan terlihat otaknya.
2.5. Pemijahan
Stripping dan pembuahan
Puncak kematangan gonada adalah ovulasi. Ovulasi telur tidak dapat dihentikan atau dihambat. Telur yang telah masak dan mengalami ovulasi harus dipijahkan (dikeluarkan melalui proses pemijahan) secara alami atau pun paksaan berpijah dengan pijitan atau stripping.
Proses pematangan telur berlangsung secara serentak. Perbedaan waktu antara telur yang pertama kali mengalami ovulasi dan yang terakhir hanya sekitar 15 – 20 menit. Dengan demikian induk-induk yang disuntik dalam waktu yang hampir bersamaan akan mengalami ovulasi yang hampir bersamaan pula.
Pembuahan telur dalam pemijahan ikan secara paksa (stripping) dilakukan dalam cawan (mangkok). Sediakan bulu ayam yang kering, bersih dan steril. Dalam waktu yang bersamaan dengan stripping induk betina, dilakukan juga stripping atau penyedotan sperma induk jantan.
2.6. Teknik Penyediaan Pakan
Penyediaan pakan dilakukan dengan alami.
2.7. Teknik Penetasan Telur
2.7.1. Perawatan Telur
Telur fertile dan sehat akan membengkak terus. Telur yang membengkak terdiri atas inti, rongga previtilline, dan dinding (cangkang) telur. Inti mengandung kuning telur, lemak dan sel – sel yang berserakan. Kuning telur mengalami beberapa kromosom normal sebagai sel samotik. Sedangkan disekeliling inti adalah rongga yang berisi cairan yang mengandung protein terlarut. Telur ikan tertutup oleh cangkang yang terdiri atas 3 lapis. Cangkang telur ikan sangat tipis, lembut, halus dan mudah pecah.
Telur fertile dan sehat akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya menetas menjadi larva.
2.7.2. Penetasan
Penetasan telur bawal dapat dilakukan dalam corong penetasan, konikel, atau akuarium. Kegiatan penetasan dibagi dalam beberapa tahap yakni persiapan, pemasukan air, penebaran telur, pembuangan telur yang tidak menetas dan pergantian air.
Tempat penetasan sebelumnya dibersihkan dan dijemur terlebih dahulu selama 1 - 2 hari. Kemudian tempat penetasan diisi air setinggi 30 cm untuk akuarium, 80 cm untuk konikel dan sesuai ketinggian bak untuk corong penetasan. Untuk daerah yang suhu airnya dibawah 25oC, tempat penetasan tersebut perlu dilengkapi dengan pemenas air (heater) yang distel pada suhu 28oC. Bila memakai akuarium, perlu dilengkapi dengan aerator. Dua jam sebelum pemasukan telur, heater dan aerator sudah dihidupkan.
Telur yang sudah bersih dari kegiatan streefing atau telur yang diambil dari bak pemijahan, dimasukkan sedikit demi sedikit dengan memakai gayung plastic atau gelas agar tidak rusak. Kepadatan telur yang dianjurkan 150 – 250 butir/liter. Jadi salam suatu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm dapat diisi 10.000 – 20.000 butir telur, satu konikel dapat diisi 150.000 – 200.000 butir dan satu corong diisi 5.000 – 10.000 butir.
Apabila sudah dimasukkan semua, telur dibiarkan sampai menetas. Pengontrolan aliran air, aerasi dan suhu air harus dilakukan setiap hari. Jika kondisi lingkungan baik, telur akan menetas dalam waktu 18 – 24 jam dengan persentase minimal 80%. Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas air dan factor-faktor lainnya seperti penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator.
2.8. Perawatan Larva
Anatomi tubuh larva yang baru menetas belum sempurna, tetapi larva tersebut telah memiliki makanan cangkang berupa kuning telur. Biasanya kelangsungan hidup tergantung pada kualitas kuning telur makanan cadangan.
2.8.1. Pemberian Pakan
Larva ikan bawal yang baru menetas hingga umur tiga hari masih tersedia pakan cadangan dalam tubuhnya, namun setelah itu larva perlu diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia atau artemia yang baru menetas hingga larva berumur 8-10 hari. Sesudah itu diberikan cacing rambut hingga umur 14 hari atau hingga larva dipelihara di kolam.
Dari uraian tersebut lerlihat bahwa pakan berupa pakan alami. Pakan alami ini sangat penting bagi larva karena organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Pakan alami harus memenuhi persyaratan , diantaranya :
a) Ukuran kecil dari bukaan mulut larva
b) Gizinya tinggi
c) Dapat bergerak, terapung, atau tersuspensi
d) Mudah dibudidayakan dalam jumlah besar
e) Dapat dibudikayaan dengan biaya murah
f) Dapat bermanfaat sumberdaya alam sekitar.
2.8.2. Pengelolaan Kuaitas Air
Mengingat larva ikan bawal sangat rentan, penangannya harus dilakukan secara hati-hati dan teliti. Di samping konsentrasi oksigen dalam media perawatan tetap terjamin, suhu media perawatan juga harus optimal.
Pekerjaan pokok perawatan larva ikan bawal adalah membersihakan cangkang dan telur busuk (rusak) serta mempertahankan konsentrasi oksigen pada suhu optimal.
Suplai air selama perawatan larva harus dikontrol secara cermat. Supalai air yang terlalu kecil akan menyebabkan terkumpulnya larva sehingga terjadi persaingan ( perebutan) oksigen. Sebaliknya suplai air yang terlalu besar akan menghanyutkan larva.
2.8.3. Pengendalian Hama dan Penyakit
2.8.3.1. Pencegahan dan Pengobatan Secara Umum
a. Kolam dikeringkan sampai tanah dasarnya retak-retak.
b. Dilakukan pengapuran saat persiapan kolam.
c. Pada pintu pemasukan air dipasang saringan.
Adapun cara mencegah serangan penyakit dapat dengan beberapa cara, diantaranya yaitu :
a. Mengeringkan kolam untuk memotong siklus hidup penyakit.
b. Melakukan pengapuran saat persiapan kolam agar penyebab penyakit bisa mati.
c. Menjaga kondisi ikan agar tetap sehat dan tidak stress.
d. Menjaga kondisi lingkungan hidup agar sesuai dengan kebutuhan ikan.
e. Mengurangi kepadatan ikan untuk mencegah kontak langsung antar ikan, menghindari terjadinya penurunan kadar oksigen dalam air, serta meingkatnya kadar NH3.
f. Memberi pakan tambahan yang cukup, tetapi tidak berlebihan.
g. Mencegah terjadinya luka pada tubuh ikan dengan penanganan yanng baik.
h. Mencegah masuknya binatang pembawa penyakit, seperti burung, siput dan lain-lain.
Ada beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya pengobatan melalui air kolam, perendaman, makanan dan langsung pada ikan.
1. Melalui air kolam
Cara ini dilakukan dengan mencampurkan obat pada air kolam yang berisi ikan yang sakit. Namun, sebelum ditebarkan, volume air kolam harus diketahui dahulu agar dosis obat yang diberikan sesuai dengan anjuran.
2. Melalui perendaman
Dalam perendaman, ikan yang sakit harus dipanen dahulu, kemudian direndam dalam larutan obat dengan dosis sesuai anjuran.
3. Melalui makanan
Pengobatan melalui makanan atau system oral dilakukan dengan member pakan yang sudah diberi obat tertentu pada ikan yang sakit.
4. Melalui ikan langsung
Pengobatan langsung pada ikan yang sakit dilakukan dengan cara mengolesi obat pada tubuh ikan, terutama tubuh bagian luar, seperti sisik, kepala atau mata.
2.8.3.2. Pencegahan dan Pengobatan Secara Khusus
Hama
Kehadiran hama dapat berasal dari luar maupun dari dalam, artinya hama tersebut sudah ada di dalam kolam.
a. Notonecta
Notonecta memiliki lima pasanga kaki. Tiga pasang kaki di bagian belakang digunakan untuk berenang, sedangkan dua pasang di bagian depan digunakan sebagai alat penyengat. Hama ini biasanya menyerang benih, terutama yang berukuran kecil. Serangannya dapat mematikan karena mangsanya dijepit.
Notonecta sangat menyenangi perairan yang banyak mengandung bahan organic dan terdapat tanaman air yang membusuk. Binatang ini biasa bergerak turun naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Apabila perairan yang ditempati kurang cocok, binatang ini akan berpindah ke kolam lain dengan cara terbang.
Oleh Karen bisa terbang maka sampai saat ini pencegahan notonecta masih sulit dilakukan. Cara terbaik yang dilakukan yaitu dengan mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan membuang tanaman air yang ada. Jika populasi hama ini sangat banyak maka dilakukan pemberantasan hama dengan cara menyiram minyak tanah sebanyak 5 liter/1000 m2 air kolam.
b. Ucrit
Ucrit memiliki badan seperti ulat, badannya kaku, tetapi dapat bergerak dengan cepat. Tubuhnya berwarna agak kehijauan. Ciri khas binatang ini adalah di bagian kepala memiliki taring sebagai alat penjepit mangsa dan di bagian ekornya memiliki alat penyengat. Serangan binatang ini lebih berbahaya disbanding notonecta karena dalam sehari dapat menyerang beberapa ikan. Cara penyerangannya dengan menjepit perut benih sampai robek, kemudian benih dimangsanya.
Lingkungan hidup yang disenangi ucrit hampir sama dengan notonecta, yaitu perairan yang banyak mengandung bahan organik, seperti adanya jerami dan rerumputan. Larva cybister yang sudah dewasa akan bermetamorfosis menjadi kumbang berwarna hitam. Kumbang ini akan terbang dari kolam satu ke kolam lainnya.
Keberadaan ucrit dapat dicegah dengan beberap cara, seperti mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan melakukan persiapa kolam yang baik. Adapun pemberantasannya dapat dilakukan dengan menggunakan obat yang disebut Decis dengan dosis 2 mg/.
c. Belut
Belut merupakan jenis ikan yang banyak ditemukan di sawah-sawah. Selain sawah, belut juga ditemukan di pematang-pematang kolam sehingga seringkali menyebabkan kebocoran pematang. Belut biasanya aktif pada malam hari, terutama dalam mencari makan, sedangkan pada siang hari lebih juga di lubang-lubang. Binatang ini termasuk karnivoran (pamakan daging). Makanan yang paling disukai adalah cacing. Selain itu juga dapat memangsa ikan. Satu ekor belut memang tidak banyak mekan ikan, tetapi bila jumlahnya banyak ikan yang dimangsanya juga bisa banyak. Oleh karenanya, binatang ini juga harus diberantas atau dicegah. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengeringkan, kemudian lubang-lubangnya dibongkar, kemudian ditutup kembali. Bila ada belutnya segera dibunuh. Cara lainnya adalah melapisi pematang dengan anyaman bamboo sehingga belut yang ada dalam pematang tidak bisa keluar.
d. Ular sawah
Ular sawah merupakan sejenis ular yang biasa hidup di sawah-sawah. Kepalanya kecil dan bagian perutnya lebih besar. Bagin atas tubuh berwarna cokelat seperti tanah sawah dan bagian bawahnya berwarna putih. Selain di sawah binatang ini sering juga ditemukan di saluran-saluran air. Ular sawah aktif pada malam hari, termasuk mencari makan, sedangkan pada siang hari bersembunyi di lubang-lubang. Makanan kesukaannya adalah binatang yang ukurannya lebih kecil dari mulutnya, seperti anak katak, ikan dan binatang lainnya. Satu ekor ular dapat memakan ikan ukuran 2 – 3 cm sampai 10 ekor. Pencegahan ular sawah dapat dilakukan dengan memagar pematang dengan pagar bamboo yang rapat. Sedangkan pemberantasan ular dilakukan dengan membunuh ular yang masuk ke kolam.
Penyakit
Penyakit adalah organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuhnya terganggu. Dengan terganggunya salah satu bagian tubuh maka terganggu pula anggota tubuh lainnya. Demikian juga aktifitas hidupnya terganggu sepeti gerakan, pernafasan ataupun nafsu makan. Serangan penyakit yang parah menimbulkan kematian total sehingga kerugian tak dapat dihindari.
Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu lingkungan, kondisi ikan dan adanya bakteri pathogen. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, misalnya lingkungan memburuk maka kehidupan ikan akan terganggu dan penyakit lebih mudah menyerang. Ada beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan bawal yaitu jamur, bintik putih dan trichodinas.
a. Jamur
Penyakit jamur pada ikan bawal disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Dan Achlya sp. Selain menyerang bawal, Saprolegnia juga menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, termasuk telurnya. Saprolegnia memiliki bentuk tubuh seperti benang halus, berwarna putih atau kadang berwarna cokelat. Pada serangan yang parah, benang tersebut tampak lebih panjang, banyak dan padat. Penyakit ini bisa menyerang tubuh bagian luar seperti kepala, tutup insang, sirip dan bagian luar lainnya.
Bentuk tubuh Achlya mirip dengan saprolegnia, tetapi jumlah sporanya lebih banyak dan bercabang-cabang bila serangannya parah, benang tersebut tampak lebih banyak dan padat dibandingkan saprolegnia.
Timbulnya penyaklit jamur dapat disebabkan oleh penanganan ikan yang kurang baik. Disamping itu kurangnya pakan, suhu air dan kandungan oksigen yang rendah, kualitas telur yang kurang baik, serta kepadatan telur yang terlalu tinggi juga dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit ini.
Penyakit jamur dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya dengan menjaga kualitas air agar tetap baik, menangani ikan atau telur dengan baik, member pakan tambahan yang cukup dan tidak menebarkan telur yang terlalu padat. Apabila telah terjadi serangan, pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan atau telur dalam malachitegreen 1 mg/l selama 1 jam atau larutan NaCl 5 g/l selama 15 menit.
b. Penyakit Bintik Putih
Penyakit bintik putih (white spot) pada ikan bawal dan ikan air tawar lainnya biasanya disebabkan oleh parasit Ichthyopthirius multifilis. Parasit ini termasuk protozoa yang memiliki bulu getar. Penyakit ini bisa menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, terutama benihnya.
Ikan yang terserang penyakit ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh sehingga bagian tersebut akan berwarna pucat. Tanda lainnya yaitu ikan sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar dan dinding kolam, serta sering terlihat megap-megap dan selalu berkumpul di sekitar air masuk.
Faktor pendukung timbulnya penyakit bintik putih yaitu kualitas air yang buruk, suhu air yang rendah (dibawah 24o C), ketersediaan pakan yang kurang dan terkontaminasi ikan liar. Penularan dapat terjadi akibat kontak langsung ikan dan aliran air.
Usaha pencegahan terhadap penyakit bintik putih yaitu dengan cara menjaga kualitas air tetap baik, mempertahankan suhu air 28o C dan menggunakan alat yang bersih. Adapun pengobatan yang dilakukan bila ikan telah terserang yaitu dengan merendam ikan dalam larutan formalin 25 ml/m3 yang dicampur dengan malachitgreen oxalate 0,15 g/m3 air selama 24 jam. Cara lain yang lebih praktis dan murah adalah dengan menyurutkan air kolam sampai 10 cm agar suhu air naik diatas 28°C. Keadaan ini dibiarkan selama 2 – 4 hari.
c. Trichodiniasis
Penyakit trichodiniasis disebabkan oleh parasit yang disebut Trichodina sp. Trichodina termasuk parasit yang tergolong dalam Filum Coliophora karena mempunyai silia (rambut-rambut getar). Bentuk tubuhnya seperti piring atau topi yang diselimuti silia di ujung tubuhnya. Panjang tubuhnya sekitar 50 µ (milimikron).
Parasit Trichodina dapat menyerang hampir semua jenis ikan air tawar dan beberapa jenis ikan air laut. Biasanya, bagian yang diserang adalah organ tubuh bagian luar, seperti kulit, sirip dan insang. Cara menyerangnya dengan menempelkan tubuhnya pada organ tubuh yang menjadi sasarannya.
Ikan yang terserang ditandai dengan adanya luka atau kerusakan pada organ yang diserang dan disertai dengan infeksi sekunder. Tanda klinisnya tidak tampak karena ukuran tubuhnya sangat kecil sehingga cara mendiagnosisnya hanya dengan mikroskop.
Usaha pencegahan terhadap penyakit ini dengan member pakan tambahan yang cukup dan bergizi tinggi, filterisasi dan menaikkan suhu air (dengan menyurutkan air kolam sampai 10 – 15 cm). Adapun pemberantasan yang dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan NaCl 500 – 1000 mg/l selama 24 jam atau dalam larutan formalin 25 mg/l selama 24 jam.
2.8.3.3. Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan Larva di Akuarium
Akuarium yang sudah bersih dijemur selama 2 hari, kemudian diisi air bersih setinggi 30 cm. Pasang pula heater yang sudah distel suhunya 29oC, demikian juga aeratornya dijalankan. Heater dan aerator tersebut dibiarkan hidup selama masa pemeliharaan larva.
Setelah akuarium dan perlengkapannya siap, larva dimasukkan dengan hati-hati. Larva ini dapat berasal dari konikel, corong atau akuarium.
Larva dari Konikel atau Corong
Larva dari Akuarium
Kepadatan larva antara 50 – 75 ekor. Sebaiknya 2/3 bagian airnya harus dibuang karena biasanya mengandung telur-telur yang tidak menetas. Di samping itu airnya sudah berbau amis dan apabila tidak dibuang maka dapat menyebabkan kematian pada larva.
Empat hari kemudian, pakan cadangan dalam tubuh larva akan habis. Pada saat itu, larva mulai diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia (artemia yang baru menetas). Pada awalnya artemia yang diberikan kira-kira 1 sendok makan setiap pemberian untuk satu akuarium. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 09.00, 14.00 dan 17.00.
Artemia diberikan sampai larva berumur 8 – 10 hari. Sesudah itu larva sudah bisa diberikan cacing rambut. Pemberian cacing rambut dilakukan sampai umur 14 hari atau hingga larva siap dipelihara di kolam pendederan.
Larva bawal juga bisa diberikan Brachionus (atau hewan yang termasuk golongan rotifera). Pemberiannya dapat dilakukan menjelang larva habis kuning telur, selama 2 - 3 hari. Untuk 2 hari berikutnya, larva diberikan moina yang baru menetas. Dua hari berikutnya, bisa diberi moina muda. Setelah itu hingga 14 hari larva dapat diberi moina dewasa. Bila kondisi air dan kualitas larva baik, kelangsungan hidup larva dapat mencapai 60 -70%. Larva sudah disebut benih bila telah berukuran 0,25 – 0,5 inchi.
Pagi hari sebelum pakan diberikan, air akuarium harus diganti dengan cara disipon. Air yang diganti cukup ½ bagian saja. Kemudian akuarium diisi air yang bersih dan baru hingga mencapai ketinggian semula. Saat penyiponan larva yang mati harus dibuang agar tidak membusuk dan menimbulkan bau.
Untuk mencegah adanya serangan penyakit, terutama air akuarium ditambah obat yang disebut GOLD 100 bakteri. Obat tersebut sebelumnya dilarutkan dalam 1 liter air. Ambil 50 ml (5 sendok makan) larutan GOLD 100 untuk satu akuarium. Satu bungkus GOLD 100 cukup untuk 20 buah akuarium. Tanda air yang bisa dilihat adalah jika airnya sudah berwarna kuning (muda). Pencegahannya cukup dilakukan 3 hari sekali.
2.8.3.4. Pemeliharaan Benih
Benih yang dipelihara berukuran ¼ - ½ inchi sampai benih siap dipelihara di kolam pendederan. Padat tebar benih berkisar 60 -70 ekor/m2. Pemeliharaan benih cukup dilakukan selama 21 hari dan biasanya benih yang dihasilkan berukuran 1 – 1,5 inchi dengan SR (Survival Rate) dapat mencapai 90%.
Penanganan Benih
Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ukuran ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih dengan ukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan dan bila dijual, akan mendapat harga yang layak karena ukurannya seragam.
Seleksi benih dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Seleksi Manual
Artinya menyelaksi benih tanpa menggunakan alat (menggunakan tangan). Cara seleksi manual yaitu benh ditangkap dengan memakai sekup net halus kemudian diletakkan di atas bak lain yang sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekup net dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukkan dalam bak tadi, sedangkan benih berukuran lebih kecil dimasukkan ke bak lain.
Seleksi Dengan Alat
Alat yang digunakan berupa ayakan yang dapat terbuat dari bambu atau alumunium dengan ukuran mess (lubang ayakan) tergantung dari ukuran benih. Untuk benih hasil dari pemeliharaan larva digunakan mess berukuran 1 cm.
Cara seleksi menggunakan alat adalah benih ditangkap dengan sekup net. Jumlah yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak. Ayakan diletakkan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukkan benih kedalam ayakan dan biarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Adapun benih yang besar akan tertampung dalam ayakan, kemudian dimasukkan dalam bak lain.
Penghitungan Benih
Menghitung benih bawal hasil dari kolam pemeliharaan larva dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Penghitungan langsung
Penghitungan volumetrik
2.9. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air secara perlahan-lahan sampai 10 - 20 cm. Benih ditangkap sedikit demi sedikit dengan menggunakan waring. Benihnya dimasukkan ke dalam ember dan ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
Tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar dapat mencapai 90 %. Kepadatan benih dari hasil pendederan satu bila akan diangkut dalam satu kantong diisi 300 – 400 ekor.
2.9.1. Lama Pemeliharaan.
Masa pemeliharaan bawal di kolam pendederan sebaiknya tidak terlalu lama maksimal 1 bulan.
2.9.2. Ukuran
Bila kondisinya baik dan tidak ada kendala benih yang dihasilkan dari pendederan satu dapat mencapai panjang 2 – 3 inchi (5 g).
2.10. Pengangkutan
2.10.1. Terbuka
Sistem ini hanya bisa dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh yang singkat. Alat angkutnya berupa keramba atau ember besar. Untuk mengangkut benih bawal ukuran ½ - ¾ inchi dalam jarak 500 m dan waktu angkut 10 menit, satu ember besar atau keramba dapat diisi sebanyak 500 – 1.000 ekor. Air dalam ember atau keramba berupa air bersih dan tingginya hanya ½ bagian.
2.10.2. Tertutup
Sistem ini dapat digunakan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat dengan waktu yang singkat maupun jarak jauh dengan waktu yang lama. Wadah angkutnya berupa kantong plastik dengan lebar 40 – 50 cm, panjang 60 – 80 cm dan tebal 0,2 – 0,4 mm. Kepadatan benih dalam satu kantong tergantung dari jarak angkut dan waktu yang ditempuh. Untuk jarak 60 km dan waktu tempuh 3 jam, satu kantong dapat diisi benih bawal ukuran 0,5 – 0,75 inchi sebanyak 1.000 ekor. Untuk 100 km dan waktu tempuh 6 jam, satu kantong hanya dapat diisi 500 ekor.
2.11. Perencanaan Produksi/Analisa Usaha
Analisis Usaha Pembenihan
Beberapa hal yang perlu diketahui :
Biaya tetap
- Sewa kolam 1.000 m2 selama 1,5 bulan = Rp. 900.000,-
- Sewa hatchery 1 bulan = Rp. 300.000,-
- Biaya tenaga kerja 2 jam × 60 hari × Rp. 12.750 = Rp. 1.530.000,-
- Biaya peralatan = Rp. 60.000,-
Jumlah = Rp. 2.790.000,-
Biaya variable
- Pembelian induk () =
- Artemia 4 kaleng @ Rp. 300.000 = Rp. 1.200.000,-
- Ovaprim = Rp. 200.000,-
- Pakan tambahan 45 hari × 3 kg × Rp. 15.000,- = Rp. 2.025.000,-
- Pupuk 20 karung @ Rp. 10.000 = Rp. 200.000,-
- Kapur 50 kg @ Rp. 1.800,- = Rp. 90.000,-
- Obat = Rp. 60.000,-
Jumlah = Rp. 3.775.000,-
Total modal = Rp. 6.565.000,-
Bunga modal
2 bulan 2% × 6.565.000,- = Rp. 218.000,-
Total biaya Rp. 2.790.000 +Rp. 3.775.000+ Rp. 218.000 = Rp. 6.783.000,-
Pendapatan 200.000 ekor × Rp. 349,- = Rp. 69.864.900,-
Keuntungan
Rp. 69.864.000 – Rp. 6.783.000 = Rp. 63.081.900,-
B C rasio Rp.69.846.000,-/ Rp. 6.783.000,- = 10,3
BEP volume produksi Rp. 6.783.000,-/349 = 19435 ekor
BEP harga produksi Rp. 6.783.000,-/200.000 = Rp. 33,915
Analisis pengembalian modal
Rp. 6.783.000,-/ Rp. 63.081.900,- × periode = 0,10 kali
Analisis efisiensi modal
Rp. 63.081.900,-/ Rp. 6.783.000,- × 100% = 930%
ShoutMix chat widget
PEMBANGUNAN KELAUTAN DALAM KONTEKS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR
Oleh :
Abdul Karim Anwar, S.St.Pi
Pendahuluan
Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif. Terlepas dari mitos tersebut, kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun sangatlah ironis sejak 32 tahun yang lalu kebijakan pembangunan perikanan tidak pernah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Implikasi dari tidak adanya prioritas kebijakan pembangunan perikanan tersebut, mengakibatkan sangat minimnya prasarana perikanan di wilayah pesisir, terjadinya abrasi wilayah pesisir dan pantai, pengrusakan ekosistim laut dan terumbuh karang, serta belum teroptimalkannya pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan.
Persoalan Pembangunan Perikanan
Implikasi langsung terhadap peningkatan pertumbuhan penduduk adalah makin meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup, sementara potensi sumber daya alam di darat yang kita miliki sangatlah terbatas. Hal tersebut mendorong kita untuk mengalihkan alternatif potensi sumber daya alam lain yang kita miliki yaitu potensi kelautan. Ada lima potensi kelautan yang dapat kita andalkan, yaitu: potensi perikanan, potensi wilayah pesisir, potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi bawah laut, potensi pariwisata, dan potensi transportasi laut.
Kebijakan pembangunan kelautan, selama ini, cendrung lebih mengarah kepada kebijakan “produktivitas” dengan memaksimalkan hasil eksploitasi sumber daya laut tanpa ada kebijakan memadai yang mengendalikannya. Akibat dari kebijakan tersebut telah mengakibatkan beberapa kecendrungan yang tidak menguntungkan dalam aspek kehidupan, seperti:
a) Aspek Ekologi, overfishing penggunaan sarana dan prasarana penangkapan ikan telah cendrung merusak ekologi laut dan pantai (trawl, bom, potas, pukat harimau, dll) akibatnya menyempitnya wilayah dan sumber daya tangkapan, sehingga sering menimbulkan konflik secara terbuka baik bersifat vertikal dan horisontal (antara sesama nelayan, nelayan dengan masyarakat sekitar dan antara nelayan dengan pemerintah).
b) Aspek Sosial Ekonomi, akibat kesenjangan penggunaan teknologi antara pengusaha besar dan nelayan tradisional telah menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan bagi nelayan tradisional. Akibat dari kesenjangan tersebut menyebabkan sebagian besar nelayan tradisional mengubah profesinya menjadi buruh nelayan pada pengusaha perikanan besar.
c) Aspek Sosio Kultural, dengan adanya kesenjangan dan kemiskinan tersebut menyebabkan ketergantungan antara masyarakat nelayan kecil/ tradisional terhadap pemodal besar/modern, antara nelayan dan pedagang, antara pherphery terdapat center, antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini menimbulkan penguatan terhadap adanya komunitas juragan dan buruh nelayan
Arah modernisasi di sektor perikanan yang dilakukan selama ini, hanya memberi keuntungan kepada sekelompok kecil yang punya kemampuan ekonomi dan politis, sehingga diperlukan alternatif paradigma dan strategis pembangunan yang holistik dan terintegrasi serta dapat menjaga keseimbangan antara kegiatan produksi, pengelolahan dan distribusi.
Konsep Pembangunan Alternatif
Paradigma pembangunan holistik, yaitu pembangunan yang dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi yang sangat memperhatikan aspek spasial, yaitu pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan berbasis komunitas, pembangunan berpusat pada rakyat, pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berbasis kelembagaan.
Untuk mewujudkan pembangunan yang holistik tersebut diperlukan alternatif srategi, yaitu strategi yang berorientasi pada sumber daya atau Resource Base Strategy (RBS), yang meliputi ketersedian sumber daya, faktor keberhasilan serta proses belajar.
Pendekatan dalam RBS adalah strategi pengelolaan sumber daya lokal/pesisir dan kelautan yang berorientasi pada: kualitas, proses, kinerja, pengembangan, budaya, lingkungan (management by process) yang berdasarkan pada pembelajaran, kompetensi, keunggulan, berpikir sistematik, dan pengetahuan (knowledge based management).
Memberdayakan Masyarakat Pesisir
Saat ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga tidak aneh banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat.
Pertanyaan kemudian muncul apakah konsep pemberdayaan yang salah atau pemberdayaan dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu dari segolongan orang?
Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena didalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:
a) Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.
b) Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
c) Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
d) Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.
Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka. Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya, mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda tersebut, menunjukkan keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap kelompok tersebut.
Dengan demikian program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompk dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Persoalan yang mungkin harus dijawab adalah: Bagaimana memberdayakannya?
Banyak sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya program ini dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
(a) Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate) antara pemerintah dan swasta. Selain itu kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.
(b) Pendampingan. Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program pemberdayaan. Masyarakat belum dapat berjalan sendiri mungkin karena kekurangtauan, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah, atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan mereka karena belum pulihnya rasa percaya diri mereka akibat paradigma-paradigma pembangunan masa lalu. Terlepas dari itu semua, peran pendamping sangatlah vital terutama mendapingi masyarakat menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada kelompok yang tepat pula.
(c) Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan dana untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan dari masyarakat itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain yang membutuhkannya. Pengaturan pergulirannya akan disepakati di dalam forum atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dengan fasilitasi pemerintah setempat dan tenaga pendamping.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan Pilot Project Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 1999.
Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 2000.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. 2001
ShoutMix chat widget
Oleh :
Abdul Karim Anwar, S.St.Pi
Pendahuluan
Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif. Terlepas dari mitos tersebut, kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun sangatlah ironis sejak 32 tahun yang lalu kebijakan pembangunan perikanan tidak pernah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Implikasi dari tidak adanya prioritas kebijakan pembangunan perikanan tersebut, mengakibatkan sangat minimnya prasarana perikanan di wilayah pesisir, terjadinya abrasi wilayah pesisir dan pantai, pengrusakan ekosistim laut dan terumbuh karang, serta belum teroptimalkannya pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan.
Persoalan Pembangunan Perikanan
Implikasi langsung terhadap peningkatan pertumbuhan penduduk adalah makin meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup, sementara potensi sumber daya alam di darat yang kita miliki sangatlah terbatas. Hal tersebut mendorong kita untuk mengalihkan alternatif potensi sumber daya alam lain yang kita miliki yaitu potensi kelautan. Ada lima potensi kelautan yang dapat kita andalkan, yaitu: potensi perikanan, potensi wilayah pesisir, potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi bawah laut, potensi pariwisata, dan potensi transportasi laut.
Kebijakan pembangunan kelautan, selama ini, cendrung lebih mengarah kepada kebijakan “produktivitas” dengan memaksimalkan hasil eksploitasi sumber daya laut tanpa ada kebijakan memadai yang mengendalikannya. Akibat dari kebijakan tersebut telah mengakibatkan beberapa kecendrungan yang tidak menguntungkan dalam aspek kehidupan, seperti:
a) Aspek Ekologi, overfishing penggunaan sarana dan prasarana penangkapan ikan telah cendrung merusak ekologi laut dan pantai (trawl, bom, potas, pukat harimau, dll) akibatnya menyempitnya wilayah dan sumber daya tangkapan, sehingga sering menimbulkan konflik secara terbuka baik bersifat vertikal dan horisontal (antara sesama nelayan, nelayan dengan masyarakat sekitar dan antara nelayan dengan pemerintah).
b) Aspek Sosial Ekonomi, akibat kesenjangan penggunaan teknologi antara pengusaha besar dan nelayan tradisional telah menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan bagi nelayan tradisional. Akibat dari kesenjangan tersebut menyebabkan sebagian besar nelayan tradisional mengubah profesinya menjadi buruh nelayan pada pengusaha perikanan besar.
c) Aspek Sosio Kultural, dengan adanya kesenjangan dan kemiskinan tersebut menyebabkan ketergantungan antara masyarakat nelayan kecil/ tradisional terhadap pemodal besar/modern, antara nelayan dan pedagang, antara pherphery terdapat center, antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini menimbulkan penguatan terhadap adanya komunitas juragan dan buruh nelayan
Arah modernisasi di sektor perikanan yang dilakukan selama ini, hanya memberi keuntungan kepada sekelompok kecil yang punya kemampuan ekonomi dan politis, sehingga diperlukan alternatif paradigma dan strategis pembangunan yang holistik dan terintegrasi serta dapat menjaga keseimbangan antara kegiatan produksi, pengelolahan dan distribusi.
Konsep Pembangunan Alternatif
Paradigma pembangunan holistik, yaitu pembangunan yang dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi yang sangat memperhatikan aspek spasial, yaitu pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan berbasis komunitas, pembangunan berpusat pada rakyat, pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berbasis kelembagaan.
Untuk mewujudkan pembangunan yang holistik tersebut diperlukan alternatif srategi, yaitu strategi yang berorientasi pada sumber daya atau Resource Base Strategy (RBS), yang meliputi ketersedian sumber daya, faktor keberhasilan serta proses belajar.
Pendekatan dalam RBS adalah strategi pengelolaan sumber daya lokal/pesisir dan kelautan yang berorientasi pada: kualitas, proses, kinerja, pengembangan, budaya, lingkungan (management by process) yang berdasarkan pada pembelajaran, kompetensi, keunggulan, berpikir sistematik, dan pengetahuan (knowledge based management).
Memberdayakan Masyarakat Pesisir
Saat ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga tidak aneh banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat.
Pertanyaan kemudian muncul apakah konsep pemberdayaan yang salah atau pemberdayaan dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu dari segolongan orang?
Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena didalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:
a) Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.
b) Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
c) Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
d) Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.
Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka. Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya, mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda tersebut, menunjukkan keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap kelompok tersebut.
Dengan demikian program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompk dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Persoalan yang mungkin harus dijawab adalah: Bagaimana memberdayakannya?
Banyak sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya program ini dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
(a) Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate) antara pemerintah dan swasta. Selain itu kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.
(b) Pendampingan. Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program pemberdayaan. Masyarakat belum dapat berjalan sendiri mungkin karena kekurangtauan, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah, atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan mereka karena belum pulihnya rasa percaya diri mereka akibat paradigma-paradigma pembangunan masa lalu. Terlepas dari itu semua, peran pendamping sangatlah vital terutama mendapingi masyarakat menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada kelompok yang tepat pula.
(c) Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan dana untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan dari masyarakat itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain yang membutuhkannya. Pengaturan pergulirannya akan disepakati di dalam forum atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dengan fasilitasi pemerintah setempat dan tenaga pendamping.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan Pilot Project Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 1999.
Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 2000.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. 2001
ShoutMix chat widget
Friday, 23 July 2010
PEMBINAAN USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG AIR TAWAR (Chanos chanos Forsk)
MELALUI PEMBERDAYAAN KELOMPOK DI KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI
PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh : Abdul Karim Anwar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi dan Kinerja Usaha
4.1.1 Keadaan Umum
Kelompok budidaya ikan bandeng air tawar Mina Sejahtera berada dalam wilayah administrasi Desa Talun, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati. Secara geografis Kecamatan Kayen terletak pada koordinat 110o.50”- 111o.15” Bujur Timur dan 6o.25” - 7o. Lintang Selatan.
Batas-batas wilayah administrasi Desa Talun adalah sebagai berikut :
• Sebalah Utara : Ds. Wuwur Kec. Gabus Kab. Pati
• Sebelah Selatan : Ds. Pesagi Kec. Kayen Kab. Pati
• Sebalah Barat : Ds. Bulung Cangkring Kec. Jekulo Kab. Kudus
• Sebelah Timur : Ds. Boloagung Kec. Kayen Kab. Pati
Luas wilayah seluruhnya adalah 922,80 Ha dengan pembagian wilayah menurut penggunaannya terdiri dari :
• Perumahan dan pekarangan : 46,74 ha
• Sawah irigasi teknis : 416 ha
• Tanah bekas rawa : 159 ha
• Kolam/tambak : 162 ha
• Sungai : 3,5 km
• Tegalan dan lain-lain : 46,76 ha
• Pemukiman : 109,06 ha
Secara umum kondisi sumberdaya alam di Desa Talun adalah sebagai berikut :
• Derajat Keasaman (PH) tanah : 6 – 7
• Hujan/bulan kering : 4 – 6 bln
• Suhu Rata – rata : 22 – 32 ºC
• Kondisi Geografis : Tinggi dari permukaan laut 13 m dpl
• Jenis tanah : Alluvial
• Type iklim : Type C
• Cuhan Hujan : 2.051 ml
• Hari hujan : 149 hari
Menurut formulir isian monografi kecamatan, jumlah total penduduk yang ada di Kecamatan Kayen pada bulan Juli- Desember tahun 2009 sebesar 82.555 jiwa. Secara umum data rincian pemetaaan penduduk yang tersebar di Kecamatan Kayen yaitu sebagai berikut :
a) Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
• Usia 0 – 6 th : 11.935 jiwa
• Usia 7 –12th : 16.320 jiwa
• Usia 13 – 18 th : 19.211 jiwa
• Usia 19 – 24 th : 15.962 jiwa
• Usia 25 – 55 th : 9.885 jiwa
• Usia 56 – 79 th : 4.896 jiwa
• Usia > 80 th : 4.346 jiwa
b) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
• Belum/ tidak tamat : 4 jiwa
• Tamat SD/ Sederajat : 1.521 jiwa
• Tamat SLTP/ Sedeajat : 567 jiwa
• Tamat SMU/ Sederajat : 294 jiwa
• Tamat Akademi/ Sederajat : 52 jiwa
• Tamat Perguruan Tinggi : 71 jiwa
• Buta Huruf : 2 jiwa
c) Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
• Petani : 35.050 jiwa
• Pengrajin/ Industri kecil : 20.840 jiwa
• Buruh tani : 20.100 jiwa
• Buruh Bangunan : 3.340 jiwa
• Pedagang : 1.080 jiwa
• Pengangkutan : 560 jiwa
• PNS : 450 jiwa
• TNI : 8 jiwa
• Pensiunan (PNS/ TNI) : 350 jiwa
4.1.2 Kondisi Kelompok Mina Sejahtera
Pada Awal usaha budidaya ikan bandeng air tawar di Desa Talun Kecamatan Kayen diprakarsai oleh Bapak Nur Salim yang melakukan usaha budidaya ikan bandeng air tawar setelah belajar dan mengamati proses usaha tersebut di Lamongan, Jawa Timur. Pada mulanya, beliau yang berniat melanjutkan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi yang ada di Lamongan, diperkenalkan dengan usaha budidaya ikan bandeng air tawar yang pada saat itu telah ada dan berkembang terlebih dahulu di daerah Lamongan. Tertarik dengan usaha tersebut, serta melihat potensi besar yang ada maka setelah lulus dan pulang ke desanya beliau mulai memperkenalkan usaha budidaya ikan bandeng air tawar tersebut kepada masyarakat sekitar.
Di periode awal tahun1997, bapak Nur Salim mulai memperkenalkan serta meyakinkan masyarakat desa Talun pada usaha budidaya ikan bandeng air tawar. Namun banyak kendala yang dihadapi dalam meyakinkan masyarakat, bahkan banyak juga warga yang menolak akan usaha tersebut. Pada akhirnya beliau dipertemukan dengan bapak Haji Muchamad Amir, kemudian dengan usahanya untuk meyakinkan maka di ajak ke Lamongan dan membeli nener ikan bandeng serta di uji cobakan di kolam yang ada di Desa Talun. Alhasil, lahan tidur yang tidak bisa di manfaatkan itu, setelah di uji cobakan budidaya polikultur ikan bandeng air tawar dengan ikan mas pada areal seluas 1 hektar berhasil serta menghasilkan panen ikan bandeng yang cukup melimpah. Sebagian hasil panen oleh mereka dibagikan kepada seluruh penduduk yang ada di Desa Talun dan setelah kejadian itu maka animo masyarakat untuk membudidayakan bandeng air tawar mulai tumbuh yang diindikasikan dengan semakin banyaknya warga masyarakat mengikuti usaha bandeng air tawar.
Pada awal tahun 1998 setelah warga masyarakat Desa Talun mulai banyak melaksanakan kegiatan budidaya ikan bandeng air tawar, maka timbul masalah dalam hal keamanan. Masyarakat dari luar desa Talun yakni dari desa atau kecamatan tetangga pada berdatangan ke tambak di Desa Talun untuk mencuri ikan yang dipelihara. Pada awalnya niat mereka adalah memancing ikan, namun pada perkembangannya berubah menjadi aksi pencurian massal dengan semakin banyak orang yang berdatangan sehingga kondisi tersebut sangat mengancam usaha budidaya ikan bandeng air tawar di Desa Talun. Melihat kejadian itu, bapak Maksum berinisiatif mengajak saudara-saudaranya untuk membentuk sebuah kelompok pembudidaya dengan nama kelompok pembudidaya ikan “Mina Sejahtera:. Kegiatan kelompok ini meliputi kegiatan usaha penggelondongan dan usaha pembesaran ikan bandeng air tawar dengan prioritas utama menjaga kondisi keamanan tambak tetap stabil.
Pada tanggal 23 Mei 2008, kelompok Mina Sejahtera yang diketuai oleh Bapak Maksum oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dibagi menjadi 5 sub kelompok. Adapun kelima sub kelompok tersebut adalah sub kelompok pembenihan, sub kelompok pengolahan, sub kelompok budidaya, sub kelompok produksi pakan, dan sub kelompok pemasaran.
Jenis pembinaan yang pernah dilakukan pada kelompok Mina Sejahtera baik oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati maupun instansi terkait lainnya yaitu:
a. Pada tanggal 20 Agustus tahun 2008 kelompok Pelaku Utama bidang Perikanan "Mina Sejahtera" bersama-sama dengan Penyuluh Perikanan Kabupaten Pati mengadakan studi banding di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Diharapkan mereka dapat mengenal peralatan budidaya yang baik, sistem budidaya dan hasil-hasil penelitian yang ada korelasinya dengan usaha mereka. Walaupun kegiatan hanya sehari tetapi upaya ini tidak berhenti disini tetapi ada tindak lanjut dengan terjalinya hubungan baik ini, setiap saat BBPBAP Jepara membuka diri untuk menerima para Pelaku Utama dan Usaha untuk belajar dan memecahkan permasalahan dalam budidaya ikan Bandeng dan Udang Vanname yang di kembangkan di Talun. Hasil studi banding ini merupakan langkah awal membuka jalinan kerjasama antara pembudidaya ikan dan udang warga desa Talun dengan BBPBAP Jepara yang memiliki peralatan dan laboratorium lengkap. Harapan ke depan dapat meningkatkan produksi yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
b. Mengikuti pelatihan di Desa Talun, kecamatan Kayen, kabupaten Pati pada tanggal 21 Juli - 25 Juli 2008. Pelaksanaan pelatihan bekerjasama dengan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Instruktur berasal dari BBPBAP Jepara, Dinas Kelautan dan Perikanan Pati. Topik pelatihan adalah Budidaya Ikan Bandeng dan Udang Vanname pada salinitas rendah.
c. Pelaksanan magang di BPPP Tegal pada tanggal 24 November - 30 November 2008. Peserta magang pelaku Utama bidang Pengolahan Hasil Perikanan sejumlah 5 orang dengan didampingi oleh 1 orang Penyuluh Perikanan. Upaya peningkatan kasitas pelaku Utama dan Usaha diharapkan bisa meningkatkan pendapatan ibu-ibu sebagai pendamping suami, menambah nilai tambah barang mentah menjadi olahan dan merubah bentuk. Usaha pengolahan hasil perikanan yang ditekuni antara lain ; Bandeng Tanpa Duri, Pengasapan ikan, Bakso Tombro, Nugget, Dendeng Tombro dan sebagainya. Upaya meningkatkan nilai tambah tersebut terdapat kendala dalam pemasaran, usaha pengolahan hasil tersebut sangat penting dan mendukung keberhasilan usaha pengolahan.
d. Kegiatan magang pembesaran ikan air tawar merupakan upaya untuk meningkatkan Kapasitas Pelaku Utama dan Usaha bidang Pembesaran Ikan dilaksanakan pada tanggal 24 November - 29 November 2008.
e. Penumbuhan dan revitalisasi kelompok bidang perikanan dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembinaan, pengelolaan dan pengembangan kelompok.
f. Diskusi kelompok dengan penyuluh Dempond dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang.
Pembinaan kelompok yang telah dilaksanakan belum memberikan dampak secara signifikan terhadap tingkat kemampuan anggota kelompok Mina Sejahtera dalam menjalankan peran dari sebuah kelompok pembudidaya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam kelompok Mina Sejahtera memiliki kesenjangan dalam menjalankan peran kelompoknya. Oleh karena itu, pembinaan kelompok yang telah dilaksanakan perlu ditindaklanjuti sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan kelompok terutama para pelaku usaha budidaya ikan bandeng air tawar yang menjadi ciri khas pada kelompok Mina Sejahtera.
Apabila kegiatan pembinaan kelompok Mina Sejahtera di Desa Talun dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, maka kelompok tersebut dapat menjalankan perannya lebih baik yaitu sebagai kelas belajar mengajar, unit produksi perikanan dan wahana kerjasama. Sehingga keberadaan kelompok Mina Sejahtera dapat mempercepat perkembangan usaha perikanan di wilayah Kecamatan Kayen, dengan cara menjadikan kelompok tersebut sebagai kelompok teladan bagi para pembudidaya lain yang berada di desa lain, baik secara perorangan maupun yang tergabung dalam sebuah kelompok pembudidaya.
4.2 Potensi dan Kinerja
4.2.1 Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Lahan
Kabupaten Pati mempunyai potensi yang cukup besar di bidang budidaya tambak yakni seluas 10.604,52 Ha. Untuk budidaya ikan bandeng air tawar sendiri di Kecamatan Kayen telah dimanfaatkan kolam seluas 162 Ha yang terbagi atas kolam pembesaran seluas 151 Ha dan kolam penggelondongan seluas 11 Ha. Pada awal usaha budidaya ikan bandeng air tawar ini sebelumnya hanya memanfaatkan lahan dari bekas sebaian areal persawahan padi dan palawija, namun sejalan dengan perkembangannya maka pemanfaatan lahan budidaya telah dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini diindikasikan dari lahan yang awalnya kurang dari 7 Ha, setelah adanya kegiatan budidaya ikan bandeng sistem polikultur maka berkembang menjadi 162 Ha dengan kombinasi beberapa sistem usaha yang ada.
Tingkat pemanfaatan lahan memberikan indikasi terhadap intensitas penggunaan lahan dalam kegiatan usaha budidaya ikan bandeng air tawar kelompok Mina Sejahtera. Intensitas penggunaan lahan tersebut dibuktikan oleh luas lahan dan lama waktu efektif dari usaha penggunaan suatu satuan lahan. Dalam waktu lima tahun terakhir ini, budidaya ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen menunjukan perkembangan yang sangat pesat, baik luas lahan maupun produksinya.
4.2.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Dalam usaha budidaya ikan bandeng air tawar, ketersediaan sarana dan prasarana sangat menunjang untuk keberhasilan suatu kegiatan budidaya. Sarana budidaya adalah peralatan yang diperlukan langsung dalam kegiatan produksi, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat menunjang kegiatan produksi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan budidaya ikan bandeng air tawar di Desa Talun berikut ini.
No Jenis Jumlah Satuan
1 Benih Ikan Bandeng 3.500 Ekor
2 Pakan Buatan (pellet) 3.800 Kg
3 Pupuk Organik 4.000 Kg
4 Pupuk Anorganik (urea) 500 Kg
5 Pupuk Anorganik (SP36) 500 Kg
6 Saponin 150 Kg
7 Kapur 1000 Kg
8 Probiotik 1 paket
9 Jala Tebar ukuran diameter 7 meter 1 Unit
10 Saringan Hitam 20 Meter
11 Saringan hijau 30 Meter
12 Timbangan (5 kg) 2 Buah
13 Ember 4 Buah
14 Gayung 4 Buah
15 Alat Ukur 1 Unit
Sumber :Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati 2009
Perolehan sarana dan prasarana produksi perikanan yaitu dengan cara membeli sendiri dengan sistem pembayaran kontan kepada unit penyedia Sarana Produksi Perikananan (SAPROKAN) yang ada di Kabupaten Pati. Jenis pupuk yang biasa digunakan pembudidaya adalah urea dan TSP, Sedangkan jenis obat-obatan adalah saponin dan nutritfish (obat perangsang makan). Jenis saprokan ini dapat dengan mudah ditemui serta tersedia dalam jumlah yang cukup memadai untuk memenuhi usaha budidaya ikan bandeng air tawar.
Untuk kebutuhan nener dalam kegiatan usaha budidaya ikan bandeng air tawar masih cukup terpenuhi dengan mendatangkan nener dari daerah Juwana atau Lamongan. Pada umumnya pembudidaya masih menggunakan teknologi yang sederhana sehingga pakan yang diberikan masih mengandalkan pakan alami yaitu berupa klekap.
4.2.3 Pola Tanam
Pola tanam adalah pola kegiatan penebaran dan pemanenan ikan bandeng yang dibudidayakan dalam kolam selama periode tertentu. Faktor penentu dari pola tanam adalah tersedianya nener secara musiman dan air yang layak bagi kebutuhan budidaya. Proses budidaya ikan bandeng air tawar memerlukan pola tanam yang baik dan disesuaikan dengan kondisi sumberdaya alam yang tersedia. Tujuan dari pola tanam yaitu untuk mengatur penanaman dan menjaga agar produksi bandeng air tawar tetap tersedia secara kontinyuitas. Lama pemeliharaan untuk pembesaran ikan bandeng air tawar yaitu 3-4 bulan jadi dalam satu tahun ada 3 atau 4 siklus pola tanam.
Lama pemeliharaan ikan bandeng air tawar pada segmen pembesaran yang ada di Desa Talun Kecamatan Kayen rata – rata 60 hari, sehingga dalam satu tahun dilakukan panen sebanyak 3 -4 kali dengan waktu isterahat 1 bulan. Pola tanam seperti ini rata – rata sudah diterapkan oleh para pembudidaya ikan bandeng air tawar. Akan tetapi semuanya bergantung pada keadaan cuaca karena pada kondisi banjir para pembudidaya hanya dapat melakukan panen sebanyak satu kali disebabkan resiko yanga ada. Biasanya pada pertengahan bulan Juli sampai Desember banjir selalu mengenangi kawasan tambak milik pembudidaya. Selain itu juga, faktor finansial mempengaruhi kegiatan budidaya yaitu dalam hal penyediaan modal untukpembelian nener ikan bandeng air tawar, sehingga apabila kondisi keuangan yang mereka miliki apabila tidak ada maka kegiatan budidayapun tidak dilakukan.
4.2.4 Kinerja Produksi
Secara umum para pelaku pembudidaya ikan bandeng air tawar Mina Sejahtera di Desa Talun dalam melaksanakan kegiatan produksi masih menggunakan sistem tradisional yang mengandalkan pakan alami sehingga hasil produksi belum tercapai maksimal. Untuk keragaan produksi perikanan di desa Talun dapat dilihat sebagai berikut:
No Unit Usaha Volume Produksi Pemasaran
1 Penggelondongan ± 10.000 – 800.000 kg/nener/thn Waduk Kedung Ombo Kab. Sragen Prov. Jateng, Waduk Jatiluhur Kab. Purwakarta Prov Jabar, Kab Pati dan sekitarnya.
2 Pembesaran ± 3,5 – 4 ton/thn
Sumber. Data PA (2010)
Produksi rata-rata dari 24 RTP yang bergerak pada segmen pembesaran adalah 2.854,167 kg/ bulan dengan total produksi yang dihasilkan sebesar 68.500 kg/ bulan. Jika dalam satu tahun terdapat sejumlah 3-4 kali siklus produksi, maka estimasi produksi yang dihasilkan bisa mencapai 8.562,501 – 11.416,668 kg atau 8,5 – 11,5 ton/ tahun. Namun saat ini baru menghasilkan 3,5-4 ton/ tahun sehingga terjadi kekurangan sebesar 5 - 7,5 ton/ tahun. Hal ini disebabkan oleh pola tanam yang hanya bisa menghasilkan satu siklus panen akibat banjir rutin yang terjadi di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
4.2.5 Kinerja Pemasaran
Rantai pemasaran budidaya ikan bandeng pada kelompok Mina Sejahtera di Kecamatan Kayen melibatkan pendeder, pengumpul, pengecer dan konsumen. Di Kecamatan Kayen tidak terdapat lembaga pemasar benih/ nener ikan bandeng sehingga biasanya nener dibeli dari pengumpul yang ada di daerah Juwana dan Lamongan (jawa Timur) kemudian nener hasil pendederan dijual ke pengumpul atau pendeder yang ada di desa Talun.
Menurut sumber informasi yang diperoleh dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati serta wawancara langsung dengan pembudidaya, pemasaran ikan bandeng air tawar yang dilakukan di Kecamatan Kayen melalui tengkulak atau di Tempat Pelelangan Hasil Tambak (TPHT) kemudian dipasarkan ke daerah Juwana, Semarang, Kudus, wilayah waduk Kedung Ombo Kabupaten Sragen, Jatiluhur Kabupaten Purwakarta, dan kepada para pembakul yang ada di wilayah Kayen dan sekitarnya.
4.2.6 Kinerja Lembaga Penunjang
Keberhasilan proses budidaya ikan bandeng air tawar tidak terlepas dari peran beberapa lembaga penunjang yang ada di Desa Talun Kecamatan Kayen. Kondisi lembaga penunjang telah diuraikan di Bab sebelumnya (Bab III), maka setelah dilakukan evaluasi maka akan terlihat kinerja lembaga penunjang yang ada di Desa Talun. Untuk lebih jelas analisa kelembagaan yang menunjang di Desa Talun dirinci berikut ini.
No Lembaga Masalah Potensi
1. BRI/BNI/BANK JATENG BKK/BPR : Peryaratan dan tingkat kepercayaan perbankan masih kurang Bunga tinggi,Tersedianya dana untuk pengembangan usaha
2. Kios Saprokan ,Pasar, Kios Konsumsi : Harga tidak sesuai dan tidak stabil, Belum mencukupi kebutuhan,Membantu sarana produksi dan kebutuhan masyarakat
3. KUD / Koperasi : Pelayanan belum optimal,Tersedianya sarana produksi dana dan pemasaran hasil.
4. Kelompok Pembudidaya Ikan: Teknologi sederhana, Permodalan
SDM , Wadah Pembinaan dan Pengembangan Usaha Perikanan
5. DKP / Penyuluh Perikanan : Pembinaan belum optimal,Kurangnya sarana teknis, Membina dan fasilisator kelompok usaha perikanan
Sumber: Data Praktek Akhir (2010)
4.2.7 Kinerja Lembaga Penyuluhan
Kelembagaan penyuluhan perikanan di Kecamatan Kayen belum ada sehingga kegiatan penyuluhan diselenggarakan dan masih di bawah koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang Penyuluhan Perikanan.nJumlah pegawai (SDM) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten secara resmi ada 72 orang PNS dan 12 pegawai honorer, sedangkan ketenagaan yang membidangi Penyuluhan sejumlah 17 orang PNS dan 1 orang CPNS.
Kelompok Mina Sejatera merupakan bagian dari binaan Penyuluh Perikanan Kecamatan Kayen. Sehingga Penyuluh Perikanan Kecamatan Kayen sangat berperan aktif dalam kegiatan pembinaan kelompok Mina Sejahtera. Bahkan, selama pelaksanaan praktek akhir (PA), upaya pengembangan kemampuan kelompok telah diwujudkan dengan bekerjasama dengan pengurus Mina Sejahtera, sehingga terbentuk rancangan program pengembangan kemampuan kelompok yang diketahui oleh pihak Desa Talun dan Kecamatan Kayen, serta Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pati.
Para penyuluh melakukan pertemuan setiap 1 bulan sekali yang lokasinya disesuaikan oleh kesepakatan bersama, biasanya di luar kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati bahkan tidak jarang melakukan pertemuan di tambak di Desa Talun dengan berbagai kegiatan seperti evaluasi penyuluhan atau juga untuk melaporkan tentang kegiatan yang telah dilakukan di wilayah binaannya.
4.3 Pengembangan usaha
4.3.1 Pengembangan Bisnis Perikanan
Program Akselerasi dan Sosialisasi Teknologi Inovasi Kelautan dan Perikanan (Prasasti Mina) di Kabupaten Pati saat ini sudah mulai menginjak tahun ketiga yang dimulai sejak tahun 2007 yang lalu. Berdasarkan road map program prasasti mina di Kabupaten Pati bahwa pada tahun ketiga ini adalah pemantapan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Kegiatan tersebut diantaranya adalah pemantapan model kerjasama kelembagaan bisnis perikanan, pemantapan aplikasi introduksi teknologi perikanan, pemantapan diversifikasi komoditas perikanan, dan pemantapan integrasi usaha bisnis perikanan.
Sejauh ini pelaksanaan kegiatan di awal tahun 2010 ini adalah melanjutkan kegiatan yang belum terselesaikan pada tahun kedua. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan Kelompok
Pelaksanaan kegiatan pertemuan kelompok pada Bulan Januari 2010 dilakukan pada kelompok Mina Sejahtera. Pelaksanaan pertemuan ini berkaitan dengan penempatan Keramba Jaring Apung menjelang masa-masa banjir yang ditandai dengan curah hujan yang sangat tinggi. Kegiatan pertemuan ini dilakukan di sekretariat kelompok Mina Sejahtera tepatnya pada hari Sabtu tanggal 9 Januari 2010. Dari kegiatan ini dihasilkan kesepakatan bahwa Keramba jaring apung yang ada tetap ditempatkan di “kali mati” dan dijadikan sebagai tempat penampungan induk. Namun demikian selama musim banjir nanti, pengelolaan keramba tersebut diserahkan kepada salah satu anggota kelompok.
Sejauh ini jumlah keramba jaring apung yang sudah ada di kawasan perikanan Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati sudah berjumlah 3 buah keramba. Peningkatan jumlah keramba ini merupakan bentuk respon dari anggota kelompok dalam upayanya beradaptasi dengan musim banjir yang secara rutin menimpa lokasi sasaran. Dengan demikian, meskipun musim banjir tiba tetapi pelaku utama tetap dapat mejalankan usaha mereka dengan memanfaatkan keramba yang telah mereka buat secara pribadi.
2) Uji Adaptasi
Kegiatan uji adaptasi pembesaran ikan bandeng air tawar dengan beberapa perlakuan. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan aplikasi introduksi teknologi perikanan yang sebelumnya belum pernah dilakukan di kawasan perikanan Desa Talun. Kegiatan uji adaptasi ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk kegiatan penyuluhan dimana dalam kesempatan ini sasaran pelaku utama dapat melihat langsung setiap perlakuan dalam kegiatan yang dilaksanakan. sehingga diharapkan proses adopsi inovasi dapat berjalan lebih lancar.
Pelaksanaan kegiatan uji adaptasi ini sesungguhnya merupakan salah satu upaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dimana usaha pembesaran khususnya Ikan Bandeng Air Tawar yang selama ini dilakukan oleh para pelaku utama di lokasi sasaran masih mengandalkan pakan alami melalui proses pemupukan tanpa menggunakan pakan buatan.
4.3.2 Penerapan Teknologi
Dalam rangka mendukung Program Prasasti Mina di Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, telah dilakukan kegiatan uji adapatasi ikan bandeng air tawar yang dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian daya adaptasi komponen-komponen teknologi yang diselenggarakan di Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Hal ini dilakukan agar diperoleh kesesuaian teknologi dengan lokasi ataupun lingkungan pembudidayaan. Disamping untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal per satuan unit usaha pembudidayaan ikan bandeng air tawar.
Uji adaptasi ini dirancang dengan tujuan mengetahui penerapan teknis budidaya ikan bandeng dengan perlakuan pemberian pakan buatan, pakan alami, dan mix antara pakan buatan dan pakan alami, dan pengaruhnya terhadap besarnya produksi yang dihasilkan per satuan unit usaha. Kegaiatan ini dilakukan pada petakan yang luasnya sama masing-masing 7.000 m2 namun dengan padat tebar yang berbeda serta dengan tiga perlakuan pemberian pakan yang berbeda pula yakni dengan pakan buatan (Kolam “A”), menggunakan pakan alami (Kolam “B”), serta mix antara pakan buatan dan pakan alami ( Kolam “C”).
Sejauh ini, pelaksanaan kegiatan uji adaptasi ini telah memasuki bulan kedua masa pemeliharaan yang dilaksanakan mulai bulan Desember 2009 sampai April 2010. Selama proses pemeliharaan dibulan kedua ini beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemasangan jaring keliling, pemberian pakan, dan sampling. Pemasangan jaring keliling dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir. Dalam proses pelaksanaannya, hanya 2 kolam yang dapat dipasangi jaring keliling yakni kolam dengan perlakuan pakan buatan (Kolam ‘A’) dan kolam dengan perlakuan mix antara pakan buatan dengan pakan alami (Kolam “C”). Sedangkan untuk kolam dengan perlakuan murni pakan alami tidak sempat dilakukan pemasangan jaring keliling dikarenakan banjir yang datang tiba-tiba tepatnya pada tanggal 14 februari 2010. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan uji adaptasi sejauh ini hanya dengan 2 perlakuan yakni perlakuan murni pakan buatan dan perlakuan mix antara pakan buatan dan pakan alami.
Perlakuan lain yang dilakukan ini adalah pemberian pakan. Sejauh ini, jumlah pakan yang telah diberikan pada kolam “A” adalah sebanyak 150 kg dengan frekuensi pemberian sebanyak 2-3 kali per hari. Sedangkan untuk kolam “C”, jumlah pakan buatan yang telah diberikan sebanyak 60 kg dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 1 kali per hari. Untuk memenenuhi kebutuhan pakan alami pada kolam “C” diberikan perlakuan pemupukan dengan menggunakan pupuk UREA dan TSP dengan perbandingan 1 : 3. Perlakuan pemupukan dilakukan setiap seminggu sekali atau ketika populasi plankton dikolam sudah mulai menurun.
Sebagaimana kegiatan pemberian pakan, kegiatan sampling juga dilakukan pada 2 kolam tersebut diatas. Sebagai catatan, padat tebar ikan pada kolam “A” adalah 3 ekor/M2 (total jumlah ikan 21.000 ekor), sedangkan pada kolam kedua ditebar ikan dengan kepadatan 1 ekor/M2 (jumlah ikan yang ditebar 7.000 ekor). Dari hasil sampling yang dilakukan pada tanggal 23 Februari diketahui bahwa ukuran rata-rata ikan bandeng pada kolam “A” adalah 33 – 40 gr/ekor atau lebih kecil dibanding kolam dengan perlakuan pada kolam “C” dimana ukuran ikan rata-rata adalah sebesar 50-60 gr/ekor.
4.3.3 Tahapan Pelaksanaan
4.3.3.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan kegiatan pengeringan seluruh bagian kolam/ tambak selama 10 hari. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dasar tambak yang dilanjutkan dengan proses pengapuran dengan dosis masing-masing 200 Kg per petak. Hal ini bertujuan untuk membunuh bibit penyakit yang timbul. Untuk perlakuan uji adaptasi ikan bandeng dengan pakan alami (Kolam “B”) dilakukan pemupukan urea dan TSP 36 dengan dosis masing-masing 200 kg/ha , sedangkan untuk perlakuan mix pakan alami dan pakan buatan (Kolam “C”) dilakukan pemupukan dengan dosis masing-masing 100 kg/ha.
Tahap selanjutnya adalah pengeringan tahap II selama 1 minggu. Pada hari ketiga dilakukan pemupukan susulan pupuk organik masing-masing sebanyak 1000 kg dengan cara disebar secara merata keseluruh dasar tambak. Kemudian dilakukan persiapan air media dengan pengisian air seluruh petak pemeliharaan setinggi 20 cm dan pengaplikasian saponin 5 ppm untuk memberantas ikan-ikan liar. Untuk perombakan dasar kolam secara berkesinambungan dilakukan aplikasi probiotik 5 hari setelah pemberian saponin.
4.3.3.2 Tahap Pemeliharaan
a) Penebaran
Kepadatan nener yang ditebar untuk tiap-tiap perlakuan berbeda. Padat tebar nener yang ditebar untuk masing-masing perlakuan adalah 3 ekor/M2 untuk perlakuan pada Kolam “A”, 1 ekor/M2 untuk perlakuan pada kolam C, dan 0,5 ekor/M2 untuk perlakuan pada kolam B. Ukuran ikan yang ditebar berukuran 2-4 cm/ekor atau berat rata-rata 0,05 – 0,08 gr/ekor.
Kegiatan penebaran dilakukan pada saat suhu rendah yakni pada pagi hari yang terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama beberapa menit. Penebaran dilakukan tepatnya pada tanggal 30 Desember 2009.
b) Pengelolaan Air
Air media pada petak pemeliharaan dikelola sesuai dengan kaidah budidaya ikan bandeng. Penambahan air dilakukan 2-4 minggu setelah penebaran nener yang dilakukan secara bertahap hingga mencapai ketinggian 50 cm. kegiatan pengisian air ini dilakukan dengan pompanisasi. Pengaturan suplai air dilakukan secara langsung dimana air media pemeliharaan ditransfer dari sumber air pasok menuju ke saluran air suplai untuk kemudian dipergunakan pada petak pemeliharaan.
c) Pengelolaan Pakan Buatan
Untuk perlakuan ikan bandeng di kolam A, pengelolaan pakan menggunakan pakan dengan kandungan protein berkisar 20-30%. Dosis pakan diberikan dengan dosis menurun 30-10% dari total biomass ikan bandeng/hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyk 2-3 kali. Untuk perlakuan ikan bandeng di Kolam C menggunakan pakan yang sama dengan dosis 5% dari total biomass ikan/hari. Sedangkan untuk mensuplai pakan alami dilakukan pemupukan dengan memperhatikan kondisi air (plankton) yang ada di tambak.
Kegiatan awal pemberian pakan pada kedua perlakuan tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama tepatnya satu bulan setelah penebaran dengan menggunakan pakan ukuran 2mm yang digantung pada sebuah kantung yang terbuat dari jarring dan menempel tepat dipermukaan air. Dari perlakuan seperti ini diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan oleh ikan pada perlakuan pertama dalam merespon terhadap pakan yang diberikan membutuhkan waktu 1,5 jam baru ikan bandeng mulai mendekati pakan, sedangkan pada perlakuan kedua membutuhkan waktu yang lebih lama mencapai 2 jam. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan padat tebar.
d) Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan terhadap beberapa hal, diantaranya pengamatan terhadap lingkungan sekitar tambak dan yang tidak kalah penting adalah pengamatan pertumbuhan ikan melalui kegiatan sampling. Dengan kegiatan sampling maka dapat diketahui berapa jumlah biomass ikan yang ada di dalam wadah pemeliharaan. Kegiatan sampling dilakukan secara periodik yakni setiap 1 bulan sekali. Hal ini dilakukan karena kondisi ikan bandeng yang mudah mati apabila terjadi kerusakan pada tubuhnya sehingga apabila jarak antara sampling satu dengan sampling berikutnya terlalu dekat dikhawatirkan akan meningkatkan nilai mortalitas.
Pelaksanaan kegiatan uji adaptasi sejauh ini telah dilkaksanakan dan memasuki usia 2 bulan masa pemeliharaan. Berdasarkan hasil sampling yang telah dillakukan ukuran ikan untuk kolam C sudah mencapai 50-60 g/ekor, sedangkan untuk kolam dengan perlakuan A, ukuran ikan rata-rata mencapai 33-40 g/ekor.
Dalam perjalanannya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan uji adaptasi ini. Kendala yang dianggap paling besar adalah datangnya musim banjir. Untuk mengantisipasi tersebut telah dilakukan pemberian pagar keliling dengan menggunkan waring. Pelaksanaan kegiatan pemagaran ini baru terlaksana pada dua kolam yakni kolam dengan perlakuan mix pakan alami dan pakan buatan (Kolam “C”) serta kolam dengan perlakuan murni pakan buatan (Kolam “A”). Sedangkan untuk kolam dengan perlakuan murni pakan alami (Kolam “B”) belum sempat dilaksanakan dikarenakan lebih dulu terendam baniir yang dating secara tiba-tiba tepatnya pada tanggal 14 Februari 2010 sehingga kegiatan pemeliharaan untuk kolam tersebut tidak dapat dilanjutkan. Hingga pada saat kedatangan kami di Lokasi Praktek Akhir di Desa Talun ini, kegiatan uji adaptasi masih tetap dilaksanakan dengan kondisi yang ada sekarang.
Pada pelaksanaan kegiatan Praktek Akhir ini penulis ikut juga bergabung serta melanjutkan pelaksanaan kegiatan pada program prasasti mina di Desa Talun. Kegiatan tersebut diantaranya adalah uji adaptasi yang hingga pada saat akhir dari pelaksanaan Praktek Akhir masih dilaksanakan. Penulis ikut serta juga dalam kegiatan pembinaan rutin melalui pertemuan kelompok ataupun melalui kegiatan kunjungan usaha. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut diatas dilakukan bersama-sama dengan petugas teknis dari BBPBAP Jepara selaku UPT pendamping kegiatan prasasti mina di Desa Talun serta Penyuluh Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. Pelaksanaan kegiatan pada bulan Februari secara umum tidak berjalan lancar yaitu terjadi salah satu kolam yang terendam banjir yakni kolam dengan perlakuan murni pakan alami (Kolam”B”). Kondisi banjir itu sendiri sebenarnya merupakan siklus tahunan yang biasa menimpa Desa Talun. Pada saat akhir pelaksanaan kegiatan Praktek Akhirpun, yaitu di awal bulan Mei, sempat terjadi banjir di Desa Talun, namun tidak mengakibatkan kerugian serta menghambat kegiatan masyarakat khususnya pembudidaya ikan bandeng air tawar.
4.4 Aksi Penyuluhan
4.4.1 Program Prioritas yang Dikerjakan
Aksi penyuluhan yang dilakukan serta telah disepakati oleh pelaku utama dalam upaya meningkatkan kemampuan usaha budidaya ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen terdiri dari beberapa kegiatan seperti: mengefektifkan kelompok dengan materi yang diberikan tentang pentingnya kelompok, mengembangkan kemampuan kelompok dengan penerapan teknologi budidaya tradisional plus, pengendalian hama dan penyakit, bimbingan administrasi kelompok, serta bimbingan dalam proses memasarkan produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian sebagai berikut:
1. Mengefektifkan Kelompok
a. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan aksi penyuluhan dengan materi yang diberikan tentang pentingnya kerjasama dan koordinasi dalam kelompok, pelaku pembudidaya ikan bandeng air tawar mampu mengelola kelompoknya dengan baik serta mampu mengkoordinasikan kelompok dengan baik. Pada kenyatannya kelompok perikanan Mina Sejahtera sangat jarang melakukan pertemuan kelompok dan dalam segi koordinasi antara anggota masih relatif kurang maksimal. Dalam hal kepercayaan kelompokpun baik antara anggota dengan ketua kelompok ataupun sebaliknya masih kurang sehingga tidak jarang terjadi konflik internal dalam kelompok. Disamping itu juga, mulai tahun 2009 sering terjadi masalah teknis ataupun non teknis dalam proses budidaya ikan bandeng air tawar sehingga kelompok sempat tidak produktif, seperti kejadian banjir yang merendami seluruh tambak yang menyebabkan kerugian bagi pihak pembudidaya.
b. Rencana Operasional
1) Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan aksi penyuluhan disesuaikan dengan hasil kesepakatan dengan pembudidaya.
2) Evaluasi
Sebelum dilakukan aksi penyuluhan mengenai kegiatan pengefektifan kelompok, maka tingkat pengetahuan pelaku usaha dinilai terlebih dahulu sebagai evaluasi awal, selanjutnya dilakukan evaluasi akhir setelah aksi penyuluhan dilakukan.
c. Aksi Penyuluhan
Aksi penyuluhan yang dilakukan yaitu Kegiatan kunjungan rumah/usaha secara rutin setiap hari, biasanya dari hari Senin sampai Kamis atau menyesuaikan dengan keadaan lapangan. Kegiatan ini awalnya dilakukan bersama–sama dengan penyuluh perikanan setempat, namun sejalannya dengan perkembangannya maka kunjungan rumah ini dilakukan sendiri. Dalam kegiatan ini dilakukan obrolan ringan dan santai kepada anggota kelompok pembudidaya dengan membahas berbagai permasalahan yang dihadapi kelompok dan alternatif permasalahannya khususnya tentang keberadaaan kelompok itu sendiri, menyampaikan informasi penting dari dinas mengenai program “Mina Politan” sebagai pengganti dari adanya program “Prasasti Mina” , menyampaikan kuisioner serta melakukan penyuluhan. Kegiatan kunjungan rumah/tempat usaha dilakukan dengan cara berkeliling dari satu rumah/tempat usaha satu ke tempat yang lain. Dalam satu hari bisa mengunjungi 3 – 5 orang pembudidaya.
2. Pembinaan Kelompok
a. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan aksi penyuluhan dengan melakukan pendampingan dan bimbingan dengan memberikan informasi teknologi yang lebih maju, pelaku usaha dapat mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi serta menerapkannya untuk meningkatkan produksi. Hal ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan pelaku usaha dalam membudidayakan ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen.
b. Rencana Operasional
1) Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan aksi penyuluhan disesuaikan dengan hasil kesepakatan.
2) Evaluasi
Sebelum dilakukan aksi penyuluhan dengan melakukan pembinaan kelompok, maka tingkat pengetahuan pelaku usaha dinilai terlebih dahulu sebagai evaluasi awal, selanjutnya dilakukan evaluasui akhir setelah melakukan kegiatan penyuluhan.
c. Aksi Penyuluhan
Aksi penyuluhan dalam proses pembinaan dilakukan terhadap sub kelompok pengolahan “Mina Rezeki” dengan melakukan pertemuan kelompok sebanyak 2 kali pada tanggal 30 Maret 2010 (melakukan praktek pengolahan ikan bandeng asap), dan pada tanggal 27 April 2010 (melakukan praktek pengolahan empek-empek). Pada pertemuan pertama dihadiri oleh 12 orang anggota kelompok, dan pada pertemuan kedua dihadiri oleh 13 orang anggota kelompok. Selama pertemuan kelompok itu ikut hadir juga Penyuluh Perikanan Kecamatan Kayen dan di saksikan juga oleh perwakilan dari Pemerintah Desa Talun.
Metoda yang digunakan yaitu “demonstrasi cara” dengan terlebih dahulu menyampaikan materi tentang alat, bahan dan proses pelaksanaannya secara teori, selanjutnya dilakukan praktek pengolahan bersama ibu-ibu yang tergabung dalam sub kelompok Mina Rezeki Desa Talun.
Pada pelaksanaan kegiatan Praktek Akhir ini kami juga ikut bergabung dalam melanjutkan pelaksanaan kegiatan pada program prasasti mina di Desa Talun. Kegiatan tersebut diantaranya adalah uji adaptasi yang hingga pada saat akhir dari pelaksanaan Praktek Akhir masih dilaksanakan. Kami juga ikut serta dalam kegiatan pembinaan rutin melalui pertemuan kelompok ataupun melalui kegiatan kunjungan usaha. Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan tersebut diatas dilakukan bersama-sama dengan petugas teknis dari BBPBAP Jepara selaku UPT pendamping kegiatan prasasti mina di Desa Talun serta Penyuluh Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. Media yang digunakan dalam pembinaan Uji Adaptai ini berupa folder mengenai “Teknik Budidaya Ikan Bandeng Air Tawar”.
3. Mengembangkan Kelompok
a. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan aksi penyuluhan, pelaku pembudidaya ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen mampu mengembangkan kelompoknya sehingga dapat meningkatkan kelas kelompok. Dalam hal administrasi, kelompok Mina Sejahtera masih sangat kurang sehingga kesulitan dalam menemukan data kelompok serta dalam hal peningkatan kelas kelompok. Diharapkan denga adanya kegiatan aksi penyuluhan dengan materi administrasi kelompok, sasaran penyuluhan yaitu para pengurus kelompok Mina Sejahtera dapat membenahi kembali administrasinya. Hal ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan pengurus dalam mengelola kelembagaan kelompok Mina Sejahtera, selain itu juga dapat mengelola kelompok sehingga pelaku usaha dapat menentukan pola usaha perikanan yang menguntungkan berdasarkan teknologi terapan dan berorientasi pada kebutuhan pasar.
a. Rencana Operasional
1) Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan aksi penyuluhan disesuaikan dengan hasil kesepakatan.
2) Evaluasi
Sebelum dilakukan aksi penyuluhan mengenai administrasi kelompok, maka tingkat pengetahuan pelaku usaha dinilai terlebih dahulu sebagai evaluasi awal.
b. Aksi Penyuluhan
Aksi penyuluhan dilakukan terhadap pengurus kelompok Mina Sejahtera dalam hal ini yaitu ketua dan sekretaris dengan waktu dan metode penyuluhan yang ditetapkan secara partisipatif, yaitu dilaksanakan selama beberapa hari mulai tanggal 5-8 Mei 2010 menggunakan metode diskusi dan media penyuluhan berupa buku-buku yang dibuat oleh penulis yang terdiri dari buku daftar anggota, buku tamu, buku agenda surat masuk, buku agenda surat keluar, buku daftar hadir kelompok, buku notulen, buku kegiatan kelompok, buku pengamatan kelompok, rencana kegiatan anggota kelompok, rekapitulasi data produksi,dan proses produksi.
4.4.2 Evaluasi Penyuluhan
1) Evaluasi Awal dan Akhir Tingkat Pengetahuan
Dari Aksi penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan pendampingan Uji Adaptasi dengan mula-mula menyebarkan kuisioner kepada pembudidaya ikan bandeng air tawar, dapat terlihat tingkat pengetahuan rata-rata untuk evaluasi awal dengan skor 12,33. Pengetahuan ini diperoleh dari pengalaman para pembudidaya ikan bandeng air tawar dengan menggunakan teknologi sederhana tanpa pemberian pakan buatan, sehingga padat tebar untuk masing-masing kolam rendah dan produksi yang dihasilkanpun rendah.
Setelah dilakukan aksi penyuluhan berupa kegiatan Uji Adaptasi berupa penerapan teknologi dengan perlakuan teknologi tradisional plus dan intensif, hasil dari evaluasi akhir rata-rata untuk pembudidaya ikan bandeng skornya sebesar 17,67. Terjadi perubahan sebesar rata-rata 5,33 untuk para pembudidaya, sehingga terjadi peningkatan untuk tingkat pengetahuan pembudidaya rata-rata sebesar 45,38%. Untuk lebih jelasnya mengenai analisa data evaluasi penyuluhan pada kegiatan Uji Adaptasi dapat dilihat pada Lampiran 10.
Dari aksi penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan pengolahan ikan bandeng asap tanggal 30 Maret 2010, maka hasil evaluasi awal terlihat skor untuk tingkat pengetahuan kelompok Mina Rezeki adalah rata – rata 11,67. Tingkat pengetahuan para anggota kelompok banyak didapat dari pengalaman pada kegiatatan magang yang pernah dilakukan di BPPP Tegal pada tanggal 24 November - 30 November 2008. Peserta magang pelaku Utama bidang Pengolahan Hasil Perikanan sejumlah 5 orang dengan didampingi oleh 1 orang Penyuluh Perikanan. Melihat jumlah yang ikut hanya 5 orang dan tidak mewakili semua anggota kelompok yang berjumlah sekitar kurang lebih 25 orang maka perlu dilakukan aksi penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini diharapakan dapat meningkatkan pengetahuan serta bisa meningkatkan pendapatan ibu-ibu sebagai pendamping suami dan dapat menambah nilai tambah perekonomian keluarga.,
Kelompok pengolahan Mina Rezeki untuk lebih memahami tentang cara pengolahan ikan bandeng yang baik dan benar maka selain dilakukan aksi penyuluhan dengan metode “demonstrasi cara” juga diberikan leflet tentang pengolahan ikan bandeng asap. Setelah dilakukan aksi penyuluhan, skor evaluasi akhir tingkat pengetahuan rata-rata kelompok pengolahan Mina Rezeki menjadi 18. Ini menunjukkan terjadi perubahan sebesar 8,83, sehingga untuk tingkat pengetahuan terjadi peningkatan rata-rata sebesar 58,80%.
Aksi penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan pengolahan empek-empek panggang tanggal 27 April 2010, maka skor evaluasi awal terlihat tingkat pengetahuan kelompok Mina Rezeki adalah rata – rata 7,61.Pada dasarnya aksi penyuluhan pengolahan empek-empek ini dilakukan atas kesepakatan bersama serta inisiatif penulis sendiri akibat dari obrolan ringan dengan salah satu pembudidaya tentang hama ikan gabus yang sering memangsa nener ikan bandeng. Mengingat salah satu bahan baku dalam pembuatan empek-empek adalah daging ikan gabus, maka penulis menawarkan dan menyarankan kepada ketua dan anggota kelompok Mina Rezeki untuk mengadakan penyuluhan pengolahan empek-empek panggang dengan memanfaatkan daging ikan gabus. Kegiatan penyuluhan ini diharapakan selain dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan pendapatan ibu-ibu sebagai pendamping suami atau juga menambah nilai tambah perekonomian keluarga, juga diharapkan dapat memanfaatkan hama yakni ikan gabus menjadi olahan yang bermanfaat bagi kelompok. Evaluasi akhir menunjukan rata-rata tingkat pengetahuan kelompok pengolahan Mina Rezeki mejadi 9,46. Ini menunjukkan terjadi perubahan sebesar 1,85, sehingga setelah kegiatan penyuluhan pengolahan ini dilakukan terjadi peningkatan pengetahuan rata-rata sebesar 25,27%. Untuk lebih jelasnya tentang analisa data evaluasi tingkat pengetahuan pada aksi penyuluhan pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 16.
2) Evaluasi Awal dan Akhir Tingkat Sikap
Kelompok pengolahan Mina Rezeki di Kecamatan kayen secara sikap menerima kegiatan penyuluhan, dan inovasi/ teknologi baru tentang pengolahan perikanan. Namun untuk kegiatan kelompok seperti pertemuan kelompok sangat kurang. Sebelum dilaksanakan Praktek Akhir (PA) kegiatan pertemuan kelompok jarang dilaksanakan, untuk itu dilakukan kegiatan pertemuan kelompok.
Program yang dilakukan berupa pengaktifan kegiatan kelompok dengan cara melaksanakan kegiatan pertemuan kelompok dan demonstrasi cara. Dalam pertemuan kelompok ini dilakukan demonstrasi cara mengenai pengolahan ikan bandeng asap dan pengolahan empek-empek panggang pada kelompok Mina Rezeki di Desa Talun Kecamatan Kayen.
Evaluasi awal mengenai sikap anggota kelompok pengolahan Mina Rezeki di Kecamatan kayen adalah rata – rata skor untuk pengolahan ikan bandeng asap adalah 60,25 dan untuk pengolahan empek-empek panggang adalah 49,08. Pada evaluasi akhir mengenai sikap diperoleh skor rata-rata pada pengolahan ikan bandeng asap sebesar 89,16 dan tingkat sikap pada pengolahan empek-empek panggang menjadi 84,30. Dari hasil ini terjadi perubahan sikap masing-masing sebesar 28,91 dan 35,22. Untuk aksi penyuluhan pada kelompok pengolahan Mina Rezeki baik berupa kegiatan pengolahan ikan bandeng asap maupun pengolahan empek-empek panggang, dapat diketahui terjadi peningkatan sikap rata-rata kelompok pengolahan sebesar 51,65 % dan 76, 63%.
3) Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi penyuluhan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat awal kegiatan penyuluhan (pre evaluation) dan setelah kegiatan penyuluhan (post evaluation). Kegiatan evaluasi pada awal kegiatan penyuluhan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Pokdakan Mina Sejahtera di Desa Talun Kecamatan Kayen. Dari evaluasi awal akan diketahui hal apa saja yang perlu dibenahi dan diberikan penyuluhan sehingga kegiatan penyuluhan akan sesuai dengan kebutuhan para pembudidaya di Kecamatan Kayen. Kegiatan evaluasi awal dan akhir dilakukan dengan cara menyebar kuisioner kepada responden yang terpilih yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran12 dan Lampiran 15.
Dari aksi penyuluhan yang dilakukan berupa kegiatan uji adaptasi, penyuluhan pengolahan ikan bandeng asap, dan penyuluhan empek-empek panggang, maka secara umum hasil evaluasi penyuluhan di Kecamatan Kayen dapat dilihat pada tebel berikut ini :
Tabel 14. Pengolahan Data Secara Umum Evaluasi Penyuluhan di Kecamatan Kayen
Aksi
Evaluasi Uji Adaptasi Pengolahan Ikan Bandeng Asap Pengolahan
Empek-empek
Pengetahuan Sikap Pengetahuan Sikap Pengetahuan Sikap
Awal 12,33 - 11,67 60,25 7,61. 49,08
Akhir 17,67 - 18 89,16 9,46 84,30
Peningkatan 45,38%. - 58,80%. 51,65 % 25,27%. 76, 63%.
Tabel 15. Rekapituluasi Hasil Evaluasi Penyuluhan di Kecamatan Kayen
Evaluasi Penyuluhan
Pengetahuan
Sikap
Awal 31,61 109,33
Akhir 45,13 173,46
Perubahan 13,52 64,13
Peningkatan 42,77 % 58,66 %
ShoutMix chat widget
MELALUI PEMBERDAYAAN KELOMPOK DI KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI
PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh : Abdul Karim Anwar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi dan Kinerja Usaha
4.1.1 Keadaan Umum
Kelompok budidaya ikan bandeng air tawar Mina Sejahtera berada dalam wilayah administrasi Desa Talun, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati. Secara geografis Kecamatan Kayen terletak pada koordinat 110o.50”- 111o.15” Bujur Timur dan 6o.25” - 7o. Lintang Selatan.
Batas-batas wilayah administrasi Desa Talun adalah sebagai berikut :
• Sebalah Utara : Ds. Wuwur Kec. Gabus Kab. Pati
• Sebelah Selatan : Ds. Pesagi Kec. Kayen Kab. Pati
• Sebalah Barat : Ds. Bulung Cangkring Kec. Jekulo Kab. Kudus
• Sebelah Timur : Ds. Boloagung Kec. Kayen Kab. Pati
Luas wilayah seluruhnya adalah 922,80 Ha dengan pembagian wilayah menurut penggunaannya terdiri dari :
• Perumahan dan pekarangan : 46,74 ha
• Sawah irigasi teknis : 416 ha
• Tanah bekas rawa : 159 ha
• Kolam/tambak : 162 ha
• Sungai : 3,5 km
• Tegalan dan lain-lain : 46,76 ha
• Pemukiman : 109,06 ha
Secara umum kondisi sumberdaya alam di Desa Talun adalah sebagai berikut :
• Derajat Keasaman (PH) tanah : 6 – 7
• Hujan/bulan kering : 4 – 6 bln
• Suhu Rata – rata : 22 – 32 ºC
• Kondisi Geografis : Tinggi dari permukaan laut 13 m dpl
• Jenis tanah : Alluvial
• Type iklim : Type C
• Cuhan Hujan : 2.051 ml
• Hari hujan : 149 hari
Menurut formulir isian monografi kecamatan, jumlah total penduduk yang ada di Kecamatan Kayen pada bulan Juli- Desember tahun 2009 sebesar 82.555 jiwa. Secara umum data rincian pemetaaan penduduk yang tersebar di Kecamatan Kayen yaitu sebagai berikut :
a) Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
• Usia 0 – 6 th : 11.935 jiwa
• Usia 7 –12th : 16.320 jiwa
• Usia 13 – 18 th : 19.211 jiwa
• Usia 19 – 24 th : 15.962 jiwa
• Usia 25 – 55 th : 9.885 jiwa
• Usia 56 – 79 th : 4.896 jiwa
• Usia > 80 th : 4.346 jiwa
b) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
• Belum/ tidak tamat : 4 jiwa
• Tamat SD/ Sederajat : 1.521 jiwa
• Tamat SLTP/ Sedeajat : 567 jiwa
• Tamat SMU/ Sederajat : 294 jiwa
• Tamat Akademi/ Sederajat : 52 jiwa
• Tamat Perguruan Tinggi : 71 jiwa
• Buta Huruf : 2 jiwa
c) Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
• Petani : 35.050 jiwa
• Pengrajin/ Industri kecil : 20.840 jiwa
• Buruh tani : 20.100 jiwa
• Buruh Bangunan : 3.340 jiwa
• Pedagang : 1.080 jiwa
• Pengangkutan : 560 jiwa
• PNS : 450 jiwa
• TNI : 8 jiwa
• Pensiunan (PNS/ TNI) : 350 jiwa
4.1.2 Kondisi Kelompok Mina Sejahtera
Pada Awal usaha budidaya ikan bandeng air tawar di Desa Talun Kecamatan Kayen diprakarsai oleh Bapak Nur Salim yang melakukan usaha budidaya ikan bandeng air tawar setelah belajar dan mengamati proses usaha tersebut di Lamongan, Jawa Timur. Pada mulanya, beliau yang berniat melanjutkan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi yang ada di Lamongan, diperkenalkan dengan usaha budidaya ikan bandeng air tawar yang pada saat itu telah ada dan berkembang terlebih dahulu di daerah Lamongan. Tertarik dengan usaha tersebut, serta melihat potensi besar yang ada maka setelah lulus dan pulang ke desanya beliau mulai memperkenalkan usaha budidaya ikan bandeng air tawar tersebut kepada masyarakat sekitar.
Di periode awal tahun1997, bapak Nur Salim mulai memperkenalkan serta meyakinkan masyarakat desa Talun pada usaha budidaya ikan bandeng air tawar. Namun banyak kendala yang dihadapi dalam meyakinkan masyarakat, bahkan banyak juga warga yang menolak akan usaha tersebut. Pada akhirnya beliau dipertemukan dengan bapak Haji Muchamad Amir, kemudian dengan usahanya untuk meyakinkan maka di ajak ke Lamongan dan membeli nener ikan bandeng serta di uji cobakan di kolam yang ada di Desa Talun. Alhasil, lahan tidur yang tidak bisa di manfaatkan itu, setelah di uji cobakan budidaya polikultur ikan bandeng air tawar dengan ikan mas pada areal seluas 1 hektar berhasil serta menghasilkan panen ikan bandeng yang cukup melimpah. Sebagian hasil panen oleh mereka dibagikan kepada seluruh penduduk yang ada di Desa Talun dan setelah kejadian itu maka animo masyarakat untuk membudidayakan bandeng air tawar mulai tumbuh yang diindikasikan dengan semakin banyaknya warga masyarakat mengikuti usaha bandeng air tawar.
Pada awal tahun 1998 setelah warga masyarakat Desa Talun mulai banyak melaksanakan kegiatan budidaya ikan bandeng air tawar, maka timbul masalah dalam hal keamanan. Masyarakat dari luar desa Talun yakni dari desa atau kecamatan tetangga pada berdatangan ke tambak di Desa Talun untuk mencuri ikan yang dipelihara. Pada awalnya niat mereka adalah memancing ikan, namun pada perkembangannya berubah menjadi aksi pencurian massal dengan semakin banyak orang yang berdatangan sehingga kondisi tersebut sangat mengancam usaha budidaya ikan bandeng air tawar di Desa Talun. Melihat kejadian itu, bapak Maksum berinisiatif mengajak saudara-saudaranya untuk membentuk sebuah kelompok pembudidaya dengan nama kelompok pembudidaya ikan “Mina Sejahtera:. Kegiatan kelompok ini meliputi kegiatan usaha penggelondongan dan usaha pembesaran ikan bandeng air tawar dengan prioritas utama menjaga kondisi keamanan tambak tetap stabil.
Pada tanggal 23 Mei 2008, kelompok Mina Sejahtera yang diketuai oleh Bapak Maksum oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dibagi menjadi 5 sub kelompok. Adapun kelima sub kelompok tersebut adalah sub kelompok pembenihan, sub kelompok pengolahan, sub kelompok budidaya, sub kelompok produksi pakan, dan sub kelompok pemasaran.
Jenis pembinaan yang pernah dilakukan pada kelompok Mina Sejahtera baik oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati maupun instansi terkait lainnya yaitu:
a. Pada tanggal 20 Agustus tahun 2008 kelompok Pelaku Utama bidang Perikanan "Mina Sejahtera" bersama-sama dengan Penyuluh Perikanan Kabupaten Pati mengadakan studi banding di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Diharapkan mereka dapat mengenal peralatan budidaya yang baik, sistem budidaya dan hasil-hasil penelitian yang ada korelasinya dengan usaha mereka. Walaupun kegiatan hanya sehari tetapi upaya ini tidak berhenti disini tetapi ada tindak lanjut dengan terjalinya hubungan baik ini, setiap saat BBPBAP Jepara membuka diri untuk menerima para Pelaku Utama dan Usaha untuk belajar dan memecahkan permasalahan dalam budidaya ikan Bandeng dan Udang Vanname yang di kembangkan di Talun. Hasil studi banding ini merupakan langkah awal membuka jalinan kerjasama antara pembudidaya ikan dan udang warga desa Talun dengan BBPBAP Jepara yang memiliki peralatan dan laboratorium lengkap. Harapan ke depan dapat meningkatkan produksi yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
b. Mengikuti pelatihan di Desa Talun, kecamatan Kayen, kabupaten Pati pada tanggal 21 Juli - 25 Juli 2008. Pelaksanaan pelatihan bekerjasama dengan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Instruktur berasal dari BBPBAP Jepara, Dinas Kelautan dan Perikanan Pati. Topik pelatihan adalah Budidaya Ikan Bandeng dan Udang Vanname pada salinitas rendah.
c. Pelaksanan magang di BPPP Tegal pada tanggal 24 November - 30 November 2008. Peserta magang pelaku Utama bidang Pengolahan Hasil Perikanan sejumlah 5 orang dengan didampingi oleh 1 orang Penyuluh Perikanan. Upaya peningkatan kasitas pelaku Utama dan Usaha diharapkan bisa meningkatkan pendapatan ibu-ibu sebagai pendamping suami, menambah nilai tambah barang mentah menjadi olahan dan merubah bentuk. Usaha pengolahan hasil perikanan yang ditekuni antara lain ; Bandeng Tanpa Duri, Pengasapan ikan, Bakso Tombro, Nugget, Dendeng Tombro dan sebagainya. Upaya meningkatkan nilai tambah tersebut terdapat kendala dalam pemasaran, usaha pengolahan hasil tersebut sangat penting dan mendukung keberhasilan usaha pengolahan.
d. Kegiatan magang pembesaran ikan air tawar merupakan upaya untuk meningkatkan Kapasitas Pelaku Utama dan Usaha bidang Pembesaran Ikan dilaksanakan pada tanggal 24 November - 29 November 2008.
e. Penumbuhan dan revitalisasi kelompok bidang perikanan dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembinaan, pengelolaan dan pengembangan kelompok.
f. Diskusi kelompok dengan penyuluh Dempond dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang.
Pembinaan kelompok yang telah dilaksanakan belum memberikan dampak secara signifikan terhadap tingkat kemampuan anggota kelompok Mina Sejahtera dalam menjalankan peran dari sebuah kelompok pembudidaya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam kelompok Mina Sejahtera memiliki kesenjangan dalam menjalankan peran kelompoknya. Oleh karena itu, pembinaan kelompok yang telah dilaksanakan perlu ditindaklanjuti sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan kelompok terutama para pelaku usaha budidaya ikan bandeng air tawar yang menjadi ciri khas pada kelompok Mina Sejahtera.
Apabila kegiatan pembinaan kelompok Mina Sejahtera di Desa Talun dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, maka kelompok tersebut dapat menjalankan perannya lebih baik yaitu sebagai kelas belajar mengajar, unit produksi perikanan dan wahana kerjasama. Sehingga keberadaan kelompok Mina Sejahtera dapat mempercepat perkembangan usaha perikanan di wilayah Kecamatan Kayen, dengan cara menjadikan kelompok tersebut sebagai kelompok teladan bagi para pembudidaya lain yang berada di desa lain, baik secara perorangan maupun yang tergabung dalam sebuah kelompok pembudidaya.
4.2 Potensi dan Kinerja
4.2.1 Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Lahan
Kabupaten Pati mempunyai potensi yang cukup besar di bidang budidaya tambak yakni seluas 10.604,52 Ha. Untuk budidaya ikan bandeng air tawar sendiri di Kecamatan Kayen telah dimanfaatkan kolam seluas 162 Ha yang terbagi atas kolam pembesaran seluas 151 Ha dan kolam penggelondongan seluas 11 Ha. Pada awal usaha budidaya ikan bandeng air tawar ini sebelumnya hanya memanfaatkan lahan dari bekas sebaian areal persawahan padi dan palawija, namun sejalan dengan perkembangannya maka pemanfaatan lahan budidaya telah dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini diindikasikan dari lahan yang awalnya kurang dari 7 Ha, setelah adanya kegiatan budidaya ikan bandeng sistem polikultur maka berkembang menjadi 162 Ha dengan kombinasi beberapa sistem usaha yang ada.
Tingkat pemanfaatan lahan memberikan indikasi terhadap intensitas penggunaan lahan dalam kegiatan usaha budidaya ikan bandeng air tawar kelompok Mina Sejahtera. Intensitas penggunaan lahan tersebut dibuktikan oleh luas lahan dan lama waktu efektif dari usaha penggunaan suatu satuan lahan. Dalam waktu lima tahun terakhir ini, budidaya ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen menunjukan perkembangan yang sangat pesat, baik luas lahan maupun produksinya.
4.2.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Dalam usaha budidaya ikan bandeng air tawar, ketersediaan sarana dan prasarana sangat menunjang untuk keberhasilan suatu kegiatan budidaya. Sarana budidaya adalah peralatan yang diperlukan langsung dalam kegiatan produksi, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat menunjang kegiatan produksi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan budidaya ikan bandeng air tawar di Desa Talun berikut ini.
No Jenis Jumlah Satuan
1 Benih Ikan Bandeng 3.500 Ekor
2 Pakan Buatan (pellet) 3.800 Kg
3 Pupuk Organik 4.000 Kg
4 Pupuk Anorganik (urea) 500 Kg
5 Pupuk Anorganik (SP36) 500 Kg
6 Saponin 150 Kg
7 Kapur 1000 Kg
8 Probiotik 1 paket
9 Jala Tebar ukuran diameter 7 meter 1 Unit
10 Saringan Hitam 20 Meter
11 Saringan hijau 30 Meter
12 Timbangan (5 kg) 2 Buah
13 Ember 4 Buah
14 Gayung 4 Buah
15 Alat Ukur 1 Unit
Sumber :Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati 2009
Perolehan sarana dan prasarana produksi perikanan yaitu dengan cara membeli sendiri dengan sistem pembayaran kontan kepada unit penyedia Sarana Produksi Perikananan (SAPROKAN) yang ada di Kabupaten Pati. Jenis pupuk yang biasa digunakan pembudidaya adalah urea dan TSP, Sedangkan jenis obat-obatan adalah saponin dan nutritfish (obat perangsang makan). Jenis saprokan ini dapat dengan mudah ditemui serta tersedia dalam jumlah yang cukup memadai untuk memenuhi usaha budidaya ikan bandeng air tawar.
Untuk kebutuhan nener dalam kegiatan usaha budidaya ikan bandeng air tawar masih cukup terpenuhi dengan mendatangkan nener dari daerah Juwana atau Lamongan. Pada umumnya pembudidaya masih menggunakan teknologi yang sederhana sehingga pakan yang diberikan masih mengandalkan pakan alami yaitu berupa klekap.
4.2.3 Pola Tanam
Pola tanam adalah pola kegiatan penebaran dan pemanenan ikan bandeng yang dibudidayakan dalam kolam selama periode tertentu. Faktor penentu dari pola tanam adalah tersedianya nener secara musiman dan air yang layak bagi kebutuhan budidaya. Proses budidaya ikan bandeng air tawar memerlukan pola tanam yang baik dan disesuaikan dengan kondisi sumberdaya alam yang tersedia. Tujuan dari pola tanam yaitu untuk mengatur penanaman dan menjaga agar produksi bandeng air tawar tetap tersedia secara kontinyuitas. Lama pemeliharaan untuk pembesaran ikan bandeng air tawar yaitu 3-4 bulan jadi dalam satu tahun ada 3 atau 4 siklus pola tanam.
Lama pemeliharaan ikan bandeng air tawar pada segmen pembesaran yang ada di Desa Talun Kecamatan Kayen rata – rata 60 hari, sehingga dalam satu tahun dilakukan panen sebanyak 3 -4 kali dengan waktu isterahat 1 bulan. Pola tanam seperti ini rata – rata sudah diterapkan oleh para pembudidaya ikan bandeng air tawar. Akan tetapi semuanya bergantung pada keadaan cuaca karena pada kondisi banjir para pembudidaya hanya dapat melakukan panen sebanyak satu kali disebabkan resiko yanga ada. Biasanya pada pertengahan bulan Juli sampai Desember banjir selalu mengenangi kawasan tambak milik pembudidaya. Selain itu juga, faktor finansial mempengaruhi kegiatan budidaya yaitu dalam hal penyediaan modal untukpembelian nener ikan bandeng air tawar, sehingga apabila kondisi keuangan yang mereka miliki apabila tidak ada maka kegiatan budidayapun tidak dilakukan.
4.2.4 Kinerja Produksi
Secara umum para pelaku pembudidaya ikan bandeng air tawar Mina Sejahtera di Desa Talun dalam melaksanakan kegiatan produksi masih menggunakan sistem tradisional yang mengandalkan pakan alami sehingga hasil produksi belum tercapai maksimal. Untuk keragaan produksi perikanan di desa Talun dapat dilihat sebagai berikut:
No Unit Usaha Volume Produksi Pemasaran
1 Penggelondongan ± 10.000 – 800.000 kg/nener/thn Waduk Kedung Ombo Kab. Sragen Prov. Jateng, Waduk Jatiluhur Kab. Purwakarta Prov Jabar, Kab Pati dan sekitarnya.
2 Pembesaran ± 3,5 – 4 ton/thn
Sumber. Data PA (2010)
Produksi rata-rata dari 24 RTP yang bergerak pada segmen pembesaran adalah 2.854,167 kg/ bulan dengan total produksi yang dihasilkan sebesar 68.500 kg/ bulan. Jika dalam satu tahun terdapat sejumlah 3-4 kali siklus produksi, maka estimasi produksi yang dihasilkan bisa mencapai 8.562,501 – 11.416,668 kg atau 8,5 – 11,5 ton/ tahun. Namun saat ini baru menghasilkan 3,5-4 ton/ tahun sehingga terjadi kekurangan sebesar 5 - 7,5 ton/ tahun. Hal ini disebabkan oleh pola tanam yang hanya bisa menghasilkan satu siklus panen akibat banjir rutin yang terjadi di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
4.2.5 Kinerja Pemasaran
Rantai pemasaran budidaya ikan bandeng pada kelompok Mina Sejahtera di Kecamatan Kayen melibatkan pendeder, pengumpul, pengecer dan konsumen. Di Kecamatan Kayen tidak terdapat lembaga pemasar benih/ nener ikan bandeng sehingga biasanya nener dibeli dari pengumpul yang ada di daerah Juwana dan Lamongan (jawa Timur) kemudian nener hasil pendederan dijual ke pengumpul atau pendeder yang ada di desa Talun.
Menurut sumber informasi yang diperoleh dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati serta wawancara langsung dengan pembudidaya, pemasaran ikan bandeng air tawar yang dilakukan di Kecamatan Kayen melalui tengkulak atau di Tempat Pelelangan Hasil Tambak (TPHT) kemudian dipasarkan ke daerah Juwana, Semarang, Kudus, wilayah waduk Kedung Ombo Kabupaten Sragen, Jatiluhur Kabupaten Purwakarta, dan kepada para pembakul yang ada di wilayah Kayen dan sekitarnya.
4.2.6 Kinerja Lembaga Penunjang
Keberhasilan proses budidaya ikan bandeng air tawar tidak terlepas dari peran beberapa lembaga penunjang yang ada di Desa Talun Kecamatan Kayen. Kondisi lembaga penunjang telah diuraikan di Bab sebelumnya (Bab III), maka setelah dilakukan evaluasi maka akan terlihat kinerja lembaga penunjang yang ada di Desa Talun. Untuk lebih jelas analisa kelembagaan yang menunjang di Desa Talun dirinci berikut ini.
No Lembaga Masalah Potensi
1. BRI/BNI/BANK JATENG BKK/BPR : Peryaratan dan tingkat kepercayaan perbankan masih kurang Bunga tinggi,Tersedianya dana untuk pengembangan usaha
2. Kios Saprokan ,Pasar, Kios Konsumsi : Harga tidak sesuai dan tidak stabil, Belum mencukupi kebutuhan,Membantu sarana produksi dan kebutuhan masyarakat
3. KUD / Koperasi : Pelayanan belum optimal,Tersedianya sarana produksi dana dan pemasaran hasil.
4. Kelompok Pembudidaya Ikan: Teknologi sederhana, Permodalan
SDM , Wadah Pembinaan dan Pengembangan Usaha Perikanan
5. DKP / Penyuluh Perikanan : Pembinaan belum optimal,Kurangnya sarana teknis, Membina dan fasilisator kelompok usaha perikanan
Sumber: Data Praktek Akhir (2010)
4.2.7 Kinerja Lembaga Penyuluhan
Kelembagaan penyuluhan perikanan di Kecamatan Kayen belum ada sehingga kegiatan penyuluhan diselenggarakan dan masih di bawah koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang Penyuluhan Perikanan.nJumlah pegawai (SDM) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten secara resmi ada 72 orang PNS dan 12 pegawai honorer, sedangkan ketenagaan yang membidangi Penyuluhan sejumlah 17 orang PNS dan 1 orang CPNS.
Kelompok Mina Sejatera merupakan bagian dari binaan Penyuluh Perikanan Kecamatan Kayen. Sehingga Penyuluh Perikanan Kecamatan Kayen sangat berperan aktif dalam kegiatan pembinaan kelompok Mina Sejahtera. Bahkan, selama pelaksanaan praktek akhir (PA), upaya pengembangan kemampuan kelompok telah diwujudkan dengan bekerjasama dengan pengurus Mina Sejahtera, sehingga terbentuk rancangan program pengembangan kemampuan kelompok yang diketahui oleh pihak Desa Talun dan Kecamatan Kayen, serta Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pati.
Para penyuluh melakukan pertemuan setiap 1 bulan sekali yang lokasinya disesuaikan oleh kesepakatan bersama, biasanya di luar kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati bahkan tidak jarang melakukan pertemuan di tambak di Desa Talun dengan berbagai kegiatan seperti evaluasi penyuluhan atau juga untuk melaporkan tentang kegiatan yang telah dilakukan di wilayah binaannya.
4.3 Pengembangan usaha
4.3.1 Pengembangan Bisnis Perikanan
Program Akselerasi dan Sosialisasi Teknologi Inovasi Kelautan dan Perikanan (Prasasti Mina) di Kabupaten Pati saat ini sudah mulai menginjak tahun ketiga yang dimulai sejak tahun 2007 yang lalu. Berdasarkan road map program prasasti mina di Kabupaten Pati bahwa pada tahun ketiga ini adalah pemantapan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Kegiatan tersebut diantaranya adalah pemantapan model kerjasama kelembagaan bisnis perikanan, pemantapan aplikasi introduksi teknologi perikanan, pemantapan diversifikasi komoditas perikanan, dan pemantapan integrasi usaha bisnis perikanan.
Sejauh ini pelaksanaan kegiatan di awal tahun 2010 ini adalah melanjutkan kegiatan yang belum terselesaikan pada tahun kedua. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan Kelompok
Pelaksanaan kegiatan pertemuan kelompok pada Bulan Januari 2010 dilakukan pada kelompok Mina Sejahtera. Pelaksanaan pertemuan ini berkaitan dengan penempatan Keramba Jaring Apung menjelang masa-masa banjir yang ditandai dengan curah hujan yang sangat tinggi. Kegiatan pertemuan ini dilakukan di sekretariat kelompok Mina Sejahtera tepatnya pada hari Sabtu tanggal 9 Januari 2010. Dari kegiatan ini dihasilkan kesepakatan bahwa Keramba jaring apung yang ada tetap ditempatkan di “kali mati” dan dijadikan sebagai tempat penampungan induk. Namun demikian selama musim banjir nanti, pengelolaan keramba tersebut diserahkan kepada salah satu anggota kelompok.
Sejauh ini jumlah keramba jaring apung yang sudah ada di kawasan perikanan Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati sudah berjumlah 3 buah keramba. Peningkatan jumlah keramba ini merupakan bentuk respon dari anggota kelompok dalam upayanya beradaptasi dengan musim banjir yang secara rutin menimpa lokasi sasaran. Dengan demikian, meskipun musim banjir tiba tetapi pelaku utama tetap dapat mejalankan usaha mereka dengan memanfaatkan keramba yang telah mereka buat secara pribadi.
2) Uji Adaptasi
Kegiatan uji adaptasi pembesaran ikan bandeng air tawar dengan beberapa perlakuan. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan aplikasi introduksi teknologi perikanan yang sebelumnya belum pernah dilakukan di kawasan perikanan Desa Talun. Kegiatan uji adaptasi ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk kegiatan penyuluhan dimana dalam kesempatan ini sasaran pelaku utama dapat melihat langsung setiap perlakuan dalam kegiatan yang dilaksanakan. sehingga diharapkan proses adopsi inovasi dapat berjalan lebih lancar.
Pelaksanaan kegiatan uji adaptasi ini sesungguhnya merupakan salah satu upaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dimana usaha pembesaran khususnya Ikan Bandeng Air Tawar yang selama ini dilakukan oleh para pelaku utama di lokasi sasaran masih mengandalkan pakan alami melalui proses pemupukan tanpa menggunakan pakan buatan.
4.3.2 Penerapan Teknologi
Dalam rangka mendukung Program Prasasti Mina di Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, telah dilakukan kegiatan uji adapatasi ikan bandeng air tawar yang dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian daya adaptasi komponen-komponen teknologi yang diselenggarakan di Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Hal ini dilakukan agar diperoleh kesesuaian teknologi dengan lokasi ataupun lingkungan pembudidayaan. Disamping untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal per satuan unit usaha pembudidayaan ikan bandeng air tawar.
Uji adaptasi ini dirancang dengan tujuan mengetahui penerapan teknis budidaya ikan bandeng dengan perlakuan pemberian pakan buatan, pakan alami, dan mix antara pakan buatan dan pakan alami, dan pengaruhnya terhadap besarnya produksi yang dihasilkan per satuan unit usaha. Kegaiatan ini dilakukan pada petakan yang luasnya sama masing-masing 7.000 m2 namun dengan padat tebar yang berbeda serta dengan tiga perlakuan pemberian pakan yang berbeda pula yakni dengan pakan buatan (Kolam “A”), menggunakan pakan alami (Kolam “B”), serta mix antara pakan buatan dan pakan alami ( Kolam “C”).
Sejauh ini, pelaksanaan kegiatan uji adaptasi ini telah memasuki bulan kedua masa pemeliharaan yang dilaksanakan mulai bulan Desember 2009 sampai April 2010. Selama proses pemeliharaan dibulan kedua ini beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemasangan jaring keliling, pemberian pakan, dan sampling. Pemasangan jaring keliling dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir. Dalam proses pelaksanaannya, hanya 2 kolam yang dapat dipasangi jaring keliling yakni kolam dengan perlakuan pakan buatan (Kolam ‘A’) dan kolam dengan perlakuan mix antara pakan buatan dengan pakan alami (Kolam “C”). Sedangkan untuk kolam dengan perlakuan murni pakan alami tidak sempat dilakukan pemasangan jaring keliling dikarenakan banjir yang datang tiba-tiba tepatnya pada tanggal 14 februari 2010. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan uji adaptasi sejauh ini hanya dengan 2 perlakuan yakni perlakuan murni pakan buatan dan perlakuan mix antara pakan buatan dan pakan alami.
Perlakuan lain yang dilakukan ini adalah pemberian pakan. Sejauh ini, jumlah pakan yang telah diberikan pada kolam “A” adalah sebanyak 150 kg dengan frekuensi pemberian sebanyak 2-3 kali per hari. Sedangkan untuk kolam “C”, jumlah pakan buatan yang telah diberikan sebanyak 60 kg dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 1 kali per hari. Untuk memenenuhi kebutuhan pakan alami pada kolam “C” diberikan perlakuan pemupukan dengan menggunakan pupuk UREA dan TSP dengan perbandingan 1 : 3. Perlakuan pemupukan dilakukan setiap seminggu sekali atau ketika populasi plankton dikolam sudah mulai menurun.
Sebagaimana kegiatan pemberian pakan, kegiatan sampling juga dilakukan pada 2 kolam tersebut diatas. Sebagai catatan, padat tebar ikan pada kolam “A” adalah 3 ekor/M2 (total jumlah ikan 21.000 ekor), sedangkan pada kolam kedua ditebar ikan dengan kepadatan 1 ekor/M2 (jumlah ikan yang ditebar 7.000 ekor). Dari hasil sampling yang dilakukan pada tanggal 23 Februari diketahui bahwa ukuran rata-rata ikan bandeng pada kolam “A” adalah 33 – 40 gr/ekor atau lebih kecil dibanding kolam dengan perlakuan pada kolam “C” dimana ukuran ikan rata-rata adalah sebesar 50-60 gr/ekor.
4.3.3 Tahapan Pelaksanaan
4.3.3.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan kegiatan pengeringan seluruh bagian kolam/ tambak selama 10 hari. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dasar tambak yang dilanjutkan dengan proses pengapuran dengan dosis masing-masing 200 Kg per petak. Hal ini bertujuan untuk membunuh bibit penyakit yang timbul. Untuk perlakuan uji adaptasi ikan bandeng dengan pakan alami (Kolam “B”) dilakukan pemupukan urea dan TSP 36 dengan dosis masing-masing 200 kg/ha , sedangkan untuk perlakuan mix pakan alami dan pakan buatan (Kolam “C”) dilakukan pemupukan dengan dosis masing-masing 100 kg/ha.
Tahap selanjutnya adalah pengeringan tahap II selama 1 minggu. Pada hari ketiga dilakukan pemupukan susulan pupuk organik masing-masing sebanyak 1000 kg dengan cara disebar secara merata keseluruh dasar tambak. Kemudian dilakukan persiapan air media dengan pengisian air seluruh petak pemeliharaan setinggi 20 cm dan pengaplikasian saponin 5 ppm untuk memberantas ikan-ikan liar. Untuk perombakan dasar kolam secara berkesinambungan dilakukan aplikasi probiotik 5 hari setelah pemberian saponin.
4.3.3.2 Tahap Pemeliharaan
a) Penebaran
Kepadatan nener yang ditebar untuk tiap-tiap perlakuan berbeda. Padat tebar nener yang ditebar untuk masing-masing perlakuan adalah 3 ekor/M2 untuk perlakuan pada Kolam “A”, 1 ekor/M2 untuk perlakuan pada kolam C, dan 0,5 ekor/M2 untuk perlakuan pada kolam B. Ukuran ikan yang ditebar berukuran 2-4 cm/ekor atau berat rata-rata 0,05 – 0,08 gr/ekor.
Kegiatan penebaran dilakukan pada saat suhu rendah yakni pada pagi hari yang terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama beberapa menit. Penebaran dilakukan tepatnya pada tanggal 30 Desember 2009.
b) Pengelolaan Air
Air media pada petak pemeliharaan dikelola sesuai dengan kaidah budidaya ikan bandeng. Penambahan air dilakukan 2-4 minggu setelah penebaran nener yang dilakukan secara bertahap hingga mencapai ketinggian 50 cm. kegiatan pengisian air ini dilakukan dengan pompanisasi. Pengaturan suplai air dilakukan secara langsung dimana air media pemeliharaan ditransfer dari sumber air pasok menuju ke saluran air suplai untuk kemudian dipergunakan pada petak pemeliharaan.
c) Pengelolaan Pakan Buatan
Untuk perlakuan ikan bandeng di kolam A, pengelolaan pakan menggunakan pakan dengan kandungan protein berkisar 20-30%. Dosis pakan diberikan dengan dosis menurun 30-10% dari total biomass ikan bandeng/hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyk 2-3 kali. Untuk perlakuan ikan bandeng di Kolam C menggunakan pakan yang sama dengan dosis 5% dari total biomass ikan/hari. Sedangkan untuk mensuplai pakan alami dilakukan pemupukan dengan memperhatikan kondisi air (plankton) yang ada di tambak.
Kegiatan awal pemberian pakan pada kedua perlakuan tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama tepatnya satu bulan setelah penebaran dengan menggunakan pakan ukuran 2mm yang digantung pada sebuah kantung yang terbuat dari jarring dan menempel tepat dipermukaan air. Dari perlakuan seperti ini diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan oleh ikan pada perlakuan pertama dalam merespon terhadap pakan yang diberikan membutuhkan waktu 1,5 jam baru ikan bandeng mulai mendekati pakan, sedangkan pada perlakuan kedua membutuhkan waktu yang lebih lama mencapai 2 jam. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan padat tebar.
d) Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan terhadap beberapa hal, diantaranya pengamatan terhadap lingkungan sekitar tambak dan yang tidak kalah penting adalah pengamatan pertumbuhan ikan melalui kegiatan sampling. Dengan kegiatan sampling maka dapat diketahui berapa jumlah biomass ikan yang ada di dalam wadah pemeliharaan. Kegiatan sampling dilakukan secara periodik yakni setiap 1 bulan sekali. Hal ini dilakukan karena kondisi ikan bandeng yang mudah mati apabila terjadi kerusakan pada tubuhnya sehingga apabila jarak antara sampling satu dengan sampling berikutnya terlalu dekat dikhawatirkan akan meningkatkan nilai mortalitas.
Pelaksanaan kegiatan uji adaptasi sejauh ini telah dilkaksanakan dan memasuki usia 2 bulan masa pemeliharaan. Berdasarkan hasil sampling yang telah dillakukan ukuran ikan untuk kolam C sudah mencapai 50-60 g/ekor, sedangkan untuk kolam dengan perlakuan A, ukuran ikan rata-rata mencapai 33-40 g/ekor.
Dalam perjalanannya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan uji adaptasi ini. Kendala yang dianggap paling besar adalah datangnya musim banjir. Untuk mengantisipasi tersebut telah dilakukan pemberian pagar keliling dengan menggunkan waring. Pelaksanaan kegiatan pemagaran ini baru terlaksana pada dua kolam yakni kolam dengan perlakuan mix pakan alami dan pakan buatan (Kolam “C”) serta kolam dengan perlakuan murni pakan buatan (Kolam “A”). Sedangkan untuk kolam dengan perlakuan murni pakan alami (Kolam “B”) belum sempat dilaksanakan dikarenakan lebih dulu terendam baniir yang dating secara tiba-tiba tepatnya pada tanggal 14 Februari 2010 sehingga kegiatan pemeliharaan untuk kolam tersebut tidak dapat dilanjutkan. Hingga pada saat kedatangan kami di Lokasi Praktek Akhir di Desa Talun ini, kegiatan uji adaptasi masih tetap dilaksanakan dengan kondisi yang ada sekarang.
Pada pelaksanaan kegiatan Praktek Akhir ini penulis ikut juga bergabung serta melanjutkan pelaksanaan kegiatan pada program prasasti mina di Desa Talun. Kegiatan tersebut diantaranya adalah uji adaptasi yang hingga pada saat akhir dari pelaksanaan Praktek Akhir masih dilaksanakan. Penulis ikut serta juga dalam kegiatan pembinaan rutin melalui pertemuan kelompok ataupun melalui kegiatan kunjungan usaha. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut diatas dilakukan bersama-sama dengan petugas teknis dari BBPBAP Jepara selaku UPT pendamping kegiatan prasasti mina di Desa Talun serta Penyuluh Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. Pelaksanaan kegiatan pada bulan Februari secara umum tidak berjalan lancar yaitu terjadi salah satu kolam yang terendam banjir yakni kolam dengan perlakuan murni pakan alami (Kolam”B”). Kondisi banjir itu sendiri sebenarnya merupakan siklus tahunan yang biasa menimpa Desa Talun. Pada saat akhir pelaksanaan kegiatan Praktek Akhirpun, yaitu di awal bulan Mei, sempat terjadi banjir di Desa Talun, namun tidak mengakibatkan kerugian serta menghambat kegiatan masyarakat khususnya pembudidaya ikan bandeng air tawar.
4.4 Aksi Penyuluhan
4.4.1 Program Prioritas yang Dikerjakan
Aksi penyuluhan yang dilakukan serta telah disepakati oleh pelaku utama dalam upaya meningkatkan kemampuan usaha budidaya ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen terdiri dari beberapa kegiatan seperti: mengefektifkan kelompok dengan materi yang diberikan tentang pentingnya kelompok, mengembangkan kemampuan kelompok dengan penerapan teknologi budidaya tradisional plus, pengendalian hama dan penyakit, bimbingan administrasi kelompok, serta bimbingan dalam proses memasarkan produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian sebagai berikut:
1. Mengefektifkan Kelompok
a. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan aksi penyuluhan dengan materi yang diberikan tentang pentingnya kerjasama dan koordinasi dalam kelompok, pelaku pembudidaya ikan bandeng air tawar mampu mengelola kelompoknya dengan baik serta mampu mengkoordinasikan kelompok dengan baik. Pada kenyatannya kelompok perikanan Mina Sejahtera sangat jarang melakukan pertemuan kelompok dan dalam segi koordinasi antara anggota masih relatif kurang maksimal. Dalam hal kepercayaan kelompokpun baik antara anggota dengan ketua kelompok ataupun sebaliknya masih kurang sehingga tidak jarang terjadi konflik internal dalam kelompok. Disamping itu juga, mulai tahun 2009 sering terjadi masalah teknis ataupun non teknis dalam proses budidaya ikan bandeng air tawar sehingga kelompok sempat tidak produktif, seperti kejadian banjir yang merendami seluruh tambak yang menyebabkan kerugian bagi pihak pembudidaya.
b. Rencana Operasional
1) Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan aksi penyuluhan disesuaikan dengan hasil kesepakatan dengan pembudidaya.
2) Evaluasi
Sebelum dilakukan aksi penyuluhan mengenai kegiatan pengefektifan kelompok, maka tingkat pengetahuan pelaku usaha dinilai terlebih dahulu sebagai evaluasi awal, selanjutnya dilakukan evaluasi akhir setelah aksi penyuluhan dilakukan.
c. Aksi Penyuluhan
Aksi penyuluhan yang dilakukan yaitu Kegiatan kunjungan rumah/usaha secara rutin setiap hari, biasanya dari hari Senin sampai Kamis atau menyesuaikan dengan keadaan lapangan. Kegiatan ini awalnya dilakukan bersama–sama dengan penyuluh perikanan setempat, namun sejalannya dengan perkembangannya maka kunjungan rumah ini dilakukan sendiri. Dalam kegiatan ini dilakukan obrolan ringan dan santai kepada anggota kelompok pembudidaya dengan membahas berbagai permasalahan yang dihadapi kelompok dan alternatif permasalahannya khususnya tentang keberadaaan kelompok itu sendiri, menyampaikan informasi penting dari dinas mengenai program “Mina Politan” sebagai pengganti dari adanya program “Prasasti Mina” , menyampaikan kuisioner serta melakukan penyuluhan. Kegiatan kunjungan rumah/tempat usaha dilakukan dengan cara berkeliling dari satu rumah/tempat usaha satu ke tempat yang lain. Dalam satu hari bisa mengunjungi 3 – 5 orang pembudidaya.
2. Pembinaan Kelompok
a. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan aksi penyuluhan dengan melakukan pendampingan dan bimbingan dengan memberikan informasi teknologi yang lebih maju, pelaku usaha dapat mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi serta menerapkannya untuk meningkatkan produksi. Hal ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan pelaku usaha dalam membudidayakan ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen.
b. Rencana Operasional
1) Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan aksi penyuluhan disesuaikan dengan hasil kesepakatan.
2) Evaluasi
Sebelum dilakukan aksi penyuluhan dengan melakukan pembinaan kelompok, maka tingkat pengetahuan pelaku usaha dinilai terlebih dahulu sebagai evaluasi awal, selanjutnya dilakukan evaluasui akhir setelah melakukan kegiatan penyuluhan.
c. Aksi Penyuluhan
Aksi penyuluhan dalam proses pembinaan dilakukan terhadap sub kelompok pengolahan “Mina Rezeki” dengan melakukan pertemuan kelompok sebanyak 2 kali pada tanggal 30 Maret 2010 (melakukan praktek pengolahan ikan bandeng asap), dan pada tanggal 27 April 2010 (melakukan praktek pengolahan empek-empek). Pada pertemuan pertama dihadiri oleh 12 orang anggota kelompok, dan pada pertemuan kedua dihadiri oleh 13 orang anggota kelompok. Selama pertemuan kelompok itu ikut hadir juga Penyuluh Perikanan Kecamatan Kayen dan di saksikan juga oleh perwakilan dari Pemerintah Desa Talun.
Metoda yang digunakan yaitu “demonstrasi cara” dengan terlebih dahulu menyampaikan materi tentang alat, bahan dan proses pelaksanaannya secara teori, selanjutnya dilakukan praktek pengolahan bersama ibu-ibu yang tergabung dalam sub kelompok Mina Rezeki Desa Talun.
Pada pelaksanaan kegiatan Praktek Akhir ini kami juga ikut bergabung dalam melanjutkan pelaksanaan kegiatan pada program prasasti mina di Desa Talun. Kegiatan tersebut diantaranya adalah uji adaptasi yang hingga pada saat akhir dari pelaksanaan Praktek Akhir masih dilaksanakan. Kami juga ikut serta dalam kegiatan pembinaan rutin melalui pertemuan kelompok ataupun melalui kegiatan kunjungan usaha. Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan tersebut diatas dilakukan bersama-sama dengan petugas teknis dari BBPBAP Jepara selaku UPT pendamping kegiatan prasasti mina di Desa Talun serta Penyuluh Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. Media yang digunakan dalam pembinaan Uji Adaptai ini berupa folder mengenai “Teknik Budidaya Ikan Bandeng Air Tawar”.
3. Mengembangkan Kelompok
a. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan aksi penyuluhan, pelaku pembudidaya ikan bandeng air tawar di Kecamatan Kayen mampu mengembangkan kelompoknya sehingga dapat meningkatkan kelas kelompok. Dalam hal administrasi, kelompok Mina Sejahtera masih sangat kurang sehingga kesulitan dalam menemukan data kelompok serta dalam hal peningkatan kelas kelompok. Diharapkan denga adanya kegiatan aksi penyuluhan dengan materi administrasi kelompok, sasaran penyuluhan yaitu para pengurus kelompok Mina Sejahtera dapat membenahi kembali administrasinya. Hal ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan pengurus dalam mengelola kelembagaan kelompok Mina Sejahtera, selain itu juga dapat mengelola kelompok sehingga pelaku usaha dapat menentukan pola usaha perikanan yang menguntungkan berdasarkan teknologi terapan dan berorientasi pada kebutuhan pasar.
a. Rencana Operasional
1) Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan aksi penyuluhan disesuaikan dengan hasil kesepakatan.
2) Evaluasi
Sebelum dilakukan aksi penyuluhan mengenai administrasi kelompok, maka tingkat pengetahuan pelaku usaha dinilai terlebih dahulu sebagai evaluasi awal.
b. Aksi Penyuluhan
Aksi penyuluhan dilakukan terhadap pengurus kelompok Mina Sejahtera dalam hal ini yaitu ketua dan sekretaris dengan waktu dan metode penyuluhan yang ditetapkan secara partisipatif, yaitu dilaksanakan selama beberapa hari mulai tanggal 5-8 Mei 2010 menggunakan metode diskusi dan media penyuluhan berupa buku-buku yang dibuat oleh penulis yang terdiri dari buku daftar anggota, buku tamu, buku agenda surat masuk, buku agenda surat keluar, buku daftar hadir kelompok, buku notulen, buku kegiatan kelompok, buku pengamatan kelompok, rencana kegiatan anggota kelompok, rekapitulasi data produksi,dan proses produksi.
4.4.2 Evaluasi Penyuluhan
1) Evaluasi Awal dan Akhir Tingkat Pengetahuan
Dari Aksi penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan pendampingan Uji Adaptasi dengan mula-mula menyebarkan kuisioner kepada pembudidaya ikan bandeng air tawar, dapat terlihat tingkat pengetahuan rata-rata untuk evaluasi awal dengan skor 12,33. Pengetahuan ini diperoleh dari pengalaman para pembudidaya ikan bandeng air tawar dengan menggunakan teknologi sederhana tanpa pemberian pakan buatan, sehingga padat tebar untuk masing-masing kolam rendah dan produksi yang dihasilkanpun rendah.
Setelah dilakukan aksi penyuluhan berupa kegiatan Uji Adaptasi berupa penerapan teknologi dengan perlakuan teknologi tradisional plus dan intensif, hasil dari evaluasi akhir rata-rata untuk pembudidaya ikan bandeng skornya sebesar 17,67. Terjadi perubahan sebesar rata-rata 5,33 untuk para pembudidaya, sehingga terjadi peningkatan untuk tingkat pengetahuan pembudidaya rata-rata sebesar 45,38%. Untuk lebih jelasnya mengenai analisa data evaluasi penyuluhan pada kegiatan Uji Adaptasi dapat dilihat pada Lampiran 10.
Dari aksi penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan pengolahan ikan bandeng asap tanggal 30 Maret 2010, maka hasil evaluasi awal terlihat skor untuk tingkat pengetahuan kelompok Mina Rezeki adalah rata – rata 11,67. Tingkat pengetahuan para anggota kelompok banyak didapat dari pengalaman pada kegiatatan magang yang pernah dilakukan di BPPP Tegal pada tanggal 24 November - 30 November 2008. Peserta magang pelaku Utama bidang Pengolahan Hasil Perikanan sejumlah 5 orang dengan didampingi oleh 1 orang Penyuluh Perikanan. Melihat jumlah yang ikut hanya 5 orang dan tidak mewakili semua anggota kelompok yang berjumlah sekitar kurang lebih 25 orang maka perlu dilakukan aksi penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini diharapakan dapat meningkatkan pengetahuan serta bisa meningkatkan pendapatan ibu-ibu sebagai pendamping suami dan dapat menambah nilai tambah perekonomian keluarga.,
Kelompok pengolahan Mina Rezeki untuk lebih memahami tentang cara pengolahan ikan bandeng yang baik dan benar maka selain dilakukan aksi penyuluhan dengan metode “demonstrasi cara” juga diberikan leflet tentang pengolahan ikan bandeng asap. Setelah dilakukan aksi penyuluhan, skor evaluasi akhir tingkat pengetahuan rata-rata kelompok pengolahan Mina Rezeki menjadi 18. Ini menunjukkan terjadi perubahan sebesar 8,83, sehingga untuk tingkat pengetahuan terjadi peningkatan rata-rata sebesar 58,80%.
Aksi penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan pengolahan empek-empek panggang tanggal 27 April 2010, maka skor evaluasi awal terlihat tingkat pengetahuan kelompok Mina Rezeki adalah rata – rata 7,61.Pada dasarnya aksi penyuluhan pengolahan empek-empek ini dilakukan atas kesepakatan bersama serta inisiatif penulis sendiri akibat dari obrolan ringan dengan salah satu pembudidaya tentang hama ikan gabus yang sering memangsa nener ikan bandeng. Mengingat salah satu bahan baku dalam pembuatan empek-empek adalah daging ikan gabus, maka penulis menawarkan dan menyarankan kepada ketua dan anggota kelompok Mina Rezeki untuk mengadakan penyuluhan pengolahan empek-empek panggang dengan memanfaatkan daging ikan gabus. Kegiatan penyuluhan ini diharapakan selain dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan pendapatan ibu-ibu sebagai pendamping suami atau juga menambah nilai tambah perekonomian keluarga, juga diharapkan dapat memanfaatkan hama yakni ikan gabus menjadi olahan yang bermanfaat bagi kelompok. Evaluasi akhir menunjukan rata-rata tingkat pengetahuan kelompok pengolahan Mina Rezeki mejadi 9,46. Ini menunjukkan terjadi perubahan sebesar 1,85, sehingga setelah kegiatan penyuluhan pengolahan ini dilakukan terjadi peningkatan pengetahuan rata-rata sebesar 25,27%. Untuk lebih jelasnya tentang analisa data evaluasi tingkat pengetahuan pada aksi penyuluhan pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 16.
2) Evaluasi Awal dan Akhir Tingkat Sikap
Kelompok pengolahan Mina Rezeki di Kecamatan kayen secara sikap menerima kegiatan penyuluhan, dan inovasi/ teknologi baru tentang pengolahan perikanan. Namun untuk kegiatan kelompok seperti pertemuan kelompok sangat kurang. Sebelum dilaksanakan Praktek Akhir (PA) kegiatan pertemuan kelompok jarang dilaksanakan, untuk itu dilakukan kegiatan pertemuan kelompok.
Program yang dilakukan berupa pengaktifan kegiatan kelompok dengan cara melaksanakan kegiatan pertemuan kelompok dan demonstrasi cara. Dalam pertemuan kelompok ini dilakukan demonstrasi cara mengenai pengolahan ikan bandeng asap dan pengolahan empek-empek panggang pada kelompok Mina Rezeki di Desa Talun Kecamatan Kayen.
Evaluasi awal mengenai sikap anggota kelompok pengolahan Mina Rezeki di Kecamatan kayen adalah rata – rata skor untuk pengolahan ikan bandeng asap adalah 60,25 dan untuk pengolahan empek-empek panggang adalah 49,08. Pada evaluasi akhir mengenai sikap diperoleh skor rata-rata pada pengolahan ikan bandeng asap sebesar 89,16 dan tingkat sikap pada pengolahan empek-empek panggang menjadi 84,30. Dari hasil ini terjadi perubahan sikap masing-masing sebesar 28,91 dan 35,22. Untuk aksi penyuluhan pada kelompok pengolahan Mina Rezeki baik berupa kegiatan pengolahan ikan bandeng asap maupun pengolahan empek-empek panggang, dapat diketahui terjadi peningkatan sikap rata-rata kelompok pengolahan sebesar 51,65 % dan 76, 63%.
3) Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi penyuluhan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat awal kegiatan penyuluhan (pre evaluation) dan setelah kegiatan penyuluhan (post evaluation). Kegiatan evaluasi pada awal kegiatan penyuluhan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Pokdakan Mina Sejahtera di Desa Talun Kecamatan Kayen. Dari evaluasi awal akan diketahui hal apa saja yang perlu dibenahi dan diberikan penyuluhan sehingga kegiatan penyuluhan akan sesuai dengan kebutuhan para pembudidaya di Kecamatan Kayen. Kegiatan evaluasi awal dan akhir dilakukan dengan cara menyebar kuisioner kepada responden yang terpilih yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran12 dan Lampiran 15.
Dari aksi penyuluhan yang dilakukan berupa kegiatan uji adaptasi, penyuluhan pengolahan ikan bandeng asap, dan penyuluhan empek-empek panggang, maka secara umum hasil evaluasi penyuluhan di Kecamatan Kayen dapat dilihat pada tebel berikut ini :
Tabel 14. Pengolahan Data Secara Umum Evaluasi Penyuluhan di Kecamatan Kayen
Aksi
Evaluasi Uji Adaptasi Pengolahan Ikan Bandeng Asap Pengolahan
Empek-empek
Pengetahuan Sikap Pengetahuan Sikap Pengetahuan Sikap
Awal 12,33 - 11,67 60,25 7,61. 49,08
Akhir 17,67 - 18 89,16 9,46 84,30
Peningkatan 45,38%. - 58,80%. 51,65 % 25,27%. 76, 63%.
Tabel 15. Rekapituluasi Hasil Evaluasi Penyuluhan di Kecamatan Kayen
Evaluasi Penyuluhan
Pengetahuan
Sikap
Awal 31,61 109,33
Akhir 45,13 173,46
Perubahan 13,52 64,13
Peningkatan 42,77 % 58,66 %
ShoutMix chat widget
Subscribe to:
Posts (Atom)